"Assalamu'alaikum....Kak Bella!" ucap salam seseorang sambil mendorong pintu pagar.
"Kak Bella, ini minuman dari mas-mas ganteng tadi terbawa di motor Aku" belum juga terjawab salamnya, Anggi terus nyerocos.
"Kalau Kak Bella takut ada peletnya di minuman itu, kata mamahku langkahi aja minumannya tujuh kali, aman deh," lanjut Anggi dengan teori tidak jelasnya.
Anggi tidak menyadari kalau mas-mas ganteng yang dia maksud ada di situ. Dan sekarang mas tersebut sedang melihat ke arah Bella dengan satu alis terangkat.
Bella hanya mengangkat bahunya, menanggapi isyarat tanya Abiyan dan dibalas dengan gelengan kepala Abiyan. Pelet....pelet apaan, emang ada tampang tukang ke dukun apa aku ini, gerutu Abiyan dalam hati.
"Anggi.... Wa'alaikumussalam.... stop dulu ngomongnya ya, tuh mas gantengnya ada di situ," kata Bella sambil menunjuk ke arah Abiyan. Berharap Anggi menghentikan cerocosannya dan membuatnya semakin malu di hadapan Abiyan.
"Ehhhh....Mas yang tadi ya, kan bener kata Aku, Masnya tuh ganteng kan Kak, radar cowok gantengku enggak pernah salah identifikasi cowok ganteng," kembali Anggi melanjutkan cerocosnya.
Ini anak dikasih makan apa ya sama ibunya, gacor bener, enggak lihat tempat lagi, hedeuh, keluh Bella dalam hati.
"Ehhhh....Masnya bule ya....Oooo my God....," saat sadar benar dengan tampang Abiyan, Anggi kembali heboh.
Anggi buru-buru menghampiri Bella dan berbisik.
"Kak Bel, dia bisa bahasa Indonesia enggak? kenalin dong," pinta Anggi.
"Jangankan bahasa Indonesia, bahasa Sunda aja dia jago, bukannya tadi di depan kedai bakso sempat ngobrol?" kata Bella.
"Serius Kak, keren ih ada bule bisa bahasa Sunda, si Arga aja yang asli Sunda bisanya bahasa Sunda gaul sama yang kasar-kasar gitu, giliran diajak ngobrol sama orang yang lebih tua pakai bahasa Sunda, mingkem dia takut salah jawab" Anggi ini asal buka suara susah buat direm.
"Dia mah bule kw, makanan favoritnya aja pecel lele sama sambal terasi," tanpa sadar Bella membahas tentang Abiyan seolah-olah Abiyan sosok fatamorgana di sana.
"Hemm... Bel kali lupa Abang masih di sini," Abiyan mengingatkan Bella akan kehadiran dirinya.
"Bang kenalin ini Anggi, tetangga Aku, Gi ini Bang Ian eemmm....Bang Ian lah," saat memperkenalkan Abiyan, Bella tiba-tiba bingung mau memperkenalkan Abiyan sebagai apa.
"Pacar Kak Bella ya, aihhh udah ganteng perhatian lagi, ya Allah mau dong punya pacar kayak pacarnya Kak Bella."
"Mas punya adik cowok enggak?" kali ini Anggi bertanya kepada Abiyan.
"Saya anak tunggal," jawaban Abiyan yang tentu saja mendapat respon...
"Yaaaaa ....," dan Anggi pun kecewa.
Tiba-tiba terdengar bunyi ringtone yang cukup nyaring. Yang ternyata berasal dari ponsel Anggi yang tersimpan di saku celananya. Segera Anggi menerima panggilan telpon itu.
"Assalamu'alaikum....ya mamah, ini otw ke warung, sabar atuh, Anggi lagi di jalan..........enggak......Anggi menepi dulu, enggak jawab telpon sambil bawa motor,.......ya....ya.....udah ya Mah, Anggi jalan dulu.....dadah Mamah," begitulah Anggi menjawab panggilan telpon yang berasal dari ibunya.
Lancar bener nih bocah bohongnya, kata Bella dalam hati.
Anggi menyimpan kembali ponselnya di saku celananya.
"Hadeuh lupa tadi disuruh ke warung, pamit ya Kak, eh ini minumannya, dadah Kak Bella, Mas ganteng," setelah menyerahkan bungkusan berisi cup minuman milik Bella, segera Anggi pamit.
"Tetangga kamu rame ya," celetuk Abiyan.
"Berisik maksudnya kan," Bella terkekeh, Anggi ini benar-benar cerewet dan suka heboh sendiri, lucu sih menurut Bella.
Suasana kembali tenang, baik Bella maupun Abiyan sama-sama terdiam.
"Bel...."
"Bang...."
Hampir bersamaan mereka bicara.
"Sok Abang dulu yang bicara," Bella mempersilahkan Abiyan bicara terlebih dahulu.
"Kita belum selesai bicara Bella, tadi kamu tiba-tiba nanyain Vania terus bicara soal anak Abang dengan Vania, maksudnya apa?" tanya Abiyan.
