Sudah dua bulan berlalu semenjak pertemuan Sarah dengan Zayyan ditaman. Selama itu pula mereka tidak pernah lagi bertemu bahkan untuk bertukar kabar.
Sebenarnya Sarah selalu menantikan kabar dari Zayyan, namun sepertinya semua hanya menjadi kenangan. Ia menyadari jika Zayyan cepat atau lambat akan menikah. Entah dengan wanita pilihan Mamanya atau pilihannya sendiri.
Kala itu, Sarah baru saja menyelesaikan pekerjaa nya, bertepatan dengan masuknya jam istirahat. Ia pun merenggangkkan otot-otot tangan dan punggungnya yang sedari tadi sudah membuatnya merasa pegal. Ditengah-tengah aktivitasnya tba-tiba saja pintu terbuka, nampakklah sosok Reza berjalan menghampirinya, dengan membawa sebuket bunga dan tak lupa senyuman hangatnya. Hampir 2 bulan mereka tidak bertemu, karena Reza sedang dinas diluar kota mengurus beberapa masalah yang sedang menimpa perushaan.
"Selamat siang, Sarah" Sapa Reza dengan senyum manisnya, sembari menyerahkan sebuket bunga tulip berwarna merah. Tentunya senyuman itu disambut baik oleh Sarah dan menerima dengan semnagt bunga kesukannya tersebut. Ia juga sebenarnya cukup merindukan laki-laki yang kini tengah berdiri tepat dihadapannya.
"Selamat siang Pak Reza. Selamat datang kembali dan terimakasih atas bunganya."
"Terimakasih Sarah. Oh, ya . . .Ada hal penting yang ingin ku sampaiakan kepadamu"
Kening Sarah berkerut "Tentang apa itu, Pak?"
Reza menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ragu-ragu ia berkata "Em. . . Bisakah kita membicarakannya sambil makan siang?"
Sarah menghembuskan nafasnya secara kasar, terbesit kekhawatiran pada raut wajahnya. Ya. . . di khawatir akan menjadi bulan-bulanan para karyawan wanita dikantornya, karena banyaknya yang mendambakan sosok Reza.
"Tenanglah, Sarah. Tak usah hiraukan omongan mereka yang menggunjingmu. Mereka hanya iri"
"Baiklah, Pak Reza. Kalau begitu, saya akan bersiap-siap dulu"
Reza tersenyum "Yes. . . Akhirnya, setelah sekian lama aku mengajaknya makan siang bersama, hari ini ia menerima ajakanku tanpa menolak. Ini benar-benar diluar dugaan" batinya
****
Mama Cafe n Resto
Sarah melangkah masuk bersama Reza. Sepanjang jalan menuju meja, mereka terlihat mengobrol ringan dan sesekali saling melempar tawa, tanpa mereka sadari ada sepasang bola mata yang tengah memperhatikannya dengan tatapan tajam.
Kebetulan tempat duduknya tak jauh dari orang yang tengah mengawasinya itu. Sarah yang menyadari bahwa dirinya sedang diperhatikan sedikit menoleh kesamping, hingga akhirnya tatapan mereka berdua bertemu. Kening Sarah berkerut tatkala menyadari bahwa orang itu adalah pria yang selama dua bulan ini menghilang "Tuan Zayyan" batinnya
Sedangkan Zayyan segera membuang muka dan berbalik menghadap seorang wanita yang tengah menemaninya duduk makan siang.
"Oh. . Pantas saja ia sudah tak ada kabar selama ini, ternyata itu wanita pilihannya. Ya Tuhan! Kenapa rasanya hati ini sakit sekali?" batin Sarah kembali sembari menghela nafas beratnya
Reza yang menyadari itu tak segan bertanya "Kau kenapa Sarah?"
"Tidak apa, Pak. Oh ya, sudah tahu mau pesan apa?"
"Sudah. Kalau kau ingin pesan apa?"
"Samakan saja, Pak"
"Baiklah!" Reza pun segera memberitahukan menu makan siang apa yang ingin mereka makan kepada pelayan yang sudah berdiri disampingnya.
.
.
Kini mereka berdua telah selesai makan, perlahan Sarah meletakkan gelas minumnya dan menatap kearah Reza "Jadi Pak Reza, hal penting apakah yang anda maksudkan tadi?"
"Sarah, kau harus berjanji untuk tidak marah?" Pinta Reza
"Saya berjanji"
Reza menghela nafas beratnya kemudian menatap Sarah dengan serius "Selama dua bulan saya berada diluar kota, saya semakin sadar jika tidak bisa jauh dari dirimu walaupun hanya beberapa menit. Sarah ,saya sudah sangat lama menyukaimu, dan kau mengetahui itu. Saya juga tahu jika memilki perasaan yang sama terhadapaku, benar kan?"
Sarah terdiam "Dahulu sebelum aku mengenal Zayyan, aku memang menaruh hati pada Pak Reza. Tapi setelah aku mengenalnya, bahkan rasa yang dulu pernah ada kini sepenuhnya milik Zayyan. Yah. . . walapun sekarang aku harus menyaksikan sendiri jika Zayyan telah bersama wanita pilihannya" batinya
Merasa tak mendapat jawaban, Reza tak segan-segan meraih telapak tangan Sarah dan menggenggamnya "Bagaimana jika kita mulai membangun komitmen kedepannya. Apakah kau bersedia?"
Belum sempat Sarah menjawab. Tiba-tiba saja, Zayyan sudah berdiri dihadapan mereka berdua dengan tatapan yang begitu tajam. Sarah yang menyadari hadirnya Zayyan, segera melepas genggaman Reza dengan sedikit kasar lalu bangkit dari duduknya "Tuan Zayyan!?"
