HAPPY READING... 🌹🌹🌹
Lima menit berlalu, tapi kami hanya diam, tak satu patah katapun keluar dari mulutku atau pun dirinya. Kini kegelisahan terus menyelimuti ku, dan untuk menutupi hal itu, mataku terus menatap keluar jendela kereta yang menampakan rumah-rumah dan pepohonan yang seakan berjalan mundur di hadapanku.
Sungguh! ingin sekali aku mengutuki rasaku ini, rasa yang masih tersisa untuknya meski tau dia adalah penyebab kepahitan yang terjadi kepada keluargaku saat ini, atau lebih tepatnya kami lah yang menjadi penyebabnya.
Ku hela nafas dalam-dalam, dan akhirnya ku beranikan diri untuk melihatnya dari ujung mataku, kulihat wajahnya gelisah seakan sulit untuk memulai semuanya, dan aku pun mulai bicara.
"Apa yang ingin kau katakan? waktu terus berjalan, kereta terus melaju dan mungkin akan segera tiba di Stasiun Banjar," Ucapku masih dengan nada ketus yang tak ingin memberi harapan padanya dan aku pun kembali menatap jendela.
Ku dengar dia menghela nafas berat, seakan sedang mengatur semua kata-kata yang ingin di ungkapkannya. Ku tajamkan pendengaranku sampai ku dengar dia mengucapkan namaku.
"La...! Sungguh rasa bersalahku atas semua yang terjadi kepada keluargamu akan terus tertanam dalam jiwa dan pikiranku. Akulah penyebab dari kekacauan ini, Ayahmu, Ibumu, dan semua kesulitan yang terjadi pada keluargamu, akulah penyebabnya. Aku benar-benar minta maaf, La! Aku benar-benar khilaf, seharusnya aku tidak membiarkan hawa nafsu menguasai jiwaku, seharusnya aku bisa menahan diri dari rasa cintaku yang teramat besar padamu. Jujur saja, saat itu hatiku terlalu senang saat mengetahui kau punya rasa yang sama denganku, hingga tanpa sadar, aku ingin segera memilikimu," Ucapnya, dan kembali diam seakan menunggu reaksiku.
Tapi aku tidak berkata apapun, aku terus saja memandang keluar jendela, meskipun cairan panas sudah hampir pecah di kedua mataku. Ucapannya kembali mengingatkanku akan penyesalan dan dosa yang telah ku perbuat dengannya. Dan air mataku tak dapat ku bendung lagi saat bayangan Bapak berkelebat dalam pandanganku saat ini.
"La...," Panggilnya lagi. Segera ku hapus air mataku dengan kedua tangan, lalu mengambil nafas dalam-dalam untuk mengatur kembali perasaanku.
"Kau tahu? Sejak aku mengenalmu 3 bulan yang lalu, Aku seakan menemukan kembali semangat hidupku yang dulu sempat hilang karena seringnya mendengar pertengkaran dari kedua orang tuaku. Dulu, Aku sempat berfikir bahwa tidak ada satu orang pun yang peduli denganku, baik itu orang tuaku maupun orang-orang di sekelilingku, hingga aku melampiaskan semuanya dengan melakukan hal-hal yang dilarang oleh kedua orang tuaku. Minuman keras, narkoba, geng motor, bahkan aku pernah berniat mengakhiri hidupku sendiri. Sampai Akhirnya dalam keadaan tidak sadar, Mama membawaku kemari dan menitipkan aku kepada kedua Pamanku." Ucapnya dengan suara sedikit tertahan sambil mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Perlahan kepalaku berputar ke arahnya, dan ku lihat ujung matanya sedikit basah, dia menatap ke arah atap kereta sambil mengerjapkan matanya beberapa kali, seolah ingin menahan agar cairan bening tidak jatuh dari tempatnya.
"La..., Terimakasih sudah hadir dalam hidupku. Terimakasih sudah membuatku menemukan kembali jati diriku dan mengenalkan aku kepada Sang Pencipta hingga membuat aku sadar akan arti dan tujuan hidup di dunia. Aku berjanji sejak hari ini aku akan belajar lebih baik lagi, memantapkan hatiku untuk menggapai Ridho Nya seperti yang sering kau ucapkan padaku." Ucapnya sambil tertunduk.
"Jangan berjanji kepadaku! jangan berterimakasih kepadaku! jangan berbuat baik karena aku! karena aku sama sekali tidak punya hak dan kewenangan untuk itu. Hanya Alloh dan dirimu sendirilah yang bisa merubah dirimu untuk lebih baik lagi." Ucapku.
