Kehilangan...

HAPPY READING... 🌹🌹🌹

"Dokteeeer...!" Teriak Ibu dengan suara sengaunya karena bercampur dengan air mata.

Dokter yang hendak melangkah keluar kamar berbalik seketika, dan segera menghampiri tubuh Bapak. Stetoskop yang melingkar di lehernya segera ia gunakan kembali untuk memeriksa keadaan Bapak.

Kulihat wajah Dokter itu berkerut, dan melakukan pemeriksaan lagi berulang-ulang seakan ingin meyakinkan pendengaran dan hasil pemeriksaannya itu. "Mohon maaf, Beliau sudah tidak ada," ucapnya pelan.

"Bapaaaaaak...!" Teriak Ibu dan kedua saudariku sambil menghambur ke tubuh Bapak yang sudah terbaring dengan tenang.

"Wusssss...," Hawa panas merasuki sekujur tubuhku, kedua lututku bergetar seketika, dan kurasakan kakiku semakin lemah dan tak mampu lagi menopang beban tubuhku. Pikiranku melayang mengingat semua perjuangan yang telah Bapak lakukan untuk keluargaku, Kerja kerasnya, kasih sayangnya, pengorbanannya serta nasihat-nasihat yang selalu mengalir dari mulutnya.

Kejadian kemarin kembali terlintas, dan ku lihat wajah kecewanya yang menatapku dengan tatapan tajam membuatku terus mengutuki perbuatanku, seakan ingin mengulang kembali waktu ke beberapa hari yang lalu.

Tiba-tiba penglihatan ku menguning sesaat, lantas seluruh ruangan nampak gelap, hanya suara isak tangis Ibu dan kedua Saudariku yang ku dengar. Tubuhku terasa melayang, tak lagi kurasakan pijakan kakiku di atas dinginnya lantai rumah sakit ini. Suara isak tangis itu perlahan memudar dan menjauh, jauh dan semakin jauh...dan "Bruk...!" Suara terakhir yang ku dengar saat tubuhku jatuh ke lantai.

*********

"Teh..., Teteh...!" Kudengar suara Sulis memanggil-manggil namaku, tangannya menepuk kedua pipiku.

"Aaaw...!" Ucapku sambil memegang kepalaku, rasanya pusing sekali. Perlahan ku buka mataku, tatapanku langsung tertuju pada wajah Adikku yang nampak merah dan sembab karena habis menangis. Ku putar pandanganku ke seluruh ruangan ini, ternyata aku sedang berada di dalam ruangan rumah sakit, dan tertidur di tempat tidur pasien. Aku tersentak mengingat apa yang baru saja terjadi, seketika aku terbangun dan kembali memutar pandanganku untuk mencari keberadaan Bapak. "Dek? Bapak mana?" tanyaku.

Tapi Sulis tidak menjawab, dia malah menangis tersedu-sedu di hadapanku.

"Bapak mana, Dek?" tanyaku lagi sambil memegang pundaknya yang berguncang.

"Bapak..., Bapak sudah di bawa pulang oleh ambulance, Teh!" Ucapnya di sela isak nya.

"Bapaaaak...!," Panggilku, bibirku kembali bergetar, air mataku tak sanggup ku bendung lagi, kami berdua menangis membuat pasien lain yang berada di ruangan itu menatap ke arah kami.

"Sudah, Teh!" Ucap Adikku sambil mendudukkan dirinya di sampingku, air mata terus mengalir dikedua pipi kami, dan kami pun saling berpelukan, untuk saling menguatkan dan mengungkapkan semua sesak di dalam dada kami.

"Alhamdulillah, kamu sudah bangun, La, Ayo kita pulang! Bapakmu sudah di bawa ambulance ke rumah," Ucap seorang pria yang tiba-tiba datang menghampiri kami karena mendengar teriakanku.

"Paman?" tanyaku kepada adik satu-satunya dari Bapakku yang sekarang tinggal di Jogja.

