Zayyan kembali kekantor setelah melewati sedikit drama kecemburuan terhadap Sarah. Ia melangkah masuk dengan penuh wibawa, membuat siapa saja yang berpapasan dengannya selalu menundukkan kepala, sebagai salah satu bentuk penghormatan kepada atasan. walaupun Zayyan masih terhitung sangat baru dikantor, namun ketegasan dalam mendisiplinkan karyawan patut diacungi jempol.
Zayyan pun memasuki lift khusus CEO dan Anggota Dewan, kemudian menpelkan kartu akesnya untuk mengantarkannya menuju lantai 20, tempat dimana ia menghabiskan waktunya untuk menguras pikiran dan tenaga. Tidak sampai 3 menit pintu lift pun terbuka. Sampailah ia pada satu lantai yang dikhusukan untuk ruang kerjanya saja.
Suara lngkah sepatu pantofel, menghentikan aktivitas Lyra— sekretaris Zayyan, yang kala itu sedang asik memoles wajahnya dengan lipstik dan bedak. Ia segera menutup tempat bedak dan memasukkan kedalam laci meja, kemudian berdiri menyambut kedatangan Boss dinginnya.
"Selamat siang, Tuan Zayyan" sapa Lyra dengan senyum senatural mungkin
Zayyan yang kala itu berjalan tanpa menghiraukan sapaan dari Lyra yang, tiba-tiba teringat sesuatu. Ia pun segera menghentikan langkah kakinya, lalu mundur beberapa langkah dan berhenti tepat didepan meja Lyra.
"Oh ya, Lyra?" panggil Zayyan dengan sedikit menggebrak meja, membuat sang pemilik meja yang baru mendudukkan tubuhnya segera bangkit, dan hampr hampir saja kakinya terkilir karena sepatu heelsnya yang terlalu tinggi.
"Siap, Tuan!"
Zayyan memutar malas kedua bola matanya, lalu beedecih "Ck. . . Kau ini kenapa tak pernah hati-hati, heh? Sudah kukatakan aku tidak mengizinkanmu sakit! Jadi berhati-hatilah!"
"Ma-maafkan saya, Tuan!" ujar Lyra sembari menundukkan kepalanya
"Ck. . . Kau ini sudah lebih dari 5 tahun mengikutiku tapi masih saja ketakutan seperti melihat monster jika berhadapan denganku"
"Anda memang monster, Pak. Monster bertopeng wajah tampan" batin Livia, kemudian berucap "Se-sekali lagi maafkan saya, Tuan Zayyan"
"Baiklah. . . Aku akan memaafkanmu, itu jika kau berhasil mencarikan aku sebuah tempat untuk makan malam romantis sesuai keinginanku!"
"Segera, Tuan! Saya akan mencarikannya" ujar Lyra dengan semangat sembari memberi hormat.
"Turunkan tanganmu! Kau pikir aku kepala jendral?"
"He. . . Maaf, Tuan Zayyan. Saya sedang semangat"
Zayyan mendnegus, dan kembali menggebrak meja Lyra "Kalau begitu seceaptnya! Aku tunggu 1 jam dari sekarang!!"
"Segera, Tuan!"
Zayyan pun segera melangkah masuk menuju ruanganya. Kembali ia mempelkan kartu aksesnya dan password untuk dapat masuk kedalam. Hanya Zayyan dan Lyra lah yang memilki akses untuk masuk.
Yah. . .Sebagai pemegang jabatan tertinggi diperushaan sudah sepantasnya ia memilki keamanan yang ketat, termasuk akses menuju ruangannya.
