Gengsi Bu Lurah Selangit

Setelah menyantap rendang yang lezat di warung Pak Jengkok, Bu Lurah dan Pak Lurah pulang ke rumah dengan perasaan puas dan penuh komentar positif tentang masakan Bu Slumbat. Namun, di dalam hati, Bu Lurah merasakan sebuah tantangan—yang entah bagaimana mendorongnya untuk membuktikan bahwa masakannya juga tak kalah enak.

Malam itu, saat langit gelap dan lampu-lampu rumah mulai menyala, Bu Lurah mulai beraksi di dapur. Dengan semangat berapi-api, dia membuka buku resep rendang yang sudah lama tak tersentuh dan mulai mempersiapkan bahan-bahan. Pak Lurah yang baru saja duduk santai di ruang tamu terkejut melihat istrinya yang biasanya malas berlama-lama di dapur kini dengan penuh tenaga.

“Aduh, Bu. Lagi ngapain sih?” tanya Pak Lurah, sambil mengusap matanya yang sudah mengantuk.

“Pak, aku mau bikin rendang! Aku nggak mau kalah dengan Bu Slumbat. Kita harus buktikan bahwa rendang ala Bu Lurah juga top!” jawab Bu Lurah dengan penuh semangat.

Pak Lurah menghela napas dan berusaha mendukung. “Yaudah deh, Bu. Tapi jangan terlalu malam, ya. Besok pagi harus pergi kerja.”

Bu Lurah mulai dengan penuh dedikasi, mencuci daging dengan teliti, memotong-motong bumbu, dan menumis semuanya dengan kecepatan yang mengesankan. Suara tumbukan bumbu di ulekan seolah menyanyikan lagu perjuangan kuliner Bu Lurah. Sesekali, dia berhenti sejenak untuk mencicipi kuah rendangnya dan mengeluh karena rasanya kurang sesuai harapan.

“Kenapa ya, rasanya kok beda dari rendang Bu Slumbat?” gumam Bu Lurah sambil mengaduk rendangnya yang masih belum memuaskan.

Pak Lurah yang penasaran akhirnya ikut membantu. “Coba saya lihat. Mungkin bumbunya kurang?”

Saat Pak Lurah mencicipi rendang, ia berusaha menyembunyikan ekspresi wajahnya yang menunjukkan betapa masakan itu kurang enak. “Hmm, Bu, ini sih... lumayan, tapi ada yang kurang. Mungkin harus lebih lama dimasak supaya bumbunya meresap.”

Bu Lurah tak patah semangat. Dia terus mengaduk dan memasak hingga larut malam. Setelah beberapa jam, rendang akhirnya siap disajikan. Dengan penuh harapan, Bu Lurah menyiapkan hidangan dan menyajikannya dengan bangga kepada Pak Lurah.

“Nah, ini dia rendang Bu Lurah yang istimewa! Coba deh, Pak, cicipi!”

Pak Lurah, dengan raut wajah penuh pengertian, mencicipi rendang tersebut. Rasanya memang jauh berbeda dengan rendang Bu Slumbat. Kuahnya agak kemanisan dan dagingnya masih agak keras. Namun, Pak Lurah berusaha memberikan pujian. “Wah, Bu, rendangnya... unik banget!”

Sementara itu, di warung Pak Jengkok, Bu Slumbat mendengar kabar dari beberapa tetangga tentang kompetisi rendang yang sedang berlangsung. Dengan penuh rasa ingin tahu, Bu Slumbat menyuruh Jengkok untuk mengecek dapur Bu Lurah malam itu.

“Eh, Jengkok, aku penasaran juga. Ayo kita intip, gimana sih hasil rendang Bu Lurah?” kata Bu Slumbat dengan senyum penuh arti.

Jengkok yang sudah tahu apa yang akan terjadi mengangguk. Mereka berjalan menuju rumah Pak Lurah, berusaha tidak menimbulkan kecurigaan. Sesampainya di depan rumah, mereka mendengar suara Bu Lurah yang penuh semangat dan Pak Lurah yang mencoba menahan tawa.

