Jam 10 pagi, Sarah tengah merapikan rambutnya didepan meja rias. Entah mengapa perasaanya pagi ini baik sekali. Ia bersenandung sembari meluruskan rambutnya dengan menggunakan pencatok rambut
Tiba-tiba pintu terbuka, nampaklah Momi sabrina yang tengah berjalan mendekat kearah putrinya dengan senyum yang mengembang. "Kau sudah siap, Sayang?"
"Sebentar lagi, Mom" ujar Sarah dengan semangat
"Kelihatannya pagi ini, Putri kecil Momi sedang senang"
Sarah tersenyum, dan menengadahkan kepalanya untuk mensejajarkan pandangannya pada Momi Sabrina "Aku hanya mencoba berdamai dengan hatiku, Mom. Hari ini aku sudah sangat siap bertemu dengan laki-laki yang akan Momi jodohkan"
"Syukurlah! Momi senang sekali, turunlah jika sudah siap. Mereka sudah ada dibawah sejak 10 menit yang lalu"
Kedua bola mata Sarah terbelalak, entah mengapa jantungnya tiba-tiba berdegup kencang. Ada perasaan gugup sekaligus bahagia "Benarkah!? Kenapa Momi baru memberi tahu ku?"
"Tenanglah sayang! Mereka tidak akan marah jika kau terlambat"
"Baiklah, Mom. 5 menit lagi aku akan kebawah"
Momi sabrina pun mengangguk dan segera melangkah keluar. Sarah memegang dadanya, mencoba mengatur nafasnya yang sudah naik turun tak karuan. "Huh. . . Tenanglah Sarah! Kau pasti bisa"
5 Menit berlalu. . .
Suara dentuman sepatu hells terdengar sedang menuruni anak tangga, membuat orang-orang yang ada diruang tamu mengalihkan pandangannya pada asal suara tersebut. Mereka semua terpana akan penampilan Sarah, dress berwarna putih polos dengan panjang selutut memberikan daya tarik tersendiri bagi, belum lagi dengan gaya rambut lurusnya yang ia biarkan terurai memberikan kesan sederhana namun berkelas.
Langkah Sarah terhenti, tatkala menyadari siapa laki-laki yang ada didepannya saat ini. Kedua bola matanya sesikit membesar karena terekejut "Tuan Zayyan?" batinnya.
Membuatnya sedikit hilang keseimbangan, hampir saja terpeleset, beruntung hanya 1 buah anak tangga yang belum ia turuni sehingga mampu ia imbangkan kembali tubuhnya.
Zayyan segera berdiri dan menghampiri Sarah untuk membantunya "Anda baik-baik saja, Nona?"
"Tidakkah anda melihat jika saat ini saya sedang tidak baik-baik saja?" Ujar Sarah sesikit ketus, lalu melepas dengan kasar pegangan Zayyan
"Maafkan saya, Nona. Izinkan saya membantu anda"
"Tidak perlu! Saya, bisa sendiri" Tolak Sarah, kemudian berlalu meninggalkan Zayyan.
Seluruh keluarga saling pandang saat menyaksikan momen tersebut, mereka saling bertanya-tanya namun tak ada yang bisa memberi jawaban.
Sarah duduk didekat Mominya, membuat suasana seketika hening. Ia memagang langan Momi Sabrina seolah meminta penjelasan dengan semuanya, namun yang ia dapatkan hanyalah sebuah senyuman.
"Maaf, permisi semuanya. Jika kalian berkenan, bisakah memberikan kami sedikit waktu untuk berbicara berdua?" Tanya Zayyan
Tentunya keinginan Zayyan disambut baik oleh kedua pihak keluarga, namun tidak dengan Sarah yang terlihat kesal "Nona Sarah, silahkan ikut saya!"
Karena tidak ingin membuat malu kedua orang tuanya, ia pun tak memilki pilhan lain selain berdiri dan mengikuti langkah kaki Zayyan. Sampailah mereka pada sebuah taman tepat disamping rumah Sarah, mereka berdua duduk saling berhadapan dan mejalah yang menjadi pembatas antara keduanya.
"Ya Tuhan! Rasanya aku sudah tak sanggup untuk memeluk wanita ini, 2 bulan aku menahan rindu demi sebuah masa depanku dengannya" batin Zayyan sembari menatap Sarah tanpa berkedip.
Sedangkan sarah yang mulai risih karena terus mendapat tatapan itu, mulai membuka suara "Tuan Zayyan!"
