Sekitar 10 menit Boy pun sampai di kos nya.
Dia merebahkan tubuhnya ke atas ranjang dan tersenyum saat mengingat kejadian hari ini.
"Entah mengapa saat bersama dia gue ngerasa berbeda, gue selalu pengen tersenyum walau kesal.." Gumam Boy.
"Gue cabut Kata-kata gue yang ingin melukai hatinya, gue gak bakalan sanggup jika harus melihat nya manangis, melihatnya merintih kesakitan saja hati gue ikut teriris.." Gumam nya lagi.
"Sinta aku mencintai mu." Lanjut Boy lalu tersenyum.
Boy teringat dengan ponsel Sinta yang ada di saku nya, dia mengeluarkan ponsel itu dan mencoba menghidupkan nya dan ternyata batrai nya lobet.
"Heh.. pantes saja tadi dia melemparkan nya ternyata batrai nya lobet." Ucap Boy dan berdiri mencharger ponsel Sinta.
Setelah dia mencharger ponsel Sinta dia pun masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai mandi dia pun keluar ingin membeli nasi bungkus untuk majan siangnya karna perutnya yang sudah lapar.
"Bu.. nasi bungkus nya satu ya." Ucap Boy pada jualan nasi bungkus.
"Baik.. tunggu sebentar." Jawab Ibu itu.
"Ini pesanan nya." Ucap Ibu itu sambil menyodorkan plastik kresek yang berisi nasi bungkus itu.
"Baik bu,, terima kasih ya." Ucap Boy sambil memberikan uang pada ibu itu.
Boy pun sampai di kos nya dia langsung menyantap nasi bungkus yang baru di belinya itu karna sudah merasa sangat lapar.
Setelah Boy selesai makan dia melihat arloji yang di pakainya menunjukkan pukul 15.18 dia heran kenapa teman satu kok nya itu belum pulang juga. Memang mereka tidak terlalu akrab tapi Boy sudah menganggapnya seperti saudara karna sudah 2 tahun lebih Mereka tinggal bersama.
"Si Sandi kemana ya tumben jam segini belum pulang.." Gumam Boy.
"Apa dia mengantar pacarnya lalu dia mampir dulu ya?" Tanya Boy pada diri nya sendiri.
"Ah.. ngapain juga gue pikirin dia toh nanti juga dia bakalan pulang." Putus Boy.
"Assalamualaikum." Tiba- tiba suara tak asing bagi Boy pun mengucapkan salam, Boy pun menghampirinya.
"Abis darimana aja lo tumben baru balik biasanya elo yang duluan balik.." Boy Memcoba mencari tau.
"Apa lo tadi ngantar pacar lo terus mampir dulu ya?" Tanya Boy lagi yang belum sempat Sandi menjawab.
"Orang kalau ada yang ngucap salam itu di jawab dulu bukannya langsung nyambar." Umpat Sandi.
"Iya-iya walaikumsalam." Ucap Boy.
"Telat." Ketus Sandi dan beranjak menuju kamarnya.
"Eh.. lo belum jawab pertanyaan gue malah main tinggal aja." Boy kesal karna pertanyaan nya belum di jawab.
Boy memutuskan keluar dan duduk di teras, dia teringat dengan ponsel Sinta. Dia masuk sebentar untuk mengambil ponsel Sinta lalu kembali ke teras.
Dia menghidupkan ponsel itu dan terkejut karna ponsel itu tidak memakai kunci untuk membuka nya.
"Tidak di kunci? dasar! nanti kalau di curi orang bagaimana? teledor banget jadi orang." Gerutu Boy
Boy pun membuka album Sinta.
"Wahh banyak sekali foto- fotonya tapi kenapa medsos nya tidak ada foto sama sekali ya? apa ada alasan tertentu?" Tanya Boy pada diri nya sendiri.
"Imut sekali dia sewaktu kecil, dia tidak mirip dengan Ibunya tapi mirip Ayahnya, eh.. tapi apa ini benar Ayah dan Ibunya? ya pastilah orang mereka dekat sekali.." Gumam Boy yang melihat foto Sinta waktu kecil.
"Dia terlihat sangat ceria saat bersama dengan teman- teman nya,,, Eh tunggu ada fotonya dengan seorang pria, ganteng sih tapi masih gantengan aku lah tapi cuman satu apa ini pacarnya? ah tidak kan aku pacarnya, mungkin ini mantan pacarnya..."
"Aku harus mengirim nya ke ponsel ku lalu menghapusnya dari ponsel nya biar dia tidak bisa melihat nya lagi." Ucap Boy dan dia langsung mengirim foto tersebut ke ponselnya dan segera menghapus nya dari ponsel Sinta.
Dia kembali membuka madsos Sinta.
"Ternyata dia cuek ya, mood nya berubah -ubah, syukur waktu gue ngechat dia pas di waktu yang tepat waktu mood nya lagi baik." Ucap Boy yang sambil memainkan medsos Sinta.
Sandi keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk dia pun mencari keberadaan Boy, dia keluar dan tampak Boy yang sedang serius memainkan ponsel.
"Woii.. seeius amat dah." Seru Sandi dan melemparkan handuk nya ke arah Boy tapi dengan cepat Boy menghindarinya.
"Ah.. sial ga kenak lagi..." Kesal Sandi.
"Ceilehh... ternyata hape baru pantesan dah uda ga keganggu lagi." Celoteh Sandi yang sama sekali tidak ada niatan Boy untuk menjawab nya.
"Sombong amat lo mentang-mentang punya hapebaru." Lanjut Sandi lagi.
Boy pun mematikan ponsel Sinta karna sudah merasa cukup mamainkan nya dan sekarang beralih ke Sandi.
Bersambungggggg😂😂😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments