Bapak...

HAPPY READING... 🌹🌹🌹

Dua hari berlalu, Bapak masih di rawat di rumah sakit, Aku yang semakin gelisah menunggu di rumah terus saja bertanya-tanya dan berdo'a untuk kesembuhan Bapak yang kini belum ada perkembangannya.

"Assalamualaikum," Sapa Teh Rifa dari pintu depan rumahku.

Aku yang sedang duduk termenung di dalam kamarku, segera bangkit dari dudukku dan menuju ke depan untuk membuka pintu. "Waalaikum salam, Teh!" jawabku.

Teh Rifa terdiam menatapku, wajahnya nampak lemas penuh keringat.

"Teteh baik-baik saja kan?" Tanyaku yang khawatir melihat keadaannya.

"Bersiaplah! kita akan ke Rumah Sakit sekarang, sekalian bawa baju ganti buat Sulis, kita jemput dia ke sekolahnya,"

"Ke...? Ke Rumah Sakit? Bapak...Baik-baik saja kan, Teh?"

"Lihat saja nanti!" Ucap Kakakku dingin.

"Tapi, Teh..."

"Cepatlah! Kita semua di suruh ke RS oleh Ibu, Kita naik angkot ke sana." Bentak Kakakku, tanpa menoleh ke arahku, wajahnya datar seakan tak mau memandangku, membuat Aku terdiam seketika.

Aku pun berlalu dari hadapannya untuk mengganti pakaian dan mengambil baju ganti untuk Sulis di kamar. Setelah memasukannya ke dalam phaperbag, kami segera berangkat menuju Rumah Sakit setelah sebelumnya menjemput Sulis di Sekolah.

Angkot yang kami tumpangi berhenti di depan gapura besar yang bertuliskan RS Dokter Soekardjo Tasikmalaya. Kami bertiga turun dan berjalan menuju Ruangan dimana Bapak kami dirawat.

Ku lihat Ibu sedang membaca Al-qur'an sambil menangis sendirian di samping Bapak yang masih terbaring tak berdaya dengan selang oksigen yang terpasang ke hidungnya, juga beberapa peralatan medis yang menempel di tubuhnya.

Aku berdiri mematung di depan tempat tidur pasien, tatapanku lurus pada sosok Bapak yang tak juga bergerak, rasa bersalahku kembali datang, kejadian itu kembali terbayang dan terus mengingatkanku akan dosa yang sudah aku lakukan. Tanpa sadar, kedua pipiku telah basah karna air mata yang kini sudah menganak sungai. Ku langkahkan kakiku ke sisi lain tempat tidur, tanganku bergetar, hendak ku ulurkan ke dada Bapak.

"Jangan sentuh dia!" ucap Ibuku tiba-tiba, membuat tanganku melayang di udara dengan getaran yang semakin hebat.

"Tapi, Bu..., Ola... hanya ingin..."

"Ingin apa? ingin membuat Bapakmu tambah sakit?" tanya Ibu lagi, sambil menatapku dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Aku yakin kalau Ibu sudah mengetahui penyebab dari sakitnya Bapak adalah gara-gara perbuatanku.

Aku terdiam dan tertunduk, rasa panas menyelimuti sekujur tubuhku, membuatku semakin bergetar, rasa takut dan rasa bersalah kini semakin bertambah, aku hanya mampu menahan isak dalam tunduk ku.

Ku lihat Kakakku dan Adikku di perbolehkan Ibu untuk menyentuh Bapak, hal itu semakin menambah sakit di dalam hatiku. Aku mulai berjalan menghampiri Ibu yang sedang duduk di kursi penunggu, Ku lipat kedua tanganku di depan dada sambil bersimpuh di bawah kedua kakinya.

"Maafkan Ola, Bu! maafkan kekhilafan Ola, maafkan kebodohan Ola, maaf..."

"Minta maaflah kepada Alloh juga Bapakmu!" ucap Ibuku sambil menggeser kakinya agar aku tidak menyentuhnya.

Tubuhku semakin bergetar, rasa bersalahku kini bertambah dengan ketakutan akan kemarahan Ibuku. Aku masih duduk bersimpuh dengan air mata yang terus menganak sungai di kedua pipiku. Sampai terdengar satu suara lemah memanggil namaku.

"O...la..."

"Deg!" Aku tersentak, terdiam sejenak untuk memastikan datangnya suara yang memanggilku itu.