"Abang dan Vania sudah menikah kan, punya anak pula," ujar Bella. Berusaha setenang mungkin dalam bicara tapi tetap saja, setiap mengingat hal ini, mendung kembali bergelayut di hatinya. Bunda...Bella mau nangis, teriak hatinya.
"Abang dan Vania menikah?" Abiyan malah balik bertanya.
"Dengar berita itu dari mana?" selidik Abiyan.
"Tiga tahun yang lalu, saat di rumah sakit, Kak Vania dirawat karena hamil kan? Bella tidak sengaja mendengar percakapan Abang dengan Kak Vania," Bella menjawab.
"Terus Kak Vania minta Abang menikahi Kak Vania, iya kan? Jadi kalian sudah menikah kan sekarang, betul kan?"
"Astagfirullah....," Abiyan mengucap istighfar sambil mengusap wajahnya. Sepertinya dia mulai menemukan apa yang sebenarnya terjadi.
"Kenapa Abang cari Aku, kenapa Bang?" tanya Bella.
"Abang sudah punya istri dan anak, sebaiknya kita menjaga jarak, walaupun di antara kita tidak ada apa-apa tapi bisa menimbulkan fitnah jika kita terlalu dekat apalagi seperti dulu," air mata Bella perlahan turun membasahi pipinya.
"Kamu yakin tidak ada apa-apa di antara kita?" tanya Abiyan.
Bella tidak menjawab, tapi air matanya cukup mewakili untuk menjawab pertanyaan Abiyan.
"Abang pikir kamu sayang sama Abang seperti Abang sayang kamu, Abang pikir kamu mencintai Abang seperti juga Abang mencintai kamu."
What....terkejut Bella mendengar perkataan Abiyan. Jadi selama ini Abiyan tahu kalau Bella mencintai dia lalu kenapa...
"Kalau Abang memang cinta sama Aku kenapa...kenapa Vania bisa hamil.... hamil sama Abang!" seru Bella.
"Bella.... don't make assumptions unless you know the whole story', if you in doubt, ask me directly, bukannya diam dan menghilang begitu saja."
"Iya, Vania memang hamil waktu itu tapi dia dirawat di rumah sakit bukan karena kehamilannya, dia coba bunuh diri."
"Dia hamil karena Alex, pacarnya dan Alex malah meninggalkan dia dan menikah dengan sahabat Vania sendiri yang juga dalam keadaan hamil."
"Bisa kamu bayangkan bagaimana perasaan Vania saat itu, dia kacau, dia nekat menyayat pergelangan tangannya sendiri."
"Dia merasa dikhianati oleh Alex dan sahabatnya, belum lagi dia bingung dengan kehamilannya, tidak tahu bagaimana menghadapi keluarganya."
Sejenak Abiyan diam, menghela napasnya kemudian melanjutkan penjelasannya mengenai yang terjadi tiga tahun yang lalu.
"Jadi dia minta tolong sama Abang untuk menikahi dia, demi status saja."
"Terus Abang nikahin Kak Vania kan?" Bella memotong penjelasan Abiyan.
"Bella...dengarkan sampai Abang selesai ya, bersihkan isi kepalamu dari pikiran buruk soal Abang, bisa?" kata Abiyan yang kemudian dibalas anggukan kepala Bella.
"Setelah kondisi Vania membaik, Abang bicara dengan Vania, Abang menolak permintaan Vania, Abang tidak bisa menikahi dia."
"Bukannya Abang tidak peduli atau tidak kasihan padanya, dari awal dia pacaran dengan Alex, Abang sudah mengingatkan dia, siapa Alex dan bagaimana kelakuannya tapi cinta sudah membutakan hati Vania."
"Dia lakukan dosa itu dengan sadar dan dia harus menanggung segala akibatnya, hidup dia itu tanggung jawab dia sendiri."
"Abang sudah buat rencana untuk hidup Abang sendiri dan kamu ada dalam rencana hidup Abang, kecuali takdir berkata lain."
"Buat Abang pernikahan itu hal yang sakral, Abang ingin menikah hanya sekali dalam hidup Abang, menikah dengan wanita yang Abang cintai dan mencintai Abang."
"Jadi soal Vania, Abang hanya bisa membantu sebisa Abang, untuk menikahi dia, jelas tidak bisa."
"Bagaimana... sudah clear semua?" tanya Abiyan setelah penjelasan panjang lebarnya.
"Iya Bang," hanya itu yang terucap di bibir Bella. Bagaimana perasaan Bella sekarang, jelas bahagia, secara tidak langsung Abiyan menyatakan kalau dia juga mencintai Bella, so cinta Bella tidak bertepuk sebelah tangan.
"Kurang dari dua jam, kesalahpahaman kita terselesaikan, satu kesalahpahaman yang mengacaukan semuanya."
"And You, young lady....harus bertanggung jawab untuk semua kekacauan yang sudah kamu buat," kata Abiyan kemudian.
Tanggung jawab....maksudnya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Fenti
ujung-ujungnya minta tanggung jawab... laki-laki laki-laki 🤦
2022-12-23
1
Fenti
ini nih baru laki-laki sejati.. pergi karena pendidikan tapi tidak lupa dgn orang yang dicintai
2022-12-23
1
Fenti
benar tuh
2022-12-23
1