Suara merdu Sarah membuyarkan lamunan Zayyan "Ia Nona"
"Jika tidak ada yang ingin dibicarakan saya permisi" Sarah segera bangkit dari duduknya, namun langkahnya terhenti tatkala tangan kekar milik Zayyan menarik tangan Sarah
"Maafkan saya Nona. Bisakah anda duduk kembali? Saya akan mengatakan semuanya"
Lagi-lagi dengan kasar Sarah melepas genggaman Zayyan, kemudian kembali mendudukkan tubuhnya dan menatap laki-laki yang ada didepannya itu penuh kekesalan "Jelaskan sekarang!"
"Nona mungkin anda terkejut dengan semua ini, tapi inilah kenyataannya. Kita ternyata telah dijodohkan jauh sebelum saat pertemuan pertama dibioskop beberapa bulan yang lalu"
Sarah menyandarkan punggungnya sembari bersedekap dada, dengan dingin ia berkata "Apa saya akan mempercayainya?"
"Anda bisa menanyakannya langsung pada kedua orang tua kita"
"Kalau begitu untuk apa anda membawa saya berbicara berdua disini?"
"Apa anda tidak penasaran kemana saya menghilang selama dua bulan ini?"
"Tidak!"
Zayyan memejamkan singkat kedua bola matanya sembari menghela nafas berat "Apa sebegitu tidak memiliki perasaanya anda terhadap diri saya, hingga saat saya pergi, anda tidak sama sekali mencari tahu atau bahkan penasaran tentang saya yang tiba-tiba hilang entah kemana?"
"Tidak!"
Semangat Zayyan mulai luntur tatkala Sarah terus saja berkata tidak dengan nada dinginnya. Benar-benar jauh dari pengharapannya "Oh. . . Maafkan saya, mungkin saya yang selama ini berbesar kepala menganggap anda menyukai saya"
"Haih. . . Bagaimana ini? Aku kan hanya ingin jual mahal saja, taoi kelihatannya ia percaya. Sebanrnya aku juga sangat penasaran kenapa ia hilang selama 2 bulan ini?" Batin Sarah.
"Nona, keputusan ada ditangan anda. Kita bisa memutuskan perjodohan ini sekarang, saya tidak ingin menikah dengan wanita yang tidak memilki perasaan apapun terhadap saya"
Sarah mulai tak tenang, hati dan pikirannya kacau "Ya Tuhan! Tolong aku" batinya
Melihat Sarah yang begitu tidak tertarik dengan pembahasannya , membuat memutuskan untuk segera bangkit dari duduk dan bermaksud untuk pergi, namun langkahnya tertahan saat Sarah berkata "Sangat tidak sopan meninggalkan pembicaraan yang belum selesai, Tuan"
Zayyan kembali menatap Sarah yang sedari tadi sibuk membuang muka "Apa lagi, Nona? Maksud saya mengajak anda kemari karena ingin mengetahui isi hati anda, dan saya sudah menemukan jawabannya"
"Tapi anda tidak bertanya apa kah saat ini saya menyukai anda atau tidak? Yang anda tanyakan adalah kasus 2 bulan silam" ujar Sarah, ia mulai kehabisan akal dan terpaksa berucap demikian demi menutupi gengsinya
Zayyan mencerna dengan baik ucapan Sarah, ia pun kembali duduk dan mulai bertanya "Nona, apakah anda sudah mulai menyukai saya?"
"Saya selalu mencoba menepis perasaan saya setiap kali teringat tentang diri anda, Tuan. Apalagi semenjak anda menghilang tanpa kabar, saya benar-benar merasa seperti ada yang hilang. Saya tersadar jika saya benar-benar menyukai anda saat kemarin melihat anda bersama wanita lain direstoran itu. Hati saya terasa amat sakit, jika saya tidak mengingat itu adalah tempat umum, bisa saja mata ini sudah mengeluarkan cairan bening"
Zayyan meraih telapak tangan Sarah dan mengenggamnya dengan hangat "Nona, maafkan saya. Wanita yang anda lihat itu adalah adik sepupu saya. Wanita itu memang terkadang sangat menyebalkan, kemarin dia memaksa saya untuk berpura-pura menjadi kekasihnya demi membalas dendam kepada mantan kekasihnya yang sedang makan siang direstoran itu. Mohon maaf atas kesalah fahaman yang terjadi"
Kedua bola mata Sarah membesar, ia kembali dikejutkan dengan pernyataan Zayyan "Astaga! Ini benar-benar memakukan!!" Batinnya. Tak sanggup memandang Zayyan, ia memilih menundukkan kepalanya.
