Minggu pagi, Zayyan menghabiskan waktunya dengan berolahraga. Ia berlari-lari kecil mengelilingi taman, kemudian berhenti pada sebuah danau yang letaknya berada dibelakang taman tersebut. Ia pun segera duduk berselonjor, mengisitirahagkan kakinya yang mulai pegal. kemudian membuka penutup botol air mineral yang baru saja ia beli, dan meneguk beberapa kali airnya untuk membasahi kerongkongannya yang ia rasa mulai mengering.
Ia pandangi ketenangan air danau itu, sembari menghela nafas beratnya "Tinggal 2 bulan lagi! Kemana aku harus mencari?" batinnya
Ya. . . Zayyan tengah mengingat janji yang ia buat tepat 10 bulan yang lalu pada Mamamya. Kemudian dengan berat ia kembali menghela nafasnya, lalu menengadahkan kepalanya menatap birunya langit "Ya tuhan! Jika boleh aku meminta, tolong pertemukan aku dengan jodohku sekarang disini. Aku sudah cukup lelah berlari-lari"
Tak lama ponsel Zayyan bergetar, terlihat sebuah email masuk dari seseorang yang pernah ia minta untuk mengirimkan latar belakang Sarah. Zayyan tersenyum membaca data diri dan keseharian Sarah. Dibalik kesibukannua, tiba-tiba suara seorang wanita yang tak asing mengejutkannya
"Tuan Zayyan?"
Zayyan segera menoleh kebelakang kemudian tersenyum tatkala melihat wanita yang tengah ia baca data dirinya, sekarang berada tepat dihadapannya. "Ya Tuhan! Apa kau telah memgabulkan do'aku? Yah. . . Benar, dialah wanita yang tepat menjadi ibu dari anak-anakku. Wanita yang cerdas, sederhana, sabar, dan penyayang. Sedikit manja itu tidak menjadi masalah besar, karena wanita memang suka kelemah lembutan" batinya
"Tuan!"
"Tuan Zayyan?"
"Tuan, anda baik-baik saja?"
Sederet pertanyaan dari Sarah, seketika membuyarkan lamunan Zayyan. "Saya tidak apa-apa, Nona. Anda sedang berolahraga juga?"
Sarah segera duduk disamping Zayyan dengan jarak sedikit jauh. Ia ikut berselonjor sembari menghirup dalam-dalam udara yang masih sejuk bercampur sedikit embun pagi itu. Kemudian mengarahkan pandangannya pada Zayyan sembari tersenyum "Benar, Tuan. Hari minggu seperti ini biasanya saya kemari untuk berolahraga dan memburu jajanan he. .he. . "
"Benarkah? Apa anda tidak khawatir jika tubuh anda memilki lemak yang berlebih? Rata-rata jajanan disni adalah gorengan?"
"Tidak masalah, Tuan. Itulah gunanya olahraga. Membakar lemak lama dan memasukkan lemak baru hihi. . ."
Zayyan tertawa, entah mengapa ia merasa sangat terhibur dengan perkataan Sarah. Mungkin karena sudah terlalu pusing berkutat dengan pikirannya tentang menemukan jodoh sehingga tertawa adalah salah satu caranya mengurangi beban dikepalanya "Saya baru mendengar jika ada teori sperti itu, Nona"
"Karena itu baru saja dicetuskan disni, Tuan. Oleh saya sendiri tentunya"
Zayyan kembali tertawa, sedangkan Sarah yang melihatnya merasa sedikit aneh "Aku baru kali ini memdengar Tuan Zayyan tertawa mengeluarkan suara seperti itu. "Apa dia sedang ada maslaah? Benar, sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu. Ah. . itu bukan urusanku!" batinya, kemudian bertanya "Oh ya, Tuan. Apa anda juga setiap minggu kemari?"
"Benar, Nona"
"Oh ya? Padahal, saya juga jarang absen setiap minggu tapi kenapa kita baru bertemu sekarang?"
"Mungkin kita sering berpapasan, namun karena kita tidak saling kenal jadi mudah untuk melupakan"
"Hm. . . Perkataan anda, ada benarnya, Tuan"
"Ini teori yang sangat jelas, Nona"
Sarah pun terkekeh "Baiklah, bisa diterima. Oh ya, apa anda datang bersama, Bibi atau Nona Zahra kemari?"