Bu Slumbat dan Jengkok mengintip dari jendela dan melihat Bu Lurah dengan wajah puas, sementara Pak Lurah terlihat agak kesulitan menelan rendang. Bu Slumbat dan Jengkok tertahan tawa melihat pemandangan itu.

“Wah, rendang Bu Lurah ini kayaknya butuh resep rahasia yang belum ditemukan,” bisik Jengkok sambil tersenyum.

Di dalam rumah, Pak Lurah mencoba menghibur Bu Lurah. “Bu, rendangnya emang enak, tapi mungkin kita butuh lebih banyak latihan lagi. Lagipula, Bu Slumbat kan sudah berpengalaman bertahun-tahun.”

Bu Lurah, yang merasa agak tertekan, akhirnya menyerah. “Ya sudah, Pak. Mungkin memang butuh waktu dan pengalaman. Besok kita coba lagi.”

Pagi berikutnya, Pak Lurah berangkat kerja dengan perut kenyang—karena dia sudah makan banyak rendang malam itu. Bu Lurah, meski agak kecewa, memutuskan untuk tidak menyerah. Dia bertekad untuk belajar dan terus memperbaiki masakannya.

Sementara itu, di warung Pak Jengkok, suasana pagi hari sangat ceria. Bu Slumbat dan Jengkok tertawa ketika mereka mendengar cerita tentang rendang Bu Lurah. “Wah, ternyata mengalahkan rendang Bu Slumbat itu memang susah ya,” kata Bu Slumbat sambil tersenyum.

Jengkok ikut menambahkan, “Ya, tapi kita harus hargai usaha Bu Lurah. Lagipula, semua orang butuh waktu untuk belajar.”

Dan begitulah, meskipun rendang Bu Lurah belum bisa menyaingi rendang Bu Slumbat, usaha dan semangatnya patut diacungi jempol. Keluarga Pak Lurah belajar bahwa setiap usaha ada hasilnya, dan kadang, kelezatan juga butuh waktu dan latihan. Di sisi lain, keluarga Pak Jengkok semakin menikmati kejadian lucu dan menghibur ini sebagai bagian dari perjalanan kuliner mereka yang penuh warna.

Dengan semangat juang yang tak pernah padam, Bu Lurah memutuskan untuk mencoba lagi membuat rendang, meskipun hasilnya masih jauh dari rendang Bu Slumbat yang legendaris. Dia menghabiskan waktu berjam-jam di dapur, mencoba berbagai trik dan teknik baru dari buku resep dan video kuliner yang dia temukan online. Namun, walaupun dia berusaha keras, rendangnya masih kalah jauh dari cita rasa rendang Bu Slumbat yang sudah teruji.

Suatu malam, setelah menghabiskan waktu berjam-jam untuk memasak rendang, Bu Lurah duduk di meja makan dengan ekspresi letih dan sedikit kecewa. Pak Lurah, yang sudah siap dengan sendok dan piring, mencicipi rendang dengan hati-hati. Wajahnya tidak bisa menyembunyikan reaksi campur aduk antara terkesan dan bingung.

“Hmm, Bu, rendangnya memang... istimewa,” kata Pak Lurah, berusaha tidak mengecewakan istrinya.

Bu Lurah, yang sangat menyadari ketidaksempurnaan rendangnya, akhirnya tidak bisa lagi menahan rasa frustasinya. “Pak, aku sudah mencoba semua resep dan trik, tapi tetap saja rasanya tidak sebagus rendangnya Bu Slumbat. Aku benar-benar tidak tahu apa yang kurang.”

Pak Lurah menatap istrinya dengan penuh pengertian. “Ya, Bu, mungkin memang ada sesuatu yang spesial dalam masakan Bu Slumbat. Mungkin butuh lebih banyak latihan atau mungkin ada rahasia tersendiri.”

Bu Lurah menunduk dengan pasrah. “Iya, Pak. Aku akui kalau rendang Bu Slumbat memang luar biasa. Kadang memang harus menerima kenyataan kalau ada yang lebih hebat.”