"Iya, Paman baru sampai 10 menit yang lalu, Semalam Ibumu telephon Paman, memberitahu Bapakmu sedang sakit keras, jadi Paman segera pulang dengan kereta tadi pagi." Jelas Pamanku.

"Terimakasih, Paman!" ucapku.

"Iya, Ayo kita pulang sekarang! Paman sudah mengurus administrasinya."

Aku dan Adikku mengangguk, Kami bertiga pun pulang dengan menggunakan angkot jurusan rumahku.

Udara dingin sore hari menyeruak menyapu tubuhku saat aku menginjakkan kaki di halaman rumahku. Para tetangga sudah berkumpul di depan rumah, Ku lihat sebagian dari mereka sibuk mempersiapkan keperluan untuk memandikan jenazah Bapak. Terdengar suara bacaan Yasin menggema dari dalam rumahku, membuat hatiku semakin terasa pilu.

Dengan sedikit memapahku, paman dan Sulis membawaku masuk ke dalam rumah. Pandanganku berkeliling menatap semua orang di sekitar rumahku, entah mengapa aku merasa seakan mereka memandangku dengan pandangan menyalahkan ku atas semua yang menimpa Bapak saat ini. Atau mungkin ini hanya perasaanku saja?

Sekilas ku lihat sosok Kak Galih yang sedang berdiri menatapku dengan iba di ujung teras rumahku.

Aku semakin tertunduk, ingin rasanya aku menyembunyikan wajahku dari pandangan mereka, tapi Paman terus membawaku ke dalam, hingga ku lihat jenazah Bapak yang tengah terbaring di atas karpet yang di gelar di ruang depan rumahku. Dan Ibuku sedang duduk termenung bersama Teh Rifa, air mata terus bercucuran dari keduanya.

Tubuhku kembali bergetar saat aku menginjakan kakiku tepat di ambang pintu rumah ini. Kembali terbayang tatapan kekecewaan Bapak saat berdiri disini sambil menatapku waktu itu. kakiku kembali lemas dan ambruk ke lantai, hingga orang-orang yang sedang membacakan Yasin di sekitar jenazah Bapak berbalik dan menatapku.

Sambil merayap perlahan, ku seret tubuhku mendekati jenazah Bapak, cairan panas dari kedua mataku kembali merembes dan mengalir menganak sungai di kedua pipiku, begitu pun dengan Adikku. Aku duduk bersimpuh di hadapan jenazah Bapak sambil berulang-ulang mengucapkan kata maaf di sela isakanku.

"Hati-hati! Jangan sampai air mata kalian jatuh pada tubuh jenazah!" ucap Ustad Ahmad di sela memimpin bacaan Yasin.

Aku terdiam dan segera mengusap air mataku dengan kedua tangan.

"La! Lis! Sudah jangan menangis lagi, ini sudah takdir Yang Maha Kuasa, berlapang hati lah untuk menerima semua ini," Ucap Pamanku sambil mengusap punggung kami berdua.

Kami mengangguk dan menggeser tubuh kami untuk menghampiri Ibu juga Kakakku.

Seketika, tangan ibu terbentang memeluk kami bertiga, dan isak tangis kami pun tak terbendung lagi, Kami saling mengungkapkan kesedihan kami dan menumpahkan semua sesak yang tertahan sejak di rumah sakit siang tadi, membuat orang-orang di sekitar kami menatap kami dengan iba, ku dengar suara mereka yang terus memberi dukungan untuk menguatkan hati kami sampai kurasakan tangan Ibu menyentuh dan membelai lembut kepalaku.

"Nyesss...!" Seketika kurasakan kenyamanan yang luar biasa dari sentuhan lembutnya, ku usap tangan Ibu sambil mengangkat kepalaku untuk memandang Ibuku, ku lihat mata sayu nya pun menatapku, Aku terus memandangnya sampai ku lihat pula setitik kasih sayang darinya untukku, meski kesedihan tak dapat di sembunyikan dari kedua matanya.

Ku eratkan pelukanku ke pinggang Ibuku. Sungguh, kerinduanku akan kasih sayang Beliau yang selalu ku nantikan sejak masa kecilku, seolah terbayar dengan pelukan tulus dari Ibuku saat ini.

