HAPPY READING... 🌹🌹🌹
Bisikan demi bisikan terus terdengar dari mulut mereka, "Ah...bilang aja pengen ditemenin kabogohna, paling ge Si Galih mah tos mabok atawa habis minum obat itu teh... aya-aya wae, bikin panik orang sekampung!" Begitulah kira-kira umpatan mereka yang terlontar dari mulut para tetangga. Dan aku... aku semakin tertunduk, seandainya saja aku bisa melihat cermin, mungkin saat ini mukaku begitu merah karena malu, atau juga pucat karena takut. Entahlah aku juga tidak tahu, bagaimana cara mendeskripsikan wajahku saat ini, lagi pula tidak ada cermin disini.
Aku mencoba untuk menarik tanganku dari genggamannya sambil tersenyum garing yang ku paksakan kearah Kak Galih dan semua orang. Akhirnya tanganku bisa kulepas, dan Kak Galih menggeliat, senyum manisnya telah hilang digantikan dengan tatapan kebingungan saat matanya berputar ke seluruh ruangan yang sudah dipenuhi banyak orang. Dia berusaha mendudukkan tubuh lemas nya, bersandar pada sofa besar di belakangnya, wajahnya pucat, rambut hitamnya berantakan, semua orang memperhatikan gerak-geriknya, dan Aku sendiri...? "Astaghfirullahal adzim..." Gumamku dalam hati, mata polos ku yang masih perawan ini malah terus menikmati setiap lekuk wajah di hadapanku yang tampan alami ini tanpa ekspresi. "Ya Ampun Olla...sadar...! dosa Olla...dosa..., itu zinah mata namanya...!" umpat batinku pada diriku sendiri, Aku mengusap wajah, lalu menundukkan pandanganku. "Hadeuuuh... kenapa jantungku dag-dig-dug kayak gini ya?" gumamku lagi .
"Syukurlah sepertinya, kamu sudah baik-baik saja Galih", Ucap salah seorang pria paruh baya yang tak lain adalah Kaka dari ibunya Kak Galih, "jangan bikin ulah lagi! ingatlah dengan perjuangan ibumu!", ucapnya lagi. Lalu tanpa mendengar jawaban dari Kak Galih, mereka semua berdiri dan menepuk pundak Kak Galih.
"Paman pulang dulu, sudah mau hujan", ucapnya kemudian, dan berlalu pergi menuju pintu seiring dengan bubarnya para tetangga meninggalkan Aku dan Ceu Nani juga Kak Galih yang sepertinya belum sadar sepenuhnya.
"Olla juga pulang ya, Ceu!" pamit ku pada Ceu Nani.
"Ih...jangan dulu atuh, La!, temenin Euceu dulu disini", pinta Ceu Nani sambil memelas.
"Tapi Olla belum Sholat Ceu", Ucapku yang memang belum sholat Ashar, padahal jam sudah menunjukan pukul empat lebih sepuluh menit.
"Ola Sholat disini aja atuh..., ya?", pinta Ceu Nani lagi, masih dengan wajah memelasnya.
Aku berfikir sejenak, yah...begitulah aku, selalu kalah saat ada orang yang memohon sedikit saja, lalu aku pun menganggukkan kepalaku karena tak tega melihat Ceu Nani yang terus memohon.
Aku segera meletakan ransel yang masih setia nemplok sejak tadi di punggungku ke atas sofa, lalu bergegas menuju kamar mandi yang ada disamping dapur untuk mengambil air Wudhu. Aku kembali menghampiri Ceu Nani dan Kak Galih, karena aku tidak tahu harus Sholat dimana. "Ceu...dimana Sholatnya?" tanyaku sambil mengusap wajahku yang basah karena air Wudhu.
"Oh...itu...di atas aja La", jawab Ceu Nani sambil tersenyum girang dan menaikan jari telunjuknya ke arah lantai 2.
Aku mendongakkan kepalaku, dan sebelum aku kembali bertanya, Ceu Nani sudah menarik tanganku menuju tangga untuk naik ke lantai dua.
"Yuk...!" ajaknya, dan Aku hanya mengikuti langkahnya menaiki tangga sampai berhenti tepat didepan pintu sebuah kamar. Ceu Nani memutar handel pintu dan "brak...!" pintu terbuka menampakan isi kamar yang tersusun rapi dengan perabot yang serba bagus menurutku. Aroma parfum menyeruak menambah kesan mewah dari isi kamar ini.