Setelah dirasa Zayyan memasuki ruangannya, Lyraa memegang dadanya, nafasnya naik turun dikarenakan ketegangannya beberapa menit yang lalu. "Ya Tuhan! Tuan Zayyan selalu saja membuatku deg-degan, namun bukan karena suka melainkan takut dengan sikapnya yang suka berubah-ubah. Kadang dia dingin sekali, terkadang menyapa. Sudah 5 tahun bersamanya tapi tetap saja sangat mengerikan bagiku" gumamnya
Tak ingin terlarut dalam suasana, ia pun segera mengerjakan perintah Zayyan "Aku kasihan dengan wanita yang dekat dengan Pak Zayyan. Semoga dia tahan haha. . " batinnya kemudian terkekeh
.
.
1 jam berlalu
Zayyan yang tengah sibuk googling mencari baju yang akan ia kenakan malam ini, tiba-tiba terganggu dengan suara pintu yang terbuka. Tampak seorang Lyra yang tengah berjalan mendekat kearahnya sembari membawa sebuah tablet ditangannya.
"Selamat siang, Tuan Zayyan"
Zayyan meletakkan ponselnya kemudian menyandarkan tubuhnya pada kursi, lalu menatap Lyra dengan datar
Lyra yang sudah mengerti maksud dari sikap Zayyab, segera menyerahkan tabletnya yang sudah berisi daftar-daftar restoran terbaik dengan spot-spot yang indah. "Tuan, ini adalah rekomendasi 10 tempat makan malam paling romantis, ini gambarannya jika malam. Anda bisa memilih tempat mana yang paling bagus"
Zayyan segera mengambil tablet milik Lyra dan memeriksa 1 persatu, jujur saja sebenarnya ia sangat kebingungan karena semua tempat yang ia lihat tampak bagus. Cukup lama ia mengamati, kemudian meletakkan kembali tablet milik Lyra diatas meja
"Hm. . . Jika wanita itu baik dan sedikit pemalu, kira-kira tempat apa yang bagus?" Tanya Zayyan
"Astaga! Setengah jam aku didalam ruangan ini menunggu keputusannya, dan ternyta ujung-ujungnya masih saja bertanya. Kenapa tidak dari tadi sih?" batin Lyra, kemudian dengan tenang ia menjawab "Wanita yang pemalu biasanya suka sekali tempat yang tenang, mungkin anda bisa membooking seluruhtempatnya, namun untuk lokasi sepertinya restoran yang tepat berada di tepi pantai ini sangat cocok Pak, karena menghadirkan kesan ketenangan"
"Kenapa harus pantai?"
"Wanita kebanyakan suka dengan tempat yang jarang ia jumpai, salah satunya adalah pantai. Dari pada makan malam di rooftop atau tempat yang lebih berkelas lainnya, saya sarankan untuk memilih pantai. Karena makan malam seperti di rooftop atau sebagainya sudah biasa, setiap harinya menyaksikan pemdangan seperti itu pada hari bekerja. Berbeda dengan pantai yang hanya ada disuatu tempat tertentu. Lagi pula, wanita yang pemalu biasanya lebih suka menghabiskan waktunya dipantai atau membaca buku dikamar"
"Pantas saja sarah suka sekali kepantai" batin Zayyan "Hm. . . Ide yang bagus! Kalau begitu kau atur saja"
Lyra mulai kebingungan, ia takut jika restoran sudah banyak yaplng membooking karena bertepatan dengan malam minggu, sampai akhirnya ia memkirkan ide yang cukup brillian "Atau begini saja, Tuan"
"Apa itu?"
"Bagaimana jika Tuan Zayyan makan malam dipinggir pantai saja. Kita bisa menyewa Dekorator untuk untuk menghiasnya ala candle light dinner, mendatangkan koki terbaik dari hotel kita sendiri, dan menghadirkan live musik agar suasana menjadi lebih romantis dan pastinya privasi anda terjamin"
"Itu berarti kita akan memblokir pantai malam ini?"