"Aku datang bersama ponsel, handuk kecil, dan air minum ini, Nona. Cukup sudah anda pernah menganggap kedua wanita itu sebagai kekasihku"
"Tuan, ternyata anda masih mengingatnya" ujar Sarah sedikit malu
"Terkadang, sesuatu hal yang tidak biasa terjadi pada diri sendiri itu memang sulit dilupakan. selain menjadi kenangan bisa juga menjadi pelajaran"
"Pria ini ternyata bisa berbicara santai danpanjang lebar seperti juga" batin Sarah, kemudian berkata "Anda benar sekali, Tuan"
Zayyan hanya tersenyum dan kembali menengadahkan pandangannya keatas langit "Bagaimana caranya aku melakukan pendekatan dengan Sarah. Apa dia juga menyukaiku? Aku juga sedikit khawatir, jika ia mengetahui sifatku, apakah dia akan bertahan" batinya sembari menghela nafas beratnya
Sarah yang awalnya tidak peduli, mulai penasaran hingga memutuskan untuk bertanya "Tuan!"
Lamuman Zayyan buyar, pandangannya langsung teralihkan dan mengarah kepada sumber suara "Iya, Nona?"
"Teman-teman saya pernah berkata, jika saya adalah seorang pendengar dan pemberi solusi terbaik"
Zayyan mengerutkan keningnya, ia gagal mencerna ucapan Sarah "Maksud anda, Nona?"
"Maaf sebelumnya, Tuan. Saya perhatikan sepertinya anda sedang memilki masalah yang tidak biasa.Jika anda tidak keberatan, anda bisa berbagi cerita, mungkin saja saya bisa memberi solusi."
"Kalau tidak bisa memberi solusi bagaimana, Nona?"
"Setidaknya beban anda sedikit berkurang, karena memendam sendiri itu membuat hati benar-benar merasa sesak"
"Anda benar, Nona. Sebenarnya saya hanya mengingat janji saya 10 bulan yang lalu dengan, Mama"
Sarah yang penasaran, mendekat kearah Zayyan dan duduk dengan batas beberapa sentimeter saja. "Tentang apa itu, Tuan?"
Zayyan pun mulai menceritakan—
Flash back,
“Maaf Ma, tapi aku menolak!” ujar Zayyan yang kala itu sedang berdebat panjang dengan Mama Dessy dan Nenek Bianca
"Zayyan apalagi yang kau cari? Ingat, umurmu sudah kepala 3, dari segi finansial kau sudah sangat mencukupi. Kau tampan, bahkan banyak wanita yang mendambakanmu" ujar Nenek Bianca
"Tidak, Nek. Menikah itu sekali seumur hidup, oleh karena itu aku harus benar-benar mencari pasangan yang tepat"
"Kau mau wanita yang bagaimana lagi? Sudah berapa kali kau kencan buta, tapi tidak pernah satu pun kau melabuhkan hati pada wanita yang pernah kau kencani?" Mama Dessy mulai kesal
"Itu karena mereka sama saja! Aku ingin wanita yang bisa menjadi tauladan bagi anak-anakku. Bukan hanya sosok wanita yang melahirkan tetapi setelahnya menyewa baby sitter untuk merawat anakku, sementara ia sibuk dengan teman-temannya"
"Dijaman seperti sekarang ini, mencari wanita seperti itu sedikit sulit, Zay"
"Itu berarti masih ada, walapun sulit"
"Itu tugasmu mencari! Mama, tidak mau tahu! Pokoknya dalam waktu 2 bulan ini kau harus memperkenalkan calon istrimu kepada kami?." pinta Mama Dessy
Zayyan membelakakan kedua bola matanya "Mama, 2 bulan itu waktu yang sangat singkat. Bagaimana bisa aku menemukan wanita yang sesuai kriteriaku dalam waktu sesingkat itu"
"Lalu, kau ingin berapa lama lagi?"
"Setidaknya berilah aku waktu selama 1 tahun lagi, sembari mempersiapkan segalanya"
"Baiklah! Jika kau tidak menemukannya, maka bersiaplah menikah dengan wanita yang telah Mama siapkan untuk menikah denganmu"
Zayyan menghela nafas beratnya, tak ada pilihan lain ia pun terpaksa mengiyakan keinginan Mamanya "Baiklah. . .Aku berjanji, Ma"
Flash back end.
"— begitulah akhir ceritanya, Nona" ujar Zayyan sedikit lesu
Sarah yang mendengar sedikit kasihan, karena posisinya jua sama seperti Zayyan dalam beberapa bulan lagi akan dinikahkan dengan laki-laki pilihan Mominya. "Jadi bagaimana, Tuan? Apa anda sudah menemukan wanita yang tepat?"