Aku memutar pandanganku, kagum dengan tatanan kamar ini, kombinasi warna moca dan coklat tua antara cat tembok, furniture, gorden, dan bad cover yang menyelimuti tempat tidur besar dikamar ini sangat mecing menurutku. "Kamar siapa ini Ceu?" tanyaku.
"Kamar Den Galih", ucapnya sambil tersenyum.
Aku hanya membulatkan mulutku tanpa suara, dan pandanganku masih tetap berputar mengagumi isi kamar ini. Aku melangkah ke arah jendela yang terbuka, dari sini aku bisa melihat jelas rumah sederhanaku yang terletak tepat di samping rumah ini, aku mendongakkan kepalaku ke bawah, kulihat kawat-kawat jemuranku yang terbentang di samping rumahku sudah kosong, sepertinya ibu sudah mengangkat semua pakaian yang aku jemur pagi tadi, aku menarik nafas lega.
Ku alihkan pandanganku ke sebelah barat, dari sini Aku dapat melihat dengan jelas, Gunung Galunggung yang berdiri tegak dengan gagahnya diselimuti awan hitam yang bergerombol tertiup angin dingin, sekilas kulihat cahaya berkelebat di atas langit yang menghitam, Aku bergidik dan mundur beberapa langkah, "Pasti akan turun hujan besar", gumamku.
"Euceu kebawah lagi ya, La!, kamu sholat dulu disini!", Ceu Nani mengulas senyum ke arahku, sambil memberikan gulungan mukena miliknya. Aku Pun mengangguk dan segera melaksanakan kewajibanku.
Aku menutup wajah dengan kedua tanganku setelah ku ucapkan salam untuk menutup ritual ibadahku, tak lupa kupanjatkan beberapa Do'a untuk kedua orang tuaku, keluargaku juga diriku sendiri, serta sebagai rasa syukur atas nikmat yang telah Alloh berikan padaku.
Aku menoleh ke arah jendela, ternyata bulir-bulir air hujan tengah berlomba-lomba meluncur turun dari mega hitam menuju bumi yang sudah basah. Aku menghela nafas panjang. Ah...! akhirnya hujan turun, pasti Ibu dan Bapak khawatir denganku karena aku belum pulang juga.
Aku bergegas turun kembali ke lantai bawah setelah melipat mukena, lalu berjalan menghampiri Ceu Nani dan Kak Galih yang tampaknya mulai sadar, Mata belo nya menatapku tajam, Aku menunduk dan terus berjalan membawa mukena dan menyerahkannya kepada Ceu Nani.
"Dari mana, La?" tanya Kak Galih.
"Sholat, di atas", jawabku masih tetap berdiri sambil mengangkat jari telunjukku ke atas.
"Oh...", jawabnya singkat.
"Kak Galih sudah Sholat?" tanyaku, entah mengapa, tiba-tiba saja mulutku bertanya seperti itu padanya. Dia menggeleng lemas, "Ya udah sholat dulu atuh", ucapku kemudian, dia malah menatapku, aku pun mendekati sofa untuk mengambil ranselku, "Kalau gak mau ya sudah", kataku lagi sambil menggendong ransel tanpa melihat ekspresinya.
"Aku mau Sholat", ucapnya, sontak membuatku menoleh ke arahnya.
Bibirku tiba-tiba tersenyum lebar dan segera duduk menghampirinya. "Kak Galih mau Sholat? Ayo! Olla bantu", Ucapku tiba-tiba, entah mengapa, hatiku begitu bahagia mendengar dia ingin melakukan Sholat, karena yang kutahu, dia selalu cuek jika Aku mengajaknya untuk Sholat.
************
Bersambung...❤❤❤🌷🌷🌷
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Assalamualaikum Readers...
Suka kah dengan karya ketigaku? kalau suka tinggalkan komentar di sini ya.
tetap like like like...😘😘😘❤️❤️❤️🌷🌷🌷
By : Rahma Husnul.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
❦𝓜𝓲𝓼𝓼⋆P࿐u࿐t࿐r࿐i࿐
Putri lanjut baca ya ka...mulai suka nih
2021-07-04
1
Daffodil Koltim
suka sukaaaa,,,,,
2021-04-18
1
nuri nurdianti🐊🐊☪️
mampir lg Thor
2021-03-13
1