Pagi hari
Maya terbangun dari tidurnya. Ia melihat ke sekeliling rumah berdinding bilik yang sangat sederhana itu, tidak ada siapapun disana. Maya berusaha untuk bangkit, dan duduk diatas kasur kapuk yang menjadi alas tidurnya.
Sekarang ia benar-benar merasa jauh lebih baik, mungkin karena obat yang ia minum semalam. Maya mencoba mengingat kejadian tadi malam, saat dirinya merasa melihat Vano. Ia ingin tahu, apakah orang yang dilihatnya semalam itu benar-benar Vano, atau orang lain.
"Kamu sudah bangun nak?.Bagaimana keadaanmu sekarang?." Tanya si nenek, yang muncul dari dapur
"Saya jauh lebih baik nek."Jawab Vina.
"Alhamdulillah, syukurlah kalau begitu.
Ini, nenek sudah buatkan bubur untuk neng."
"Vina nek, panggil saja Vina."
"Ohh, jadi nama neng cantik ini, Vina?"
"Iya nek."
"Ya sudah. Ayo buburnya dimakan dulu, mumpung masih panas. Atau mau nenek suapin?."
"Tidak usah nek, terima kasih. Saya bisa sendiri kok."
Maya langsung menghabiskan bubur buatan Mak Darsih, karena dia memang sudah sangat kelaparan.
"Nek, terima kasih banyak, karena nenek sudah menolong dan mau merawat saya. Saya sangat berhutang budi pada nenek."
"Sudahlah neng, nenek hanya melakukan apa yang harus nenek lakukan. Sebenarnya apa yang terjadi?.Kenapa neng Vina bisa ada di tepi sungai?. Untung saja, suami dan cucu nenek menemukan neng Vina."
"Benarkah?. Lalu dimana mereka sekarang nek?. Saya mau berterima kasih."
"Suami nenek sedang pergi ke ladang, dan cucu nenek sedang pergi ke desa. Dia akan membawa dokter kesini, untuk memeriksa kondisi neng Vina."
"Aduuh nek, saya semakin merasa nggak enak sama keluarga nenek. Saya jadi merepotkan kalian semua."
"Kami tidak merasa direpotkan, justru kami senang bisa menolong."
Cucunya?.Berarti semalam aku hanya berhalusinasi. Pria itu bukan kak Vano. Kenapa aku melihat dia dimana-mana?.Aku pasti sudah gila. Batin Vina.
Vina tahu sekarang, kalau pria yang dilihatnya semalam memang bukan Vano. Karena setahu Vina, Vano itu anak orang kaya.Tidak mungkin Vano memiliki kakek dan nenek yang hidup di pedalaman dan tinggal dirumah yang sangat sederhana seperti ini. Itulah yang dipikirkan Vina.
...
Jam satu siang, Vano tiba dirumah mak Darsih bersama seorang dokter yang ia bawa dari desa.
"Assalamualaikum." Ucap Vano, dan dokter itu.
"Wa Alaikum salam." Jawab Mak Darsih dan Vina.
Dokter itu masuk lebih dulu, diikuti oleh Vano.
"Selamat siang!! Sapa dokter itu.
"Siang." Jawab Vina.
"Ini pasien yang saya ceritakan dok." Ucap Vano.
Vina(Maya) begitu terkejut, ketika melihat siapa orang yang berbicara. Dia memandang Vano, dengan penuh rasa heran dan tak percaya. Dia ragu, dengan apa yang dilihatnya saat ini apa benar-benar Vano, ataukah hanya halusinasinya?.
Wajahnya mirip sekali dengan kak Vano. Atau, ini memang dia?. Tanya Vina dalam hati.
Dokter itu mulai memeriksa Vina. Vina berbaring, masih dengan rasa heran memikirkan orang yang ada didepannya bersama dokter itu. Tadi Mak Darsih mengatakan, kalau cucunya yang telah menyelamatkannya. Dan dia juga bilang cucunya sedang memanggil dokter ke desa, untuk memeriksa keadaannya.
Vina sesekali mencuri pandang ke arah Vano, memastikan penglihatannya. Dan menurutnya laki-laki yang di sebut mak Darsih sebagai cucunya itu memang Vano.Tapi Vano kan seharusnya ada dikampus.
Apa yang dimaksud nenek sebagai cucunya ini, adalah kak Vano. Mana mungkin. Bukankah kak Vano anak seorang pengusaha kaya. Tapi, mengapa kakek dan neneknya tinggal dirumah sederhana seperti ini?. Kata Vina bertanya dalam hati.
Dokter telah selesai memeriksa Vina, lalu dia memberikan beberapa obat untuk Vina. Ada obat untuk luka luar, terutama luka robek di dahi dan lututnya. Dokter itu lalu berpamitan, dan Vano kembali mengantarkannya sampai jalan besar yang jaraknya lumayan jauh, karena Dokter itu menyimpan mobilnya, dipinggir jalan besar.