Sedangkan Zayyan yang menyadari itu, menarik kedua sudut bibirnya "Nona, ini yang ketiga kalinya anda menuduh saya berhubungan dengan keluarga saya sendiri" Godanya, membuat Sarah terkekeh
"Maafkan saya, Tuan"
"Tidak masalah, saya senang melihat anda tertawa seperti ini, daripada ketus seperti tadi"
"Anda membuat saya semakin besar kepala saja. He. . he. . Jadi ini maksud anda kemarin mengatakan kita dekat dan sangat dekat?" Tanya Sarah
"Benar Nona. Lalu bagaimana dengan perjodohan ini apakah anda menyetujuinya?"
"Sebelum saya mengatakan jawabannya, bisakah anda menjelaskan semuanya? Mengapa anda tahu jika kita dijodohkan dan mengapa anda tidak pernah bercerita?"
"Apakah anda ingat 2 bulan yang saat pertemuan terakhir kita ditaman, anda berkata apa?"
Sejenak Sarah terdiam, ia mencoba mengingat pesannya dulu pada Zayyan "Oh iya, saya pernah mengatakan untuk mencari tahu siapa wanita yang dijodohkan oleh anda, bisa jadi wanita itu benar- benar baik sehingga inilah alasan mengapa anda belum juga mendapat kekasih"
"Kalau begitu anda bisa menyimpulkan sendiri jawabannya" ujar Zayyan sembari tersenyum hangat pada Sarah
Sadah hampir tak mempercayainya, bisa-bisanya ia memberikan nasihat pada calon suaminya sendiri "Lalu, mengapa anda menghilang selama 2 bulan ini? Bukankah anda sudah tahu siapa yang akan dijodohkan oleh anda? Bahkan anda tak memberi tahukan sedikit pun tentang maslah yang sebesar ini kepada saya"
"Maafkan saya Nona. Saya terpaksa meminta Bibi Sabrina untuk tutup mulut, dan saya menghilang selama dua bulan demi masa depan kita bersama"
Sarah mengerutkan keningnya, ia gagal mencerna ucapan Zayyan "Apa maksud anda?"
"Setelah saya mengetahui anda adalah orang yang telah dijodohkan Mama. Saya memutuskan untuk memegang penuh perushaan milik Papa. Selama dua bulan, saya menghabiskan waktu untuk mempelajari setiap kasus yang terjadi diperushaan. Saya berusha menahan jempol saya untuk menghubungi anda, setiap malam hanya foto anda yang dapat saya lihat untuk mengobati rasa rindu. Ah. . . itu benar-benar menyiksa hati dan perasaan. Namun, semua ini saya lakukan untuk menghindari kesibukan setelah kita menikah"
"Oh My. . . apa dua bulan cukup untuk mempelajari semua?"
"Saya cukup pintar dalam masalah belajar, Nona"
"Itu menakjubkan, Tuan."
"Apakah sekarang anda sudah mau menerima saya?"
Sarah mengangguk "Saya bersedia"
"Benarkah?! Tolong katakan sekali lagi" Hampir saja kursi yang diduduki Zayyan terbalik, karena ulahnya yang tiba-tiba berdiri
"Saya bersedia menerima anda, Tuan!"
Zayyan segera mendekati Sarah dan memeluknya dengan begitu erat "Ya Tuhan! Terimakasih, rasanya ini seperti mimpi"
"Tuan, lepaskan saya! Ini sungguh menyakitkan!!' pekik Sarah ditengah pelukannya.
Zayyan segera melepas pelukannya dan terkekeh "Saya terlalu bahagia, Nona"
"Berhentilah memanggil Nona. Aku tidak ingin kita memilki jarak"
"Iya sayang"
Wajah Sarah merona, ini kali pertama ia dipanggil sayang oleh orang lain, selain Momi dan Daddynya "Kita belum menikah, jadi panggillah namaku saja!"
Zayyan terkekeh "Iya Sarah"
"Bagus! Sekarang ayo kita masuk, orang tua kita pasti sudah menunggu sangat lama"
Zayyan pun mengangguk dan segera menggandeng tangan Sarah menuntunnya masuk menuju ruang tamu, diaman kedua keluarga besar telah berkumpul.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Atik Mujib
mulai datang pengganggu...🙄🙄
2020-11-15
0