Tentang Rasa...

HAPPY READING...🌹🌹🌹

Hari minggu, semua orang ada di rumah, begitu pun dengan diriku, Setelah selesai mengerjakan semua pekerjaan rumah, Aku dan Sulis jadi kaum rebahan saja di kamar kami, sambil bercanda dan bercerita ngalor ngidul tentang semua hal yang unfaedah tentunya.

"Teh, sebenernya Teteh pacaran ya sama Kak Galih?" tanya Sulis mulai kepo dengan diriku, di tengah kami berbaring di atas tempat tidur karena kelelahan sehabis tertawa.

"Pacaran? Pacaran dari mana?" tanyaku sedikit nyolot.

"Biasa aja kali, Teh! kalo enggak ngerasa mah ha ha...," Sulis menggodaku, ucapan Adikku itu berhasil membuatku salah tingkah.

"Enggak, maksud Teteh, Kok kamu bisa nanya kayak gitu, Dek?" tanyaku pelan sambil mengusap tangannya.

"Ya..., denger aja dari orang-orang, terus pas waktu Teteh pulang sore juga, yang pulangnya ujan-ujanan itu, bukannya Teteh dari rumah dia? Sejak itu banyak yang nanyain lo teh sama Sulis," Jelas Sulis sambil menatap penuh tanya kepadaku.

"Nanyain apa?" tanyaku lagi.

"Ya... nanyain tentang hubungan Teteh sama Kak Galih, emang Teteh beneran suka sama dia?"

"Enggak! biasa aja," Jawabku sambil menatap ke langit-langit kamar kami, tentunya untuk menghindari terlihatnya kejujuran di mataku yang mungkin saja bisa di lihat oleh adikku.

"Sulis denger, waktu itu dia lagi sakaw lo, Teh!" ucap Sulis lagi.

"Masa sih?" tanyaku penasaran, karena memang aku tidak tahu kejadian sebelumnya yang menimpa Kak Galih, Aku pun tak pernah bertanya, ku pikir itu adalah urusan orang lain yang tidak perlu aku tau.

"Sulis juga gak tau persis si, Teh! cuman itu yang temen-temen Sulis katakan di sekolah, mereka sampe di larang berteman sama Kak Galih oleh orang tuanya."

Aku berfikir sejenak, apa benar itu yang terjadi padanya kemarin? pantas saja semua orang menatapku dengan tatapan aneh. Tapi bukannya sakaw itu adalah gejala berhenti mengonsumsi obat terlarang? bukankah seharusnya keluarganya dan orang-orang di sekitarnya mendukungnya, kenapa mereka malah mencemoohnya dan mengucilkannya? Tapi..., beberapa hari kemarin, dia terlihat baik-baik saja. Apa saat ini efeknya sudah hilang?

"Teh!" panggil Sulis lagi, cukup membuatku kaget dan membuyarkan lamunanku dari berbagai pertanyaan yang berputar di otakku tentang dia.

"Iya? Kenapa?" tanyaku untuk mengembalikan kerja otakku agar kembali ke dunia nyata.

"Kok Teh Rifa jarang gabung sama kita ya? padahal kalau bertiga kan lebih rame," ucap Sulis.

"Oh, iya..., Bulan ini, Teh Rifa jadi pendiam, dia tidak banyak bicara, hanya seperlunya saja." ucapku sambil menatap adikku, Sulis pun hanya terdiam mendengarkan ucapanku. "Mungkin pemilik darah yang di donorkan untuk Teh Rifa bulan ini punya karakter pendiam, jadinya Teh Rifa pun berubah jadi pendiam," Jelas ku, dan Adikku hanya mengangguk pelan. Pikiranku melayang pada satu bulan yang lalu, di mana sepulang dari rumah sakit untuk transfusi darah, Kakakku berubah jadi sosok Kakak yang menyenangkan dan periang.

Entahlah, aku sendiri sering tidak faham dengan karakter Kakak sulungku itu, perilakunya selalu berubah-ubah setiap kali selesai transfusi darah. Terkadang dia berubah jadi Kakak yang sangat bawel, ceria, dan cerdas, tapi di waktu yang lain karakternya justru bertolak belakang, bahkan sering lupa dengan apa yang baru saja dia lakukan.

"Kenapa gak kita samperin aja ke kamarnya biar rame, Dek?" Ucapku sambil mendudukkan diriku di atas tempat tidur.