"O...la..."

Aku bangkit dan menatap Bapak yang nampak menggerakkan kedua bibirnya perlahan.

"Bapak?" panggilku ke hadapan Beliau yang tengah di kerumuni Ibu dan kedua Saudariku.

Ku lihat Bapak membuka matanya perlahan, tatapannya langsung menuju ke arahku. tangan lemahnya nampak bergerak seakan memintaku untuk mendekat. Aku menggeser tubuhku hingga bersebelahan dengan Ibu. "Bapak...," Ucapku lirih, bibirku tersenyum di tengah tangisku, rasa bahagiaku datang saat Beliau menyebut namaku dan memandang wajahku, "Maafkan Ola, Pak!" ucapku lagi dengan air mata yang terus berjatuhan, tak sanggup lagi ku tahan.

Ibu sedikit bergeser membiarkanku lebih mendekat kepada Bapak, Ku raih tangan kanannya yang dingin dan sudah keriput itu ke dalam pelukanku sambil terus mengucapkan kata maaf.

"La...," Panggilnya lagi, ku rasakan satu sentuhan tangannya kirinya di atas pucuk kepalaku. "Bapak..., sudah... tidak... kuat... lagi...," ucapnya dengan suara pelan dan kesulitan untuk berkata.

"Bapak jangan seperti itu, Ola yakin Bapak akan sembuh," dengan berlinang air mata, ku cium tangan Bapak yang masih ku genggam. Mulai terdengar isakan dari arah Ibu juga kedua Saudariku.

"La..., Ingat... lah...! Kamu... harus... tetap... menjadi... cahaya... yang... bersinar... untuk... keluarga kita..., Bapak yakin, suatu hari..., kamu... akan mampu... mewujudkan... harapan... Bapak...," Ucap Bapak berusaha mengucapkan semua kata yang ingin diucapkannya.

Aku yang mendengar harapan Bapak yang begitu besar terhadapku, hanya bisa mengangguk dan terus menangis di hadapannya sambil menciumi tangannya.

"Berjanjilah...! Bapak... ingin... mendengarnya..., langsung dari... mulutmu." Ku rasakan kembali sentuhan tangan Bapak di pucuk kepalaku, membuat ku yang sedang tertunduk menciumi tangan kanannya mendongak menatap mata keriputnya yang juga menatapku dengan penuh harapan.

"Baiklah, Pak! Ola Berjanji akan menjadi anak kebanggaan Bapak dan Ibu, Ola tidak akan melakukan hal bodoh lagi, Ola tidak akan pernah membuat Bapak Kecewa lagi, tapi Ola mohon, Bapak sembuh lah! Ola tidak akan memaafkan diri Ola, kalau sampai terjadi sesuatu dengan Bapak," Ucapku dengan Yakin.

Ku lihat bibir Bapak tersenyum sambil menatapku, "Kalau pun... terjadi sesuatu... dengan Bapak..., Bapak... sudah... tenang... sekarang...., jaga Ibumu dan... kedua... saudarimu!" Ucapnya terbata-bata, ku lihat wajah pucat nya seakan bercahaya, seiring tersungging nya senyum dari bibirnya.

Bapak mengalihkan pandangannya kepada Ibu dan kedua Saudariku, Aku pun meletakkan tangan Bapak dan menggeser tubuhku agar Ibu bisa mendekat.

Ku dengar Bapak berbisik ke arah Ibu, Ibu nampak manggut-manggut sambil membelai tangan Bapak. Lalu giliran kedua Saudariku yang mendekat, mereka pun mendapat sedikit wejangan dari Bapak.

"Sekarang..., Bapak..., sudah..., bisa beristirahat..., dengan..., tenang...," Ucapnya dengan terbata-bata, membuat kami berempat terus memperhatikan wajah keriputnya yang kini nampak terpejam dan melemah.

"Pak...," Panggil Ibu pelan, "Bapak...!" Ibu mulai mengguncang tubuh Bapak. Dengan tangan gemetar, ibu memencet tombol hijau di samping tempat tidur berkali-kali untuk memanggil perawat.

"Apa yang terjadi, Bu?" tanyaku dan kedua Saudariku hampir bersamaan dan segera mendekat ke arah Bapak.

"Panggil Dokter!" Perintah Ibu kepada kami bertiga setelah Perawat tak juga muncul di kamar ini.

