Sudah satu minggu berlalu, tapi belum ada tanda-tanda dimana keberadaan Maya. Keluarga pak Surya sangat mengkhawatirkan dan terpukul dengan hilangnya Maya, terutama bu Ayu, sang ibunda.
Mereka sudah mencari dan membuat berita kehilangan, tapi sampai saat ini mereka belum mendengar atau menemukan tanda-tanda keberadaannya.
Polisi sudah mengetahui dan menemukan mobil Maya.Tapi mereka tidak menemukan Maya, ataupun perampok itu disana. Pada saat polisi melakukan penggerebekkan, mereka hanya menemukan beberapa unit kendaraan, baik itu mobil ataupun motor yang sebagian sudah dipreteli.
Berita hilangnya Vina sudah tersebar dikampus. Para sahabat dan teman-temannya sangat merasa khawatir pada Vina. Dikampus, mereka mengadakan acara do'a bersama untuk mendo'akan keselamatan Vina. Erik, sang kekasih juga tidak kalah khawatir, dan sedih dengan hilangnya Vina. Dia sangat merasa bersalah pada Vina, karena sebelum Vina menghilang, mereka sempat bertengkar, gara-gara Vina memergokinya sedang pergi berduaan dengan Regina, teman seangkatan Erik yang Vina tahu dia sangat menyukai Erik.
Sekarang Erik hanya bisa menyesali semua yang ia lakukan. Dia sadar kalau ternyata kehadiran Vina begitu berarti untuknya. Dia begitu merasa kehilangan. Tapi, hilangnya Vina justru dimanfaatkan oleh Regina, untuk mendekati Erik. Dia terus saja mendekatinya, walau Erik menolaknya.
Regina tidak menyerah, terus mendekati Erik dengan alasan ingin menghibur dan menenangkan Erik, yang sedang sedih, sampai akhirnya Erik luluh dan membiarkan Regina bersamanya.
Sedangkan Kristin, ia tidak tahu apa dia harus merasa senang, atau sebaliknya mendengar berita hilangnya Vina. Dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri, kalau saat ini dirinya justru sangat khawatir mendengar kabar hilangnya Vina. Pasalnya, hilangnya Vina bertepatan dengan menghilangnya Vano. Sudah satu minggu ini dia tidak melihat Vano di kampus, dan Vano juga tidak bisa dihubungi. Belakangan dia tahu, kalau ternyata Vano mengambil cuti selama satu semester.
Kristin tidak tahu alasan Vano mengambil cuti. Bahkan Radi dan Rubi sahabat Vano, tidak mengetahui, kalau Vano mengambil cuti. Kristin takut hilangnya Vina, berhubungan dengan alasan Vano mengambil cuti.
**********
Dua hari kemudian.
Kak!! Kakak dimana?. Papa dan mama sangat khawatir. Kak, apa kakak tahu kalau kak Maya hilang?. Sekarang kami disini sedang ikut mencarinya. Papa sangat mengharapkan kehadiran kakak untuk ikut mencari kak Maya. Pulanglah kak.
Vano membaca sebuah pesan yang dikirim oleh adiknya. Ada beberapa pesan yang masuk ke handphonenya, Tapi Vano, hanya membaca pesan dari adiknya, lalu kembali menekan mode pesawat di hpnya.
Walau sebenarnya, tanpa di mode pesawat pun memang disana tidak ada sinyal sama sekali. Hanya sesekali ada penampakan sinyal di hpnya. Vano melihat pesan itu, dikirim dua hari yang lalu, atau pada saat ia pergi bersama Vina, mengunjungi pasar di dekat kantor desa.
Jam 7 Malam dirumah mak Darsih.
Mak Darsih, Pak Karman, Vina dan Vano, baru saja makan malam bersama didapur Mak Darsih yang hanya diterangi oleh cahaya lilin, dan cahaya dari tungku yang ada didapur.
Malam ini mati lampu ditambah hujan turun cukup deras, membuat suasana malam disana begitu dingin, dan sangat mencekam.
"Neng Vina yakin akan kembali besok?.Apa neng Vina sudah benar-benar kuat melakukan perjalanan jauh?." Tanya mak Darsih.
"Iya nek. Saya yakin. Saya harus segera pulang ke rumah orang tua saya. Saya tidak mau mereka berpikir macam-macam tentang saya. Saya juga tidak enak berlama-lama disini, merepotkan nenek." Jawab Vina.
"Sudah nenek katakan, nenek tidak merasa direpotkan. Nenek justru sangat senang, karena nenek dan kakek tidak kesepian, karena cucu perempuan kami jarang kesini."Jawab mak Darsih.
Mak Darsih lalu duduk di kursi rotan yang ada didapur bersama Vina. Vano duduk didepan tungku api, menghangatkan dirinya yang merasa kedinginan.
"Oh ya kek, ada yang saya ingin tanyakan kepada kakek?."
"Apa itu nak?."
