“Assalamu alaikum. Mama! Zayyan sama Sarah datang” ujar Zayyan, sambil melangkah masuk kedalam rumah diikuti dengan Sarah dibelakangnya
Dessy yang sedari tadi sudah menunggu, langsung berjalan cepat menuju ruang tamu untuk menyambut tamu spesialnya. Sebuah pelukan hangat dan cipika cipiki ia berikan kepada sosok wanita yang ia harapkan menjadi calon menantunya kelak.
"Ayo sayang, kita menuji ruang makan, semuanya sudah berkmpul disana" Ajak Mama Dessy, sembari menuntun Sarah masuk tanpa memperdulikan Zayyan
Dalam perjalanan menuju ruang makan, sesekali Sarah memperhatikan desain interior dan isi ruangan milik keluarga Zayyan tersebut. “Waah!! Apa ini yang dinamakan mansion? Luar biasa mewahnya. Aku benar-benar tidak menyangka jika Bibi sekaya ini" Batinnya
Lagkah mereka terhenti ketika sudah sampai diruang makan. Terlihat keluarga sudah duduk dengan formasi lengkap ada Papah Wildan, Zahra, Kakek, dan juga Nenek. Mereka semua tersenyum hangat saat menyambut kedatangan Sarah.
Sedangkan Sarah, ia merasa sedikit canggung karena merasa hanya ia orang lain dirumah itu. Ia pun coba membalas dengan memberikan senyuman hangat kepada orang yang ada disana "Bibi bilang acara, tapi sepertinya hanya keluarga besarnya saja. Ah. . aku sedikit merasa canggung seperti in"
Tiba-tiba Sarah terkejut saat pandangan matanya tertuju pada sosok wanita muda nan cantik "Hah! Gadis kecil ini bukanny dia yang dulu pernah makan siang bersama Tuan Zayyan direstoran cepat saji itu?" batinya, lalu dengan cepar ia menyenggol lengan Zayyan "Tuan, apa kekasih anda tidak cemburu?"
Zayyan mengerutkan keningnya "Kekasih? Cemburu? Apa maksud anda Nona?"
"Maksud saya, apa kekasih anda tidak cemburu pada saat anda pergi menjemput saya tadi? Gadis yang duduk disebelah nenek, bukannya kekasih anada?
Zayyan semakin mengerutkan keningnya, kemudian dengan ia cepat mengingat momen saat ia makan siang dengan Zahra di restoran cepat saji waktu itu. "Tebakan ku memang tidak salah! Ah. . Shiittt. . . Bisa-bisanya ia berpikir seperti itu. Benar-benar turun harga diriku jika ia terus beranggap seperti itu?" batin Zayyan
Merasa rak mendapat jawaban, Sarah kembali menyenggol lengan Zayyan "Tuan!?"
Seketika lamunan Zayyan buyar "Nona, tidak baik menyimpulkan sesuatu jika tidak tahu kebenarnya. Gadis itu adalah adik saya"
Sarah membelalakkan kedua bolamatanya karena lagi-lagi ia salah "Apa?! Oh Astaga. . . Tuan Zayyan tolong maafkan saya"
"Saya terima permohonan maaf anda, Nona"
"Terimakasih, Tuan" ujar Sarah sembari tersenyum manis, semanis dirinya.
Sedangkan orang-orang yang sudah lebih dulu duduk hanya menperhatikan Sarah dan Zayyan. Mereka saling bertatap-tatapan antara satu sama lain, dan saling melemparkan sebhuah senyum penuh arti.
“Sampai kapan kalian akan terus bediri disitu?” Tanya Mama Dessy, seketika mengakhiri obrolan misterius antara Sarah dan Zayyan
“Ah. . Maafkan aku Bibi"
Sarah pun segera duduk tepat disebelah Zayyan lalu mereka memulai acara makan malamnya. Sesekali anggota keluarga Zayyan melirik kearah Sarah dan tersenyum.Tak ada percakapan selama mereka makan, yang terdengar hanyalah suara dentingan sendok yang mengenai piring.
Sarah sedikit merasa sungkan dihadapan orang yang lebih tua darinya, apalagi baru ia kenal. Namun ada hal yang menarik perhatiannya, yaitu cara makan keluarga Zayyan yang benar-benar layakanya bangsawan.
“Mereka benar-benar dari keluarga yang terpandang. Cara makan mereka aja diatur, beruntung aku oernah mengikuti kelas tata krama, jadi tidak membuat malu diri sendiri hi. hi..." Batin Sarah, kemudoan melanjutlan kembali makannya
***
Kini, mereka tengah berada diruang keluarga setelah menyelesaikan makan malam tadi.
Nenek Bianca yang duduk disamping Sarah segera meraih tangan Sarah dan tersenyum "Apa keseharian mu Sarah?" tanyanya dengan begitu lembut
"Hampir 80% hari, saya digunakan untuk bekerja, dan 100%, malam saya gunakan untuk beristirahat, Nyonya"
"Berbicaralah yang santai, panggil saja aku Nenek, tidak usah Nyonya"
"Baik, Nenek"
"Jadi, kau bekerja dimana, sayang?"
"Aku bekerja di PT. AshplatIndo, Tbk., Nenek"
Anggota keluarga Zayyan saling pandang dan tersenyum, bagaimana bisa secara kebetulan Sarah bekerja di salah satu anak perusahaan milik mereka, namun mereka memilih untuk tidak memberi tahu.
"Oh perushaan penyedia aspal itu?"