Keesokan harinya, ketika Bu Lurah dan Pak Lurah berjalan ke warung Pak Jengkok untuk mengembalikan piring dan memuji masakan Bu Slumbat, suasana di warung semakin ramai dari hari ke hari. Keluarga Pak Jengkok dan Slumbat tak henti-hentinya tersenyum melihat betapa larisnya warung mereka. Makanan yang disajikan selalu habis dalam waktu singkat, dan pelanggan yang datang terus berdatangan.

Bu Lurah, yang sudah berusaha keras untuk menyaingi kelezatan rendang Bu Slumbat, akhirnya mengunjungi warung Pak Jengkok dan Slumbat untuk berbagi pujian dan meminta saran. Begitu dia masuk ke warung, dia disambut dengan ramah oleh Bu Slumbat dan Jengkok.

“Selamat datang, Bu Lurah! Apa kabar?” tanya Bu Slumbat dengan senyum tulus.

Bu Lurah menyunggingkan senyum canggung. “Halo, Bu Slumbat. Aku datang untuk mengakui bahwa rendangmu memang luar biasa. Aku sudah coba membuat rendang lagi, tapi masih kalah jauh dibandingkan milikmu. Aku ingin belajar dari kamu.”

Bu Slumbat, yang merasa terhormat, mengangguk dengan penuh rasa hormat. “Tentu saja, Bu Lurah. Aku senang sekali bisa berbagi resep dan tips. Tidak ada salahnya belajar dari satu sama lain.”

Sementara itu, di warung, pelanggan-pelanggan yang datang merasa heran melihat kedatangan Bu Lurah. Ada yang bisik-bisik sambil menunggu makanan, “Eh, Bu Lurah ke sini, ya? Apa dia mau beli rendang juga?”

Pak Lurah, yang juga ada di warung, mengangguk sambil tersenyum. “Iya, kami memang sangat menghargai keahlian Bu Slumbat dalam memasak. Kadang memang ada hal-hal yang perlu kita akui dan belajar dari orang lain.”

Setelah percakapan yang penuh kehangatan dan saling menghargai, Bu Lurah meninggalkan warung dengan harapan baru. Dia merasa lega dan bahagia karena sudah bisa menerima kenyataan dan siap untuk belajar lebih banyak.

Sementara itu, warung Pak Jengkok semakin sukses, tidak hanya karena kelezatan masakan Bu Slumbat, tetapi juga karena keramahan dan kehangatan yang mereka tawarkan kepada pelanggan. Suasana di warung semakin ceria, dan setiap hari terasa seperti perayaan kecil dengan gelak tawa dan kebahagiaan.

Suatu hari, Pak Jengkok memutuskan untuk memasukkan item baru ke menu mereka—kue khas yang dia buat sendiri. Setelah mengundang beberapa tetangga dan pelanggan setia, mereka merayakan peluncuran menu baru dengan kue yang luar biasa enak.

Bu Lurah dan Pak Lurah juga diundang untuk merayakan peluncuran ini. Bu Lurah yang awalnya merasa agak canggung, akhirnya ikut merayakan dengan penuh semangat. Sambil menikmati kue yang lezat, Bu Lurah dan Pak Lurah tidak bisa menahan tawa ketika melihat Pak Jengkok yang mencoba-coba memasarkan kue dengan aksen promosi yang lucu dan khas.

“Jangan lewatkan, kue khas warung Pak Jengkok! Rasanya lebih enak dari kue buatan siapa pun di desa ini!” teriak Pak Jengkok dengan penuh semangat.

Semua orang tertawa, dan suasana menjadi semakin hangat dan meriah. Keluarga Pak Jengkok dan Bu Slumbat merasa bangga dengan pencapaian mereka, sementara Bu Lurah merasa bersyukur atas kesempatan untuk belajar dan saling berbagi.

Kehidupan mereka menjadi lebih berwarna dengan persahabatan dan kolaborasi. Dan meski tidak ada yang bisa menyaingi rendang Bu Slumbat, mereka semua setuju bahwa berbagi pengetahuan dan menghargai keahlian masing-masing adalah hal yang sangat berharga.