"Hayu!" jawab Sulis semangat, lalu tiba-tiba dia menghentikan gerakannya yang hendak melangkah keluar kamar. "Apa nanti Teh Rifa gak akan marah kalau kita samperin, Teh?"

"Ya kita liat aja dulu Teh Rifanya lagi apa, kalo ganggu ya kita keluar lagi," jawabku.

"O iya deh," Sulis tersenyum. Kami pun melangkahkan kaki kami menuju kamar Teh Rifa yang bersebrangan dengan kamar kami. Kamar Teh Rifa berada di sebelah timur, kaca jendelanya mengarah langsung ke teras samping rumah kami.

"Assalamualaikum, Teh!" ucapku sambil mendorong pintu yang sedikit terbuka. nampak teh Rifa sedang duduk di tepi ranjang menghadap ke arah timur tepat di depan jendela. sinar mentari pagi yang menjelang tengah hari ini menyorot masuk ke dalam kamarnya.

"Eh..., Waalaikum salam," ucapnya nampak sedikit tersentak karena terbuyar dari lamunannya.

"Teteh lagi apa?" tanya Sulis.

"Gak papa, Teteh lagi duduk-duduk aja," ucapnya kemudian sambil kembali melirik ke arah jendela, lalu tersipu dan menundukkan kepalanya. Aku yang penasaran dengan hal itu, mengikuti tatapannya ke luar jendela.

"Deg!" jantungku berhenti sejenak. Ternyata dari sini aku dapat melihat dengan jelas jendela kamar Kak Galih di lantai dua yang terbuka lebar itu. Dan dia..., dia juga ada di sana. Aku menatap dia yang tengah duduk dengan menaikan sebelah kakinya ke mulut jendela, sambil memeluk gitar dan memetiknya untuk mengiringi setiap alunan lagu yang keluar dari mulutnya. Tatapanku berhenti sejenak menyaksikan pemandangan di luar sana. Aku pun teringat dengan kejadian kemarin, dimana dia menyanyikan lagu itu untukku, di teras samping rumah kami, tepat di bawah jendela kamar Teh Rifa.

Ku alihkan lagi pandanganku ke arah Kakakku. Entah mengapa, pipi putihnya nampak merona, dan sesekali kembali menatap ke arah luar jendela. "Teteh baik-baik saja kan?" tanyaku menatap tajam ke arahnya.

"Eh..., Ola nanya teteh?" Teh Rifa malah balik bertanya.

"Iya," jawabku singkat.

"Oh..., tentu saja Teteh baik-baik saja, apa wajah Teteh sudah terlihat pucat lagi?" tanyanya sambil menepuk-nepuk wajahnya dengan telapak tangannya, "Teteh kan baru transfusi dua minggu yang lalu," ucapnya nampak khawatir.

"Tidak, Teh! Wajah Teteh tidak pucat malah bersemu merah hehe...," ucapku untuk membuatnya kembali tenang. Ya..., itulah Kakak perempuanku, para tetangga menyebutnya seperti Drakula cantik yang setiap bulannya membutuhkan darah. Jika tidak, maka tubuhnya akan melemah tak berdaya dan kemungkinan terburuk akan terjadi padanya.

Tak jarang Bapak berkeliling kepada para tetangga atau saudara yang memiliki golongan darah yang sama dengan Teh Rifa, jika stok darah dari PMI tidak ada. Dan tak sedikit uang yang Bapak keluarkan sebagai rasa terimakasih Bapak untuk para pendonor tersebut, meskipun sebenarnya mereka tidak pernah menargetkan bayaran.

"Dek! Boleh Teteh minta tolong?" ucap Teh Rifa kepada Adikku yang masih berdiri disamping tempat tidur.

"Tolongin apa, Teh?" tanya Sulis.

"Ambilkan Teteh air hangat ya!" pinta Teh Rifa.

"Iya, Teh! sebentar!" Ucap Sulis sambil berlalu dari hadapan kami.

Teh Rifa menarik tanganku dan memintaku untuk duduk di sampingnya. Aku hanya mengikuti semua yang diinginkannya meskipun ada tanda tanya besar di kepalaku.

"Ada apa, Teh?" tanyaku saat melihat dirinya nampak ragu untuk mengucapkan sesuatu.

"Begini, La! Sebenarnya..., Sudah sejak lama, setiap pagi, setiap sore bahkan setiap malam sebelum tidur, Teteh selalu terdiam di sini untuk hanya sekedar melihatnya, "Ucap Kakakku sambil menatap jauh ke arah Kak Galih, lalu dia menunduk dan tersipu "Entah sejak kapan perasaan ini tumbuh, yang pasti Teteh selalu bahagia jika melihatnya." Ucapnya, wajah putihnya kembali memerah.