"Saya tidak mungkin segelisah ini memikirkannya, Nona jika sudah memilki wanita"
Tanpa sadar Sarah menepuk sebelah bahu Zayyan dan tersenyum "Bersabarlah, Tuan! Kadang saat-saat terakhir justru baru menemukan jawabannya, tentunya dengan usaha. Namun, jika Tuan tetap saja tidak menemukannya, itu berarti orang yang telah dijodohkan Bibi untuk anda adalah orang yang tepat"
Zayyan pun tersenyum ia membenarkan perkataan Sarah "Terimakasih, Nona. Saya mulai sedikit merasa lega"
"Lalu bagaimana dengan wanita yang dijodohkan untuk anda? Apakah Tuan pernah mencari tahu tentangnya?"
"Tidak!"
"Seharusnya anda mencari tahu tentang dia lebih dahulu, karena wanita itu adalah inti dari permasalahan hati anda selama 10 bulan belakangan ini. Carilah kekurangan dan kelebihan wanita itu dan bandingkan dengan wanita yang anda pilih. Siapa tahu wanita yang dijodohkan itu sangat istimewa. Justru, saya khawatir anda akan membuang emas demi sebuah perak. Kalaupun ia tidak istimewa dan sangat bertolak belakang dengan keinginan anda. Anda bisa menjadikan kekurangannya sebagai senjata untuk menolak."
Otak Zayyan seketika menerima pencerahan, niatnya untuk mengutarakan isi hati pada Sarah pun tertunda "Anda benar, Nona. Terimakasih atas segala saran dan masukannya. Ini benar-benar membantu saya"
"Sama-sama, Tuan"
"Oha ya Nona, apa anda sudah sarapan?"
"Belum, Tuan. Bukankah saya sudah mengatakan, jika saya kemari selain ingin berolahraga juga ingin membeli beberapa jajanan"
Zayyan tersenyum "Maafkan saya Nona. Bagaimana jika saya meneraktir anda, sebagai rasa terimakasih karena telah mendengarkan cerita saya"
"Ah. . itu tidak perlu, Tuan. Tetapi, karena anda memaksa maka saya akan menerimanya he. . ."
"Saya tidak memaksa, Nona. Tetapi, karena anda telah menerimanya, saya harus meneraktir anda"
Sarah tertawa, kemudian ia segera berdiri dengan semangat "Baiklah! Ayo, kita eksekusi makanan yang menambah lemak itu"
Tanpa tungga lama Zayyan pun ikut beridiri dan mengikuti Sarah menuju warung-warung kecil yang memang disediakan oleh pengelola taman. Sarah banyak membeli gorengan sebut saja salah satunya adalah cilor. Ia makan dengan begitu cepat sampai lupa dengan siapa ia saat ini makan.
"Wanita ini! Kenapa suka sekali makan seperti orang yang sedang dikejar-kejar. Padahal aku sama sekali tidak berminat untuk memintanya. Bahkan ia tidak takut gemuk. Aku benar-benar tidak bisa membayangkan jika aku yang makan seperti itu, pasti aku akan histeris saat melihat lemak dibagian pipiku. Benar-benar wanita unik" batin Zayyan, sesekali menarik ujung bibirnya.
"Ah. . Ini enak seakali! Tuan, terimakasih atas traktirannya. Uang didompetku tidak bergerak sama sekali pagi ini" ujar Sarah
"Sama-sama, Nona"
"Oh ya, Tuan. Mengapa anda tidak mencoba satu pun?"
"Saya tidak terbiasa makan berlemak seperti ini, Nona"
"Cobalah! Ini sangat enak, walapun ini hanya jajajan kaki lima, akan tetapi bumbunya bintang lima"
"Terimakasih!" Tolak Zayyan dengan tenang
Sarah pun mengambil cilor, dan mengarahkannya pada Zayyan "Cobalah, Tuan. Saya akan merasa berat hati jika hanya saya yang makan, sedangkan yang membiayai ini semua adalah anda"
Dengan terpaksa Zayyan menerima suapan yang berikan Sarah. Awalnya ia ragu-ragu, tetapi setelah mencoba, ia bahkan tak berhenti makan lagi dan lagi, membuat sang penawar tersenyum melihatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Atik Mujib
yeaayyy jadian...
2020-11-15
0