Episodes
1 Kehidupan di Ujung Gang Serta Kisah Jengkok dan Keluarga
2 Gobed Berangkat Ke Sekolahnya
3 Di Tertawakan Teman-Teman
4 Bau Mulut Yang Menyengat
5 Pocongan Berada Di Dapur Yang Kumuh
6 Perlindungan Ketat
7 Curhatan Dan Ketegangan Bu Guru
8 Rezeki Tak Terduga
9 Pagi Nomplok Dan Pocongan Usil
10 Keceriaan Si Pengepul Dan Gobed
11 Hari Yang Indah
12 Mimpi Tai Dan Rejeki Nomplok
13 Minggu Happy
14 Permulaan Yang Bagus
15 Makin Laris Deh
16 Momen Seru
17 Si Udin Pembawa Berkah
18 Kedatangan Pak Lurah
19 Gengsi Bu Lurah Selangit
20 Pencapaian Luar Biasa Dan Renovasi
21 Alarm Jadul
22 Beli HP Android Baru
23 Bapak Ibu Ku Bingung Dengan Android
24 Jengkok Dan Slumbat Semakin Bisa Memakai HP Android
25 Makin Mahir
26 Melejit Drastis
27 Sujud Syukur Yang Mengharukan Dan Si Preman Udin
28 Si Udin Yang Membara
29 Selamat Tinggal Sekolah Dasar
30 Kabar Warung Pak Jengkok Menyebar Luas
31 Kedatangan Pak Bupati
32 Beli Mobil Fortuner
33 Media Sosial Menembus Surga Dunia
34 Proyek Besar
35 Moment Haru Bersama Pemulung Tua
36 Inspirasi Pak Mamat
37 Pondasi Awal Restoran
38 Hampir Selesai Restorannya
39 Interior Megah
40 Eh Pada Melongo
41 Grand Opening
42 Meledak !!
43 Kehadiran Presiden
44 Boss Sultan
45 Liburan Dulu Guys
46 Gobed Makin Gedhe Dan Pandangan Pertama
47 Cinta Pertama Gobed
48 Fortuner Is The Best
49 Tembak Dooor Hehehe
50 Mengajak Ke Restorannya
51 Malu Ah
52 Lulus Dan Naik Kelas Diselimuti Cemburu Hebat
53 Makin Lengket
54 Polosnya Si Gobed
55 Cengingiran
56 Ke Bukit Sodom Dan Hangatnya Tubuh Laila
57 Pagi Bahagia
58 Perkembangan Restoran
59 Dari Fortuner Ke Pajero 2024
60 Keluarga Laila Terkejut
61 Introgasi Malam Ayah Laila: Cinta vs Janji
62 Malam yang Tidak Tenang
63 Pagi yang Ceria dan Selipan Humor
64 Pipi yang Digosok Cemburu
65 Kembali Ke Rumah dan Video Call Penuh Hasrat
66 Kesempatan Emas Di Akhir Pekan
67 Beraksi
68 Makin Tegang
69 Malam Tak Terlupakan
70 Kebangkitan Pagi di Bawah Satu Selimut
71 Pertandingan Nafas Basi Dan Kepanikan Mereka Atas Kecerobohan Gobed
72 Pagi yang Panik: Petualangan Penuh Tawa dan Ketegangan
73 Pamit dengan Ciuman dan Canda - Menyambut Pulang
74 Pengakuan dan Ketegangan & Kisah Cinta dan Keluarga
75 Nanas dan Sprite - Percobaan Unik Menghadapi Kekhawatiran
76 Spaghetti, Canda, dan Kenangan Panik - Sebuah Malam Bersama
77 Perang Nafas di Pagi Hari - Romantis, Tapi Bau!
78 Cinta di Sekolah Baru - Gobed dan Laila Satu Sekolah Lagi
79 Malam Penuh Kejutan - Dari Game Board hingga Makanan Tak Terduga
80 Cinta di Tengah Cemburu dan Tawa
81 Rindu Masakan dan Kebahagiaan Keluarga
82 Kisah Cinta Laila dan Gobed - Di Antara Cinta dan Keluarga
83 Ciuman Terlarang di Perpustakaan
84 Ciuman di Alun-Alun
85 Kebangkitan Cinta
86 Petualangan di Pagi Hari
87 Sore Semakin Syahdu
88 Laila Menatapnya Penuh Minat