"Deg!" Jantungku tersentak mendengar semua yang di tuturkan nya. Tubuhku tiba-tiba gemetar dan mengeluarkan keringat dingin, ku remas jari jemariku yang ku tumpuk di atas pangkuanku. Tak satu patah kata pun yang mampu keluar dari mulutku.

"La!" Panggil Kakakku sambil menoleh ke arahku, mungkin dia heran karena aku yang hanya terdiam.

"Eh..., Iya, Teh?" jawabku sambil tersenyum garing.

"Kok malah bengong?" tanyanya.

"Mmm..., gak papa, Teh! Kalau Teteh suka sama dia, kenapa gak bilang aja, Teh?" ucapku kemudian, entah datang dari mana kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku.

"Maksudmu, Teteh bilang sama dia gitu? ya mana mungkin, La? Teteh kan seorang perempuan, mana Teteh berani?" ucapnya sambil kembali tersipu.

"Terus, gimana dia bisa tau kalau Teteh suka padanya?"

"Entahlah, saat ini..., Teteh belum berfikir ke arah sana, cukup dengan melihatnya saja dari sini setiap pagi dan sore, itu sudah membuat hati Teteh bahagia, La!" Dengan mata yang berbinar dan penuh cinta, tatapannya kembali ke arah Kak Galih, bibirnya tersenyum menunjukan betapa besar rasa yang tertanam di dalam hatinya untuk orang yang kini sedang kami lihat dari kejauhan ini.

***************

Bersambung...❤❤❤⚘⚘⚘

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Hadooooh... 🤔

Tetap vote, like, komen dan rating bintang 5 di setiap episodenya ya Readers... 😉😉😉

I LOVE YOU ALL...😘😘😘❤❤❤⚘⚘⚘

By : Rahma Husnul

Terpopuler

Comments

🅛➊🅝⸙ᵍᵏ

🅛➊🅝⸙ᵍᵏ

namanya cinta ntah kapan rasa itu mulai ada ,seiring berjlannya waktu cinta itu datang dengan sendirinya tapi kasihan si ola mengalah demi kakaknya mungkin kali ya