"Mari kita mandikan jenazahnya!" Ucap Ustad Ahmad.

Ibu melepaskan pelukannya kepada kami bertiga, lantas berdiri dan mempersilahkan petugas pemulasaraan jenazah untuk mengangkat jasad Bapak ke samping rumah kami untuk di mandikan. Meski dengan berlinang air mata, Ibu, Paman dan Kami bertiga ikut memandikan jenazah Bapak, Kami ingin menyiramkan air untuk terakhir kalinya ke atas tubuh Bapak untuk mensucikan jasadnya.

Proses pemulasaraan jenazah terus di lakukan, sampai Bapak benar-benar di kebumikan di pemakaman keluarga di samping makam Kakek dan Nenekku.

**********

Bersambung...❤❤❤⚘⚘⚘

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Tak terasa air mata saya mengalir saat menulis part ini 😢

Tetap dukung Ola dengan Like, Vote, bintang 5 serta komentarnya ya.

Terimakasih semuanya.

I LOVE YOU ALL...😘😘😘❤❤❤⚘⚘⚘

By : Rahma Husnul

Terpopuler

Comments

@InunAnwar

@InunAnwar

betul sekali thor, Sayya jugak,... 😭

2022-01-14

1

Ainy Arfa

Ainy Arfa

mewek

2021-09-01

1

🅛➊🅝⸙ᵍᵏ

🅛➊🅝⸙ᵍᵏ

jadi ikutan nangis aku udah pernah ada di posisi ola sungguh sangat sedih di tinggal ayah😥😥😥😥😭😭😭😭