"Benar, Nenek"
"Kau bekerja sebagai apa disana, Sarah?" Mama Dessy ikut menimplai
"Hanya seorang staff akuntan, Bibi"
"Oh ya, Zayyan juga seorang akuntan"
"Iya, Bibi. Sekitar satu bulan yang lalu, aku ditunjuk oleh atasan langsung untuk menghadiri undangan seminar pajak, dan ternyata Tuan Zayyan juga berada disana, kami bertemu karena saat itu memiliki nomor meja yang sama"
"Iya, kami sudah tahu! Kalian juga pernah makan siang bersama bukan?!" Goda Nenek Bianca, lalu tersenyum meledek ke arah Zayyan
Seketika Zayyan dan Sarah mebelalakkan kedua bola matanya. Pandangan Sarah langsung tertuju ke arah Zayyan seolah meminta penjelasan, namun Zayyan hanya mengangkat kedua bahunya menandakan ia tak tahu apa-apa.
"Huh. .Bukan keluarga Raditya namanya jika mereka tidak tahu" Batin Zayyan
"Apa Tuan Zayyan mengatakannya?"
"Dia tidak perlu mengatakan, Nenek akan tahu sendiri"
Sarah sedikit menunduk sembari mengigit-gigit halus bibir bagian bawahnya "He. . Aku jadi merasa malu"
Seluruh orang didalam ruangan ikut tersenyum melihat tingkah Sarah yang dirasa menggemaskan, terutama Zayyan ia sungguh tak kuasa jika melihat Sarah mengigit-gigit tipis bibirnya "Tahan Zayyan. . tahan!" batinya
Mereka pun melanjutkan obrolan ringan yang entah isinya apa. Keluarga Zayyan merasa terhibur akan tingkah Sarah yang selalu membuat mereka berhasil tertawa, hingga tak terasa waktu menunjukkan pukul 21.30 itu artinya Zayyan harus segera membawa Sarah kembali kedediaman orang tuanya.
"Guys!! Sepertinya obrolan kalian sampai disini dulu. Aku harus membawa Nona Sarah kembali."
"Kenapa buru-buru sekali, Zay?" Tanya Mama Dessy
"Aku sudah berjanji pada Bibi jika akan megantarkannya pulang tepat jam 10. Bibi juga bilang, jika lewat dari jam 10 Nona Sarah bisa berubah menjadi buruk rupa" ujar Zayyan begitu datar
"Bukan seperti itu, Tuan. Sebenarnya saya akan berubah menjadi Princess, tapi sepertinya Momi tidak mau mengungkapkan kebenarnanya"
Seketika seisi rumah tertawa mendengar obrolan Sarah dan Zayyan.
"Sepertinya Momi mu wanita yang mudah diajak bercanda"
"Yah. . Begitulah, buahkan tak akan jauh jatuh dari pohonya"
Mama Dessy tersenyum"Yasudah, kalau begitu berhati-hatilah"
Sarah pun mengangguk dan segera berpamitan pada seluruh keluarga Zayyan.
****
Kini mereka telah tiba di kediaman orang tua Sarah, seperti biasa Zayyan keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Sarah
“Terimakasih banyak, Tuan?" Ujar Sarah, setelah ia keluar dari dalam mobil
"Sama-sama, Nona"
Dari luar teras sudah ada Momi Sabrina yang sedang duduk menunggu putri sematawayangnya. Zayyan pun berjalan mendekat kearah Momi Sabrina.
"Bibi, Maaf saya terlambat 10 menit dari jam yang telah disepakaiti"
"Tidak apa, Nak Zayyan. Terimakasih sudah mengantar putri Bibi dengan selamat"
"Itu sudah menjadi tanggung jawab saya, Bibi. Kalau begitu saya harus undur diri"
"Berhati-hatilah"
Zayyan mengangguk sembari menundukkan sedikit punggungnya, setelah itu megarahkan pandangannya kepada Sarah dan tersenyum, tak menunggu waktu lama senyuman tersebut berbalas.
Sarah tak lepas memandangi Zayyan yang melangkah pergi, hingga mobil yang ditumpangi Zayyan mulai menjauh. Momi Sabrina yang menyadari akan hal itu mulai menggoda "Sarah!"
"Iya, Mom?"
"Kenapa banyak sekali bunga diatas kepalamu?"
Sarah langsung meletakkan tangannya diatas kepala, meraba-raba mencari bunga yang dimaksud oleh Mominya "Dimananya, Mom?"
"Bunganya tidak terlihat, karena berasal dari dalam hatimu"
"Maksud Momi?" kening Sarah berkerut, ia gagal mencerna ucapan Mominya
"Karena hatimu sedang berbunga-bunga"
Wajah Sarah merona, ia sedikit malu "Astaga. . Momi ada-ada saja. Sudahlah, aku masuk dulu, harus cepat-cepat berisitirahat, agar besok tidak kesiangan" pamitnya kemudian melangkah pergi tanpa menunggu jawaban dari Mominya
"Kau tidak ingin bercerita lebih dalam lagi tentang siapa Zayyan?" Teriak Momi Sabrina agar Sarah dapat mendengar
"Kami hanya sebatas kenal, tidak lebih" balas Sarah tak kalah nyaring sembari berlari-lari menaiki anak tangga
Momi Sabrina tersenyum sembari mengelngkan kepalanya "Ah. . Semoga saja Zayyan bisa merebut hati Sarah, aku benar-benar tidak sabar ingin segera memiliki menantu dan juga cucu hi. .hi. . " batinya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Atik Mujib
seneng bgt bacanya....gak ada konflik... cocok utk mengisi waktu santai di rmh setelah lelah kerja...pasangan yg cocok bgt...klop bgt...🤗🤗
2020-11-15
0