"Ya, aku tahu itu, tapi setidaknya, karena dirimu lah awal dari perubahanku, Terimakasih sudah memberi kenangan manis untukku." Ucapnya lagi sambil mengambil sesuatu dari saku jaketnya, lantas memberikannya ke hadapanku.
"Apa ini?" tanyaku sambil menoleh sesaat untuk melihat wajahnya tanpa menerima buku yang masih di pegang olehnya.
"Buku pribadiku, seperti yang pernah ku lakukan padamu, anggap saja ini permintaan maaf dariku karena sudah membaca buku pribadimu tanpa seizin darimu, sehingga menyebabkan petaka untukmu dan keluargamu. Jika kamu memiliki banyak waktu bacalah buku ini. Aku mohon, sebenci apapun dirimu padaku, jangan buang buku ini sebelum kamu membaca semuanya. Jika kamu sudah membacanya kamu memiliki dua pilihan. Jika tidak suka kamu boleh membakarnya. Tapi, jika masih ada satu titik saja rasa cinta dari hati kecilmu untukku, maka simpanlah buku ini sebagai pengingat bahwa pernah ada satu kenangan manis diantara kita. Dan Aku akan terus berdo'a semoga Alloh kembali mempertemukan kita di hari bahagia dan kita akan membuka kembali lembaran buku itu bersama-sama." Ucapnya sambil berdiri dan meletakkan buku itu di atas kursi yang didudukinya karena aku tak juga mengambilnya.
"Aku pamit, Assalamualaikum," Ucapnya kemudian, sambil melangkah meninggalkanku yang masih terdiam mencerna semua kata-kata yang baru saja di ucapkannya dan menjawab salamnya di dalam hati saja.
"La...," Panggil seseorang, Aku tersentak sambil mengusap kasar air mataku yang tak terasa sudah mengalir di kedua pipiku. entah berapa lama pikiranku melayang sampai tidak sadar dengan kehadiran Pamanku.
"Dia sudah pergi," ucap Pamanku lagi.
Entah apa yang terjadi padaku, tiba-tiba saja aku berdiri saat menyadari kereta sudah berhenti dan terdengar pengeras suara yang memberi pengumuman bahwa kereta sudah sampai di kota Banjar. Ku putar tubuhku ke belakang berharap dia masih ada di sana, namun aku tidak menemukannya, aku pun melangkahkan kaki hendak keluar dari deretan kursi penumpang.
"Mau kemana, La?" tanya Pamanku.
Namun pikiranku yang kacau saat ini seakan tak mendengar pertanyaan Paman. Aku malah berlari menuju ke arah pintu gerbong kereta sambil celingukan mencari sosoknya, bahuku beberapa kali berbenturan dengan bahu penumpang yang naik dari Stasiun ini. Sampai akhirnya aku berhasil mencapai pintu gerbong kereta. Pandanganku berkeliling mencari sosoknya, Aku pun tertunduk lemas bersandar di pintu saat tak juga ku temukan dirinya yang seakan hilang di telan bumi.
Aku kembali berjalan dengan lemas saat kereta kembali melaju untuk membawa kami ke tempat yang dituju. Ku dudukan kembali bokongku di kursi melewati Pamanku yang mungkin heran melihat sikapku ini.
Dan saat kereta melaju perlahan, mataku menangkap sosok yang kucari sedang bersandar di tiang lampu rel dengan mengangkat sebelah kakinya ke belakang dan melambaikan tangannya ke arahku. Tiba-tiba saja tanganku terangkat dengan sendirinya ke arah jendela sebagai isyarat ucapan selamat tinggal padanya. Ku putar kepalaku hingga ke belakang agar aku bisa tetap melihatnya sampai sosok itu benar benar hilang di balik pepohonan dan bangunan-bangunan yang terlewati oleh kereta yang aku tumpangi. Dan aku pun kembali pada kesadaranku saat setetes air mata jatuh di kedua pipiku.
**********************
Bersambung... ❤❤❤⚘⚘⚘
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Hmmm... gak bisa berkata apa-apa untuk hubungan rumit di antara kalian Ola-Galih...
Terimakasih sudah membaca, jangan lupa like, vote dan komentar setelah membaca ya 🤗
I LOVE YOU ALL...❤❤❤⚘⚘⚘
By : Rahma Husnul
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
@InunAnwar
haduh serasa naik rollercoaster 😂😂
2022-01-14
1
Wahyu Beceng
ampe ikutn nangis q perasa an mng ga bisa di bhongin
2021-10-03
1
🅛➊🅝⸙ᵍᵏ
sediiiiiih😭😭😭😭
2021-04-01
1