2021-03-31

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog...
2 Mau Sholat...
3 Harapan Bapak...
4 Perasaan Wajar...
5 Diary...
6 Cari Kesempatan...
7 Tentang Rasa...
8 Manusia Tak Berhak Menghakimi...
9 Bisikan Syetan...
10 Maaf...
11 Olla???...
12 Bapak...
13 Kehilangan...
14 Rencana Kuliah...
15 Isi Hati Ibu...
16 Selamat Tinggal Kenangan...
17 Apapun Kulakukan Untukmu...
18 Kenangan Manis...
19 Takut dengan Rasaku...
20 Galih POV...
21 Selamat Datang di Yogyakarta...
22 Kampus Baru...
23 Faiz Khoirul Azzam...
24 Kehidupanku di Kota Gudeg...
25 PENGUMUMAN
26 Perjuanganku...
27 Kebaikan Seorang Teman...
28 Wisuda Mas Azzam...
29 Hadiah Untuk Mas Azzam...
30 Cukuplah Jaga Hatimu Untukku...
31 Hadiah dari Mas Azzam...
32 Aku Tau Siapa Diriku...
33 Bimbang...
34 Mencoba Untuk Membuka Hati...
35 Olimpiade Matematika...
36 Kekasihku Hebat...
37 Saat Mendebarkan...
38 Bersyukur...
39 Siapa Dia???...
40 Galih POV...
41 Keahlian Terpendam...
42 Pulang ke Kampung Halaman...
43 Kehangatan Keluarga...
44 Berangkat Umroh...
45 Jabal Rahmah...
46 Aku Tetap Menunggumu...
47 Galih POV...
48 Candu Bagiku...
49 Diary Galih...
50 Seandainya Aku Bisa Memilih...
51 Mencarinya...
52 Seminar...
53 Seminar part 2...
54 Isi Hatiku...
55 Wisuda...
56 Cincin...
57 Pertemuan (Part 1)...
58 Pertemuan (Part 2)...
59 Pulang Kampung...
60 Perjalanan Panjang...
61 Suasana Rumah...
62 Pesan...
63 Khitbah...
64 Bukan Untuk Menikungnya di Sepertiga Malam...
65 Menjaga Kesucian Hubungan Kita...
66 Melangkah Menyongsong Masa Depan...
67 Perjuangan di Negri Kincir Angin...
68 Tesis...
69 Tiba di Tanah Air ...
70 Menjelang Pernikahan ...
71 Hari Terakhir Masa Lajangku...
72 Aqad (Part 1)...
73 POV Azzam...
74 Aqad (part 2) ...
75 Resepsi...
76 Suasana yang Berbeda...
77 Kamar Pengantin Kedua...
78 Ibadah Terindah...
79 Hakikat Cinta... (Musim ke-1 End)...
80 Musim Ke-Dua...
81 Kejutan...
82 Istri Manjaku...
83 Mas Azzam-Keysha?...
84 Oll-Ga ...
85 Siapa Mereka? ...
86 Sampai di Ibukota...
87 Gang Panjang ...
88 Demi Keselamatanmu...
89 Parangtritis...
90 Memahami Makna Sunset....
91 Kepergian Dia...
92 PENGUMUMAN ...
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Prolog...
2
Mau Sholat...
3
Harapan Bapak...
4
Perasaan Wajar...
5
Diary...
6
Cari Kesempatan...
7
Tentang Rasa...
8
Manusia Tak Berhak Menghakimi...
9
Bisikan Syetan...
10
Maaf...
11
Olla???...
12
Bapak...
13
Kehilangan...
14
Rencana Kuliah...
15
Isi Hati Ibu...
16
Selamat Tinggal Kenangan...
17
Apapun Kulakukan Untukmu...
18
Kenangan Manis...
19
Takut dengan Rasaku...
20
Galih POV...
21
Selamat Datang di Yogyakarta...
22
Kampus Baru...
23
Faiz Khoirul Azzam...
24
Kehidupanku di Kota Gudeg...
25
PENGUMUMAN
26
Perjuanganku...
27
Kebaikan Seorang Teman...
28
Wisuda Mas Azzam...
29
Hadiah Untuk Mas Azzam...
30
Cukuplah Jaga Hatimu Untukku...
31
Hadiah dari Mas Azzam...
32
Aku Tau Siapa Diriku...
33
Bimbang...
34
Mencoba Untuk Membuka Hati...
35
Olimpiade Matematika...
36
Kekasihku Hebat...
37
Saat Mendebarkan...
38
Bersyukur...
39
Siapa Dia???...
40
Galih POV...
41
Keahlian Terpendam...
42
Pulang ke Kampung Halaman...
43
Kehangatan Keluarga...
44
Berangkat Umroh...
45
Jabal Rahmah...
46
Aku Tetap Menunggumu...
47
Galih POV...
48
Candu Bagiku...
49
Diary Galih...
50
Seandainya Aku Bisa Memilih...
51
Mencarinya...
52
Seminar...
53
Seminar part 2...
54
Isi Hatiku...
55
Wisuda...
56
Cincin...
57
Pertemuan (Part 1)...
58
Pertemuan (Part 2)...
59
Pulang Kampung...
60
Perjalanan Panjang...
61
Suasana Rumah...
62
Pesan...
63
Khitbah...
64
Bukan Untuk Menikungnya di Sepertiga Malam...
65
Menjaga Kesucian Hubungan Kita...
66
Melangkah Menyongsong Masa Depan...
67
Perjuangan di Negri Kincir Angin...
68
Tesis...
69
Tiba di Tanah Air ...
70
Menjelang Pernikahan ...
71
Hari Terakhir Masa Lajangku...
72
Aqad (Part 1)...
73
POV Azzam...
74
Aqad (part 2) ...
75
Resepsi...
76
Suasana yang Berbeda...
77
Kamar Pengantin Kedua...
78
Ibadah Terindah...
79
Hakikat Cinta... (Musim ke-1 End)...
80
Musim Ke-Dua...
81
Kejutan...
82
Istri Manjaku...
83
Mas Azzam-Keysha?...
84
Oll-Ga ...
85
Siapa Mereka? ...
86
Sampai di Ibukota...
87
Gang Panjang ...
88
Demi Keselamatanmu...
89
Parangtritis...
90
Memahami Makna Sunset....
91
Kepergian Dia...
92
PENGUMUMAN ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!