Kami bertiga hendak berlari keluar kamar, "Biar Ola saja!" ucapku tanpa menghentikan langkahku, dengan tergesa-gesa aku yang tak tahu persis posisi setiap ruangan dari Rumah sakit ini, celingukan mencari keberadaan perawat sampai aku tiba di satu ruangan khusus Perawat. Aku segera memberitahukan keadaan Bapak kepada perawat itu, dia pun mengangguk dan segera menuju ruangan Dokter untuk memanggilnya.

Dengan tangan dingin yang terus ku remas di depan pintu ruangan dokter, aku setia menunggunya, tak lama Dokter keluar beserta perawat tadi dan menuju ke kamar Bapak, Aku mengintil di belakangnya.

Saat aku masuk ke ruangan itu, ku lihat Ibu dan Kedua Saudariku terus menangis di hadapan tubuh Bapak yang nampak semakin lemah. Beberapa prosedur pemeriksaan di lakukan Dokter, mulai dari infusan, oksigen sampai kabel-kabel yang menempel di dada kiri Bapak.

"Jangan tinggalkan Beliau!" Ucap Dokter itu kepada kami, membuat kami semakin bertanya-tanya, apa yang akan terjadi dengan Bapak?

Ku lihat mata Bapak sudah tertutup, nafasnya semakin melemah, bibirnya bergetar dan bergerak mengucapkan sesuatu, ku tajamkan pendengaranku dan ku dengar Beliau mengucapkan kalimah Tahlil beberapa kali. Aku terus memandangnya sampai nafas itu terus melemah, melemah dan benar-benar hilang dari mulut dan hidungnya.