2021-03-30

1

nuri nurdianti🐊🐊☪️

nuri nurdianti🐊🐊☪️

hadeuh..... ini mah c ola bakalan banyak ngalah geura

2021-03-14

1

Melati Sari Ahmad

Melati Sari Ahmad

tetap semangat kk author

2021-03-04

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog...
2 Mau Sholat...
3 Harapan Bapak...
4 Perasaan Wajar...
5 Diary...
6 Cari Kesempatan...
7 Tentang Rasa...
8 Manusia Tak Berhak Menghakimi...
9 Bisikan Syetan...
10 Maaf...
11 Olla???...
12 Bapak...
13 Kehilangan...
14 Rencana Kuliah...
15 Isi Hati Ibu...
16 Selamat Tinggal Kenangan...
17 Apapun Kulakukan Untukmu...
18 Kenangan Manis...
19 Takut dengan Rasaku...
20 Galih POV...
21 Selamat Datang di Yogyakarta...
22 Kampus Baru...
23 Faiz Khoirul Azzam...
24 Kehidupanku di Kota Gudeg...
25 PENGUMUMAN
26 Perjuanganku...
27 Kebaikan Seorang Teman...
28 Wisuda Mas Azzam...
29 Hadiah Untuk Mas Azzam...
30 Cukuplah Jaga Hatimu Untukku...
31 Hadiah dari Mas Azzam...
32 Aku Tau Siapa Diriku...
33 Bimbang...
34 Mencoba Untuk Membuka Hati...
35 Olimpiade Matematika...
36 Kekasihku Hebat...
37 Saat Mendebarkan...
38 Bersyukur...
39 Siapa Dia???...
40 Galih POV...
41 Keahlian Terpendam...
42 Pulang ke Kampung Halaman...
43 Kehangatan Keluarga...
44 Berangkat Umroh...
45 Jabal Rahmah...
46 Aku Tetap Menunggumu...
47 Galih POV...
48 Candu Bagiku...
49 Diary Galih...
50 Seandainya Aku Bisa Memilih...
51 Mencarinya...
52 Seminar...
53 Seminar part 2...
54 Isi Hatiku...
55 Wisuda...
56 Cincin...
57 Pertemuan (Part 1)...
58 Pertemuan (Part 2)...
59 Pulang Kampung...
60 Perjalanan Panjang...
61 Suasana Rumah...
62 Pesan...
63 Khitbah...
64 Bukan Untuk Menikungnya di Sepertiga Malam...
65 Menjaga Kesucian Hubungan Kita...
66 Melangkah Menyongsong Masa Depan...
67 Perjuangan di Negri Kincir Angin...
68 Tesis...
69 Tiba di Tanah Air ...
70 Menjelang Pernikahan ...
71 Hari Terakhir Masa Lajangku...
72 Aqad (Part 1)...
73 POV Azzam...
74 Aqad (part 2) ...
75 Resepsi...
76 Suasana yang Berbeda...
77 Kamar Pengantin Kedua...
78 Ibadah Terindah...
79 Hakikat Cinta... (Musim ke-1 End)...
80 Musim Ke-Dua...
81 Kejutan...
82 Istri Manjaku...
83 Mas Azzam-Keysha?...
84 Oll-Ga ...
85 Siapa Mereka? ...
86 Sampai di Ibukota...
87 Gang Panjang ...
88 Demi Keselamatanmu...
89 Parangtritis...
90 Memahami Makna Sunset....
91 Kepergian Dia...
92 PENGUMUMAN ...
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Prolog...
2
Mau Sholat...
3
Harapan Bapak...
4
Perasaan Wajar...
5
Diary...
6
Cari Kesempatan...
7
Tentang Rasa...
8
Manusia Tak Berhak Menghakimi...
9
Bisikan Syetan...
10
Maaf...
11
Olla???...
12
Bapak...
13
Kehilangan...
14
Rencana Kuliah...
15
Isi Hati Ibu...
16
Selamat Tinggal Kenangan...
17
Apapun Kulakukan Untukmu...
18
Kenangan Manis...
19
Takut dengan Rasaku...
20
Galih POV...
21
Selamat Datang di Yogyakarta...
22
Kampus Baru...
23
Faiz Khoirul Azzam...
24
Kehidupanku di Kota Gudeg...
25
PENGUMUMAN
26
Perjuanganku...
27
Kebaikan Seorang Teman...
28
Wisuda Mas Azzam...
29
Hadiah Untuk Mas Azzam...
30
Cukuplah Jaga Hatimu Untukku...
31
Hadiah dari Mas Azzam...
32
Aku Tau Siapa Diriku...
33
Bimbang...
34
Mencoba Untuk Membuka Hati...
35
Olimpiade Matematika...
36
Kekasihku Hebat...
37
Saat Mendebarkan...
38
Bersyukur...
39
Siapa Dia???...
40
Galih POV...
41
Keahlian Terpendam...
42
Pulang ke Kampung Halaman...
43
Kehangatan Keluarga...
44
Berangkat Umroh...
45
Jabal Rahmah...
46
Aku Tetap Menunggumu...
47
Galih POV...
48
Candu Bagiku...
49
Diary Galih...
50
Seandainya Aku Bisa Memilih...
51
Mencarinya...
52
Seminar...
53
Seminar part 2...
54
Isi Hatiku...
55
Wisuda...
56
Cincin...
57
Pertemuan (Part 1)...
58
Pertemuan (Part 2)...
59
Pulang Kampung...
60
Perjalanan Panjang...
61
Suasana Rumah...
62
Pesan...
63
Khitbah...
64
Bukan Untuk Menikungnya di Sepertiga Malam...
65
Menjaga Kesucian Hubungan Kita...
66
Melangkah Menyongsong Masa Depan...
67
Perjuangan di Negri Kincir Angin...
68
Tesis...
69
Tiba di Tanah Air ...
70
Menjelang Pernikahan ...
71
Hari Terakhir Masa Lajangku...
72
Aqad (Part 1)...
73
POV Azzam...
74
Aqad (part 2) ...
75
Resepsi...
76
Suasana yang Berbeda...
77
Kamar Pengantin Kedua...
78
Ibadah Terindah...
79
Hakikat Cinta... (Musim ke-1 End)...
80
Musim Ke-Dua...
81
Kejutan...
82
Istri Manjaku...
83
Mas Azzam-Keysha?...
84
Oll-Ga ...
85
Siapa Mereka? ...
86
Sampai di Ibukota...
87
Gang Panjang ...
88
Demi Keselamatanmu...
89
Parangtritis...
90
Memahami Makna Sunset....
91
Kepergian Dia...
92
PENGUMUMAN ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!