"Benar Tuan! Jika anda setuju, saya akan segera menghubungi bagian Unit Pelayanan Teknis Umum Daerah untuk meminta ijin pemblokiran pantai selama 1 malam, juga mempersiapkan lainnya"
Sejenak Zayyan berpikir "Bukankah ini sangat egois? Bagaimana jika ada pasangan yang juga ingin bermalam minggu? Hm. . . Sepertinya tidak apa-apa, hanya sekali saja" batinnya, kemudian menatap Lyra "Baiklah! Aku setuju, terimakasih Lyra."
Lyra bernafas lega, rasanya ia ingin sekali melakukan sujud syukur ditempat itu "Aku ikhlas kencanku malam ini gagal kepantai, yang penting Tuan Zayyan tidak menambah pekerjaanku" batinnya
"Oh ya Lyra! Aku sudah transfer ke rekeningmu, anggap saja perintahku ini sebagai kerja sampingan"
"Terimakasih Tuan, tapi saya memakai waktu jam kerja untuk mengerjakan perintah anda. Saya rasa tidak perlu untuk memberikan saya upah"
"Terima saja!" Pinta Zayyan dengan dinginnya
Lyra segera menunduk tatkala mendapat tatapan tajam dari Zayyan, ia lupa jika Bossnya ini sangat tidak suka dengan penolak. "Ba-baik, Pak. Terimakasih"
Lyra pun segera memeriksakan ponselnya, benar saja kredit sebesar 10 juta baru saja menjadi notif teratas diponselnya. Ia sedikit terkejut dengan nominal yang diberikan Zayyan "Astaga! aku hanya menggunakannya tenagaku selama 1 jam, dan upahku 10 juta!! Hampir setengah dari gajiku." batinnya
"Terimakasih banyak, Tuan Zayyan. Uangnya sudah saya terima, semoga acara malam ini berjalan lancar"
"Terimakasih. Oh ya, Lyra?"
"Ada lagi, Tuan?"
"Kira-kira style seperti apa yang bagus untukku malam ini?"
Lyra terdiam, bola matanya bergarak kekiri dan kekanan nampak kebingunagn "Gawat! Tuan Zayyan kan orangnya sangat prfeksionis. Style apa kira-kira yang cocok untuknya" batinnya , kemudian ia kembali mendapatkan ide "Anda bisa berpenampilan formal, namun tetap santai, Tuan"
Zayyan mengerutkan keningnya "Bisakah kau memberikan contohnya?"
"Anda bisa menggunakan Jaz blazer sebagai outernya, namun untuk ********** gunakan saja kaos oblong. Kalau untuk celanaya lebih baik memakai celana kain seperti chino, jangan lupakan sepatu sneakersnya. untuk warna Pak Zayyan bisa menentukan sendiri."
"Apakah itu cocok untukku?"
"Tentu! Tuan Zayyan itu tinggi dan tampan, sudah pasti sangat cocok mengenakan style seperti itu"
Zayyan menarik sedikit sudut bibirnya saat mendapat pujian "Aku tahu, aku memang tampan. Tapi apa wanita akan menyukai penampilan seperti itu?"
"Tentu, penampilan seperti itu akan memberikan kesan tersendiri bagi wanita yang melihatnya"
"Sungguh?"
"Sungguh, Tuan" Lyra berusaha meyakinkan
"Baiklah! Kalau begitu warna apa kira-kida yang bagus?"
"Hitam dan putih, atau warna-warna kalem lainnya. Tunggu sebentar, Tuan" Livia segera membuka Google dan memperlihatkan style casual pria
"Silahkan dilihat, Pak. Disini ada banyak contoh warna yang bagus"
Zayyan kembali mengambil tablet Lyra dan melihat contoh yang dimaksud oleh sekretarisnya itu "Kau benar, baiklah! Aku akan pulang cepat hari ini, karena harus membeli beberapa pakaian. Jangan lupa tempatnya!"
"Siap, Tuan!"
Lyra pun segera berlalu dan kembali mengerjakan segala perintah Zayyan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Atik Mujib
senengnya...
2020-11-15
0