*********************

Bersambung...❤❤❤⚘⚘⚘

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

😢😢😢😢😢😢😢😢😢😢😢😢😢

Tetap like, vote dan komen ya Readers...😢

I LOVE YOU ALL...😘😘😘❤❤❤⚘⚘⚘

By: Rahma Husnul

Terpopuler

Comments

@InunAnwar

@InunAnwar

Aaaaa.... jd sedih kan thor😭😭

2022-01-14

1

Maria Ulfa

Maria Ulfa

sedih aq tuhhh

2021-06-24

1

🅛➊🅝⸙ᵍᵏ

🅛➊🅝⸙ᵍᵏ

sediiih ola harus kuat n sabar ya😥😥😥😥

2021-03-31

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog...
2 Mau Sholat...
3 Harapan Bapak...
4 Perasaan Wajar...
5 Diary...
6 Cari Kesempatan...
7 Tentang Rasa...
8 Manusia Tak Berhak Menghakimi...
9 Bisikan Syetan...
10 Maaf...
11 Olla???...
12 Bapak...
13 Kehilangan...
14 Rencana Kuliah...
15 Isi Hati Ibu...
16 Selamat Tinggal Kenangan...
17 Apapun Kulakukan Untukmu...
18 Kenangan Manis...
19 Takut dengan Rasaku...
20 Galih POV...
21 Selamat Datang di Yogyakarta...
22 Kampus Baru...
23 Faiz Khoirul Azzam...
24 Kehidupanku di Kota Gudeg...
25 PENGUMUMAN
26 Perjuanganku...
27 Kebaikan Seorang Teman...
28 Wisuda Mas Azzam...
29 Hadiah Untuk Mas Azzam...
30 Cukuplah Jaga Hatimu Untukku...
31 Hadiah dari Mas Azzam...
32 Aku Tau Siapa Diriku...
33 Bimbang...
34 Mencoba Untuk Membuka Hati...
35 Olimpiade Matematika...
36 Kekasihku Hebat...
37 Saat Mendebarkan...
38 Bersyukur...
39 Siapa Dia???...
40 Galih POV...
41 Keahlian Terpendam...
42 Pulang ke Kampung Halaman...
43 Kehangatan Keluarga...
44 Berangkat Umroh...
45 Jabal Rahmah...
46 Aku Tetap Menunggumu...
47 Galih POV...
48 Candu Bagiku...
49 Diary Galih...
50 Seandainya Aku Bisa Memilih...
51 Mencarinya...
52 Seminar...
53 Seminar part 2...
54 Isi Hatiku...
55 Wisuda...
56 Cincin...
57 Pertemuan (Part 1)...
58 Pertemuan (Part 2)...
59 Pulang Kampung...
60 Perjalanan Panjang...
61 Suasana Rumah...
62 Pesan...
63 Khitbah...
64 Bukan Untuk Menikungnya di Sepertiga Malam...
65 Menjaga Kesucian Hubungan Kita...
66 Melangkah Menyongsong Masa Depan...
67 Perjuangan di Negri Kincir Angin...
68 Tesis...
69 Tiba di Tanah Air ...
70 Menjelang Pernikahan ...
71 Hari Terakhir Masa Lajangku...
72 Aqad (Part 1)...
73 POV Azzam...
74 Aqad (part 2) ...
75 Resepsi...
76 Suasana yang Berbeda...
77 Kamar Pengantin Kedua...
78 Ibadah Terindah...
79 Hakikat Cinta... (Musim ke-1 End)...
80 Musim Ke-Dua...
81 Kejutan...
82 Istri Manjaku...
83 Mas Azzam-Keysha?...
84 Oll-Ga ...
85 Siapa Mereka? ...
86 Sampai di Ibukota...
87 Gang Panjang ...
88 Demi Keselamatanmu...
89 Parangtritis...
90 Memahami Makna Sunset....
91 Kepergian Dia...
92 PENGUMUMAN ...
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Prolog...
2
Mau Sholat...
3
Harapan Bapak...
4
Perasaan Wajar...
5
Diary...
6
Cari Kesempatan...
7
Tentang Rasa...
8
Manusia Tak Berhak Menghakimi...
9
Bisikan Syetan...
10
Maaf...
11
Olla???...
12
Bapak...
13
Kehilangan...
14
Rencana Kuliah...
15
Isi Hati Ibu...
16
Selamat Tinggal Kenangan...
17
Apapun Kulakukan Untukmu...
18
Kenangan Manis...
19
Takut dengan Rasaku...
20
Galih POV...
21
Selamat Datang di Yogyakarta...
22
Kampus Baru...
23
Faiz Khoirul Azzam...
24
Kehidupanku di Kota Gudeg...
25
PENGUMUMAN
26
Perjuanganku...
27
Kebaikan Seorang Teman...
28
Wisuda Mas Azzam...
29
Hadiah Untuk Mas Azzam...
30
Cukuplah Jaga Hatimu Untukku...
31
Hadiah dari Mas Azzam...
32
Aku Tau Siapa Diriku...
33
Bimbang...
34
Mencoba Untuk Membuka Hati...
35
Olimpiade Matematika...
36
Kekasihku Hebat...
37
Saat Mendebarkan...
38
Bersyukur...
39
Siapa Dia???...
40
Galih POV...
41
Keahlian Terpendam...
42
Pulang ke Kampung Halaman...
43
Kehangatan Keluarga...
44
Berangkat Umroh...
45
Jabal Rahmah...
46
Aku Tetap Menunggumu...
47
Galih POV...
48
Candu Bagiku...
49
Diary Galih...
50
Seandainya Aku Bisa Memilih...
51
Mencarinya...
52
Seminar...
53
Seminar part 2...
54
Isi Hatiku...
55
Wisuda...
56
Cincin...
57
Pertemuan (Part 1)...
58
Pertemuan (Part 2)...
59
Pulang Kampung...
60
Perjalanan Panjang...
61
Suasana Rumah...
62
Pesan...
63
Khitbah...
64
Bukan Untuk Menikungnya di Sepertiga Malam...
65
Menjaga Kesucian Hubungan Kita...
66
Melangkah Menyongsong Masa Depan...
67
Perjuangan di Negri Kincir Angin...
68
Tesis...
69
Tiba di Tanah Air ...
70
Menjelang Pernikahan ...
71
Hari Terakhir Masa Lajangku...
72
Aqad (Part 1)...
73
POV Azzam...
74
Aqad (part 2) ...
75
Resepsi...
76
Suasana yang Berbeda...
77
Kamar Pengantin Kedua...
78
Ibadah Terindah...
79
Hakikat Cinta... (Musim ke-1 End)...
80
Musim Ke-Dua...
81
Kejutan...
82
Istri Manjaku...
83
Mas Azzam-Keysha?...
84
Oll-Ga ...
85
Siapa Mereka? ...
86
Sampai di Ibukota...
87
Gang Panjang ...
88
Demi Keselamatanmu...
89
Parangtritis...
90
Memahami Makna Sunset....
91
Kepergian Dia...
92
PENGUMUMAN ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!