Tak nenghiraukan kata Sarah, ia beralih menatap Reza dengan tatapan penuh permusuhan. Nafasnya naik turun karena terguncang emosi saat melihat tangan Sarah disentuh, hampir saja meja itu terbalik jika ia tak mengingat sekarang berada ditempat umum. "Tuan, jaga sopan santun anda terhadap wanita"
Reza segera berdiri, sembari tersenyum membalas tatapan tajam yang diberikan oleh Zayyan "Maaf Tuan, anda siapa?"
"Saya kekasih Sarah, sebentar lagi kami akan menikah!"
Perasaan Reza yang semula tenang kini mulai memanas, ia berhasil terpengaruh oleh perkataan Zayyan. Pandangannya mengarah Sarah dengan penuh pertanyaan "Apa benar yang dikatakan Tuan ini, Sarah?"
Sarah tak kalah bingung menghadapi situasi yang sama sekali bekum ia hadapi seperti ini sebelumnya, dengan perasaan yang tidak enak ia berkata "Maaf Pak Reza atas kekacauan ini, tapi sepertinya anda harus pulang sendiri. Karena saya memilki urusan yang harus diselesaikan dengan Tuan ini"
"Tidak bisa! Kau pergi bersamaku, dan pulang harus bersamaku!" Tolak Reza dengan tegas
"Pak Reza, tolong mengertilah!" Pinta Sarah dengan tatapan penuh memohon.
"Tapi kau belum menjawab pertanyaanku, Sarah?"
"Apa anda tidak mengerti dengan bahasa manusia, Tuan? Saya jelas mengatakan jika Sarah adalah kekasih saya, itu berarti dia ammenolak anda" ujar Zayyan begitu dingin
"Tuan, anda diamlah! Saya sedang tidak berbicara dengan anda!" Ucap Reza yang penuh dengan kekesalan
"Pak Reza, tolong beri saya waktu untuk menjawabnya. Ini semua sangat mendadak, saya tidak bisa asal menerima, karena ini tentang masa depan" pinta Sarah sembari mengatupkan kedua tangannya
"Baiklah Sarah! Saya akan menanti jawaban dari dirimu" Ujar Reza sembari tersenyum, namun saat mengarahkan pandangannya kepada Zayyan tatapan itu langsung berubah menjadi kebencian.
"Kalau begitu kami permisi dulu Pak Reza" pamit Sarah yang sudah melangkah lebih dulu, dan diikuti Zayyan dibelakangnya.
.
.
Kini mereka berdua berada ditaman kecil restoran tersebut.
"Tuan Zayyan, bisakah anda menjelaskan maksud anda tadi?" Tanya Sarah, yang memecah keheningan anatara mereka berdua setelah beberapa menit lalu saling bungkam
"Saya rasa tidak ada yang perlu dijelaskan, Nona?" jawab Zayyan dengan datar
"Saya rasa sangat perlu dijelaskan, Tuan!"
"Bagian mana yang membuat anda tidak mengerti?"
"Saat anda mengatakan bahwa saya adalah kekasih anda, dan sebentar lagi akan menikah"
"Bukankah itu benar?"
Sarah menghela nafas beratnya, ia bingung dengan sikap dan perkataan Zayyan "Bagian mananya yang benar? Bahkan kita tidak pernah terikat sebelumnya. Saya dan anda hanyalah sebatas kenal tapi tidak dekat!"
"Kita dekat dan sangat dekat, Nona"
"Tuan, perkataan anda membuat saya menjadi kebingungan. Anda mengatakan kita dekat dan sangat dekat, tapi mengapa dalam 2 bulan ini anda sama sekali hilang bak ditelan bumi"
Sejenak Zayyan terdiam, kemudian berkata "Saya memiliki alasannya"
Sarah segera bangkit dari duduknya. Ia mengerti alasan yang akan diucapkan Zayyan, jika ia telah memilki calon istri, hal itu membuat dadanya terasa semakin sesak. "Saya tidak peduli alasannya apa! Tolong, jangan ganggu saya lagi, atau pun merusak privasi saya dengan orang lain"
Rahang Zayyan mengeras, tangannya mengepal saat ucapan Sarah seakan telah memberikan jarak diantara mereka berdua "Apa anda begitu menyukai pria tadi?"
Sarah mencoba tersenyum agar terlihat kuat "Maaf Tuan, tidak baik menanyakan privasi seseorang, terlebih lagi soal asmara. Saya permisi!" ia pun melangkah tergesa-gesa, karena sudah tidak sanggup menjawab setiap pertanyaan dari Zayyan. Air mata sudah tak dapat lagi terbendung tatkala ia terngingat Zayyan bersama seorang wanita direstoran tadi begitu mesra.
"Nona Sarah, saya belum selesai berbicara!" panggil Zayyan, namun tak dihiraukan oleh Sarah. Pandanganya pun mulai sayu, saat melihat Sarah menaiki taksi.
"Sarah, apa kau sama sekali tidak memilki perasaan apa-apa padaku? Ataukah hanya aku yang merasa seperti kau juga menyukaiku, tapi pada kenyataanya tidak?"
"Tapi, sangat muatahil bagi seorang wanita jika menolakku? Aku adalah Zayyan Raditya, sang pewaris Rads Group, siapapun wanita yang mendengar namaku akan langsung tahu, dan mulai mencari perhatian saat aku berada sedikit dekat dengan jaraknya" batin Zayyan yang masih saja sulit menghilangkan kenarsisannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
ira rodi
cowoknya kurang keren deh...secara kan blgnya cowoknya narsis...jadi klo blh cari yg lbh keren trs lbh dingin gt swsuai karakter.....
2020-11-15
1
Atik Mujib
pasangan serasi...cakkeeepppp...
2020-11-15
0