Rumah mak Darsih yang sangat jauh dari jalan besar tidak bisa dimasuki oleh kendaraan, baik itu mobil, ataupun sepeda motor.
Pada saat Vano kembali ke rumah mak Darsih, dia melihat mak Asih sedang mengurut kaki Vina yang terkilir. Dia memandang Vina yang sedang meringis menahan rasa sakit, ketika mak Asih mengurutnya.
Selesai mengurut Vina, mak Asih kembali mengoleskan ramuan yang ia buat untuk Vina. Walaupun Vina mengatakan dokter sudah memberinya obat, tapi mak Asih tetap saja membuatkan ramuan untuknya, agar proses penyembuhannya lebih cepat. Itulah yang mak Asih katakan kepada Vina. Dan memang, Vina bisa merasakan ramuan yang dibuat mak Asih sangat mujarab.
Vano masuk ikut bergabung bersama Mak Asih, mak Darsih dan pak Karman. "Sebenarnya apa yang terjadi padamu nak?. Kenapa bisa terluka seperti ini?.Dan, dari mana asal kamu?.Karena sepertinya kamu bukan tinggal di daerah ini." Pertanyaan mak Asih kepada Vina.
"Saya memang bukan orang sini. Saya bahkan tidak tahu dimana saya sekarang. Saya dibawa oleh dua orang perampok, yang merampok mobil saya. Mereka membawa saya entah kemana, karena mata saya ditutup, dan tangan saya diikat oleh mereka.
Tapi untungnya saya bisa kabur dari mereka.
Saya berlari masuk ke hutan, hingga akhirnya melihat rumah warga dari atas tebing.
Saya mencoba menuruni tebing, tapi ketika sudah ditengah tebing, saya terpeleset, dan akhirnya jatuh ke tepi sungai.
Saya mengira saya tidak akan selamat. Tapi untunglah kalian semua menyelamatkan saya, hingga saya bisa lolos dari maut. Saya sangat berterima kasih. Saya tidak tahu seandainya kalian semua tidak menolong saya, mungkin sekarang saya sudah meninggal." Ucap Vina dengan wajah berkaca-kaca.
"Sudahlah nak. Semua ini sudah ada yang mengatur. Mungkin saja sekarang memang belum saatnya kamu untuk pergi. Tuhan tahu, perjalanan hidupmu masih panjang." Sahut mak Asih.
"Kenapa mobil kamu bisa sampai dirampok nak?.Dan sebenarnya dari mana asal kamu?." Tanya pak Karman.
"Saya tinggal di kota xxxxxx. Waktu itu, saya baru pulang dari rumah sahabat orang tua saya. Dijalan, seseorang meminta tumpangan karena istrinya akan melahirkan. Saya memberinya tumpangan karena kasihan. Tapi ternyata, mereka adalah perampok."Jawab Vina.
Vano, dan semua orang yang mendengarkan cerita Vina, akhirnya tahu dan mengerti mengapa Vina bisa ada di tepi sungai itu, dengan keadaan terluka. Vano merasa iba, dan kesal mendengar cerita Vina. Ia ingin sekali menghajar perampok itu.Tapi disisi lain, hatinya merasa berterima kasih, karena perampok itu, akhirnya ia bisa bertemu dengan Vina, tanpa ada Kristin, dan juga Erik kekasih Vina.
"Memang tidak sedikit orang didunia ini, yang memanfaatkan kebaikan atau rasa kasihan seseorang untuk melakukan kejahatan. Kita harus lebih hati-hati. Kakek yakin, keluarga neng pasti cemas sekarang." Ucap Pak Karman.
Vina tertunduk ketika pak Karman menyebutkan orang tuanya. Ia juga tahu, pasti kedua orang tua, keluarga dan teman-temannya akan sangat mencemaskannya.
"Apa disini ada telepon?." Tanya Vina.
"Disini tidak ada yang memiliki telepon ataupun handphone. Kalau neng Vina mau nelpon, neng harus pergi ke kantor desa. Kami akan mengantar neng Vina ke sana, kalau neng Vina mau menghubungi keluarga neng Vina. Atau kami, yang akan menghubungi keluarga neng Vina." Jawab mak Darsih
"Terima kasih banyak. Biar saya saja yang pergi kesana nanti. Saya tidak ingin terlalu merepotkan nenek, dan keluarga nenek. Semua yang nenek sekeluarga lakukan untuk saya saat ini, sudah sangat membuat saya merasa sangat berhutang budi."Jawab Vina.
.
.
.
Bersambung 🌻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Sofhia Aina
Betul...Betul...best nie cerita 😍😍😍😍
2021-03-12
1
Idasesoega
Thor dr semalam...kok Dev / Vano tdk di nampakkan...hanya neneknya dalam 2 Bab..
ditahan ta sama author..
bab selanjutnya baru ...di suruh nongol...wakaka...😄😄😄😄👍
2020-10-10
1
Eni
bgus...🥰
2020-10-06
1