"Sewaktu saya dihutan, saya melihat sosok macan hitam yang sangat besar. Saya pikir waktu itu saya akan jadi santapannya. Tapi ternyata macan itu tidak melakukan apa-apa pada saya, dia malah seperti menunjukan jalan untuk keluar dari hutan itu. Apa yang saya lihat itu benar-benar macan, atau saya hanya berhalusinasi?." Tanya Vina.
Pak Karman, Vano, dan mak Darsih nampak terkejut mendengar cerita Vina.
"Selama ini, para penduduk memang sering menceritakan pernah ada yang melihat sosok macan hitam itu di sekitar hutan tempat neng Vina ditemukan. Selama ini warga percaya kalau macan itu bukanlah macan sembarangan. Mungkin saja karena neng Vina orang yang baik, macan itu juga berbuat baik kepada neng Vina, dan mau menunjukan jalan keluar untuk neng Vina." Jawab pak Karman.
"Sudah jangan membahas hal itu. Nenek jadi takut. Neng Vina kangen sama orang tua, atau sama pacarnya?." Tanya mak Darsih menggoda Vina. Mak Darsih sepertinya tahu, kalau Vina dan Vano saling menyukai. Dia bisa melihat dari cara mereka saling memandang, ataupun dari sikap mereka masing-masing. Mak Darsih bertanya seperti itu hanya ingin menggoda Vina.
"Nenek bisa saja." Hanya itu yang Vina ucapkan kepada mak Darsih.
"Nenek mau istirahat. Kalian berdua juga sebaiknya beristirahat sekarang." Ucap mak Darsih.
"Iya nek." Jawab Vina. Mak Darsih lalu pergi ke kamarnya, untuk beristirahat, meninggalkan Vina dan Vano di dapur. Vina menghampiri Vano, dan duduk disebelahnya, menghadap tungku api.
"Kak Vano, apa kak Vano benar-benar nggak keberatan mengantarkan saya pulang, besok?." Tanya Vina.
"Tidak, aku sama sekali nggak keberatan." Jawab Vano. Vina tersenyum mendengar jawaban Vano. "Apa Kamu memang sudah benar-benar, merasa sehat?. Atau jangan-jangan kamu sudah merindukan pacar kamu ya?." Goda Vano.
"Apaan sih kak.? Saya memang benar-benar merindukan orang tua dan keluarga saya. Walau sebenarnya saya juga senang tinggal disini. Kalau seandainya saya bisa memilih, saya juga tidak mau pulang."
"Kenapa?." Tanya Vano
"Jujur saja, sebenarnya saya sedikit merasa kesal kepada kedua orang tua saya, khususnya papa."
"Kok bisa?." Tanya Vano.
"Maaf sebelumnya.Tapi apa kak Vano, tidak keberatan mendengarkan cerita saya?"
"Tidak, cerita saja." Jawab Vano.
"Sebenarnya, papa saya menjodohkan saya dengan seorang pemuda. Dia anak sahabatnya."
"Apa? Kamu dijodohkan?."Tanya Vano.
Kenapa nasibnya sama seperti aku?.Batin Vano.
"Iya."
"Kenapa mereka mau menjodohkan kamu?. Memangnya nggak bisa cari jodoh sendiri?" Tanya Vano.
"Saya juga nggak tahu, tapi menurut papa pemuda itu sangat baik dan sopan. Padahal dia sangat menyebalkan dan kurang ajar. Dia pemabuk dan suka main perempuan. Saya nggak tahu, kenapa papa bisa sangat menyukai pemuda itu?."
"Kamu sudah kenal dengan pemuda itu?."
"Belum. Kami baru bertemu sekali, itupun kami lakukan tanpa sepengetahuan orang tua kami. Kami berdua juga, sama-sama tidak mau dijodohkan. Katanya dia tidak suka wanita kampungan seperti saya. Dan saya juga tidak mau dijodohkan dengan lelaki seperti dia."
Kenapa nasib kita bisa sama seperti ini Vina?. Aku dan kamu sama-sama dijodohkan oleh kedua orangtua kita. Dan kita, sama-sama tidak menyukai calon pilihan orang tua kita.
Batin Vano.
"Kak! kak Vano. Kakak ngelamun?" Tanya Vina.
"Enggak, aku hanya heran kenapa di jaman modern seperti ini, masih ada orang tua yang masih sibuk menjodohkan anak-anaknya."Jawab Vano.
"Iya, saya juga heran dengan mereka. Kenapa mereka begitu semangat menjodohkan kami. Lalu kak Vano sendiri bagaimana?" Tanya Vina.
"Bagaimana apanya?."
"Hubungan kak Vano dan kak Kristin, bagaimana?. Kapan kalian menikah?."Tanya Vina.
Vano sangat tidak suka mendengar pertanyaan Vina. Dia sangat malas mendengar nama Kristin. Apalagi sekarang yang menanyakan hubungannya adalah Vina, gadis yang ia sukai. Vano tidak menjawab pertanyaan Vina. Ia mencari alasan, dan berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Eni
seru...
2020-10-06
1