89 Ujian Cinta
90 Manja dalam Cinta
91 Laila dan Bahasa "Lu Gue"
92 Gobed Kebelet
93 Tepokan Gemas di Bokong Laila
94 Kembali ke Realitas
95 Video Jahil yang Menggemparkan
96 Cemburu Membara
97 Kecelakaan Pintu yang Bikin Malu
98 Gobed Mengajak Cipokan Laila
99 Godaan Nakal di Telinga Laila
100 Kenangan Manis
101 Percakapan Konyol di Malam Minggu
102 Bisik-Bisik di Sekolah
103 Malam yang Menegangkan
104 Pertengkaran Kecil di Pinggir Jalan
105 Kejutan Manis di Malam Hari
106 Serunya Main Sepeda Bersama
107 Pesona Leher Laila yang Menggoda
108 Malam yang Tak Terduga
109 Kejutan di Balik Harapan
110 Bab 110: Kejutan di Tengah Jalan
111 Bab 111: Petualangan Tak Terduga
112 Bab 112: Rencana Kecil yang Membesar
113 Bab 113: Ketegangan yang Tak Terduga
114 Bab 114: Berpikir di Antara Rasa
115 Bab 115: Sebuah Langkah Lebih Dekat
116 Bab 116: Keraguan dan Harapan Baru
117 Bab 117: Kejutan Tak Terduga
118 Bab 118: Keberanian Gobed
119 Bab 119: Hari Pertama Sebagai Pasangan
120 Bab 120: Rencana Penuh Kejutan
121 Bab 121: Pertemuan yang Tak Terduga
122 Bab 122: Pertemuan yang Membawa Kenangan
123 Bab 123: Janji di Tengah Malam
124 Bab 124: Ini Adalah Salah Satu Hari Terindah Dalam Hidupku
125 Bab 125: Percakapan dalam Diam
126 Bab 126: Harapan dan Tantangan di Depan Mata
127 Bab 127: Menghadapi Perubahan dan Rencana Besar
128 Bab 128: Lezatnya Dunia Ini
129 Bab 129: Langkah Baru Menuju Impian
130 Bab 130: Meraih Asa Baru
131 Bab 131: Dalang di Balik Badai
132 Bab 132: Carl Johnson dan Shotgun Misterius
133 Bab 133: Carl Johnson dan Aksi Kejar-kejaran di Jalanan
134 Bab 134: Carl Johnson, Buronan Impossible
135 Bab 135: Aksi Carl Johnson yang Tak Terhentikan
136 Bab 136: Penerbangan Terakhir
137 Bab 137: Persahabatan di Kalimantan
138 Bab 138: Uang Hasil Rampasan yang Memikat
139 Bab 139: Sifat Yang Sulit Hilang
140 Bab 140: Tertarik Mandau
141 Bab 141: Carl Johnson Melatih Mandau nya Lagi Agar Bisa Disuruh
142 Bab 142: Kejaran yang Tak Pernah Berakhir
143 Bab 143: Polisi Jengkel!
144 Bab 144: Carl Johnson dan Pijatan Tak Terduga
145 Bab 145: Carl Johnson Menjadi Rambo
146 Bab 146: Taktik Brutal Carl Johnson
147 Bab 147: Kejutan Kedua
148 Bab 148: "Kejar-Kejaran Lautan"
149 Bab 149: "Menembus Batas Lautan"
150 Bab 150: "Sang Arsenal Hidup"
151 Bab 151: "Tantangan Terbesar Carl Johnson"
152 Bab 152: "Pelarian Malam Carl Johnson"
153 Bab 153: "Dendam Manis Carl Johnson"
154 Bab 154: "Amarah Kepala Kapolres"
155 Bab 155: "Carl Johnson dan Aksi Nekatnya di Markas Militer"
156 Bab 156: Kekacauan di SMK
157 Bab 157: "Petualangan Tak Terduga di Rumah Kosong"
158 Bab 158: Polwan-Polwan Dalam Ketegangan
159 Bab 159: Kisruh di Asrama Putri
160 Bab 160: Mencari Jati Diri
161 Bab 161: Carl Johnson yang Tak Terhentikan
162 Bab 162: Tak Terhentikan
163 Bab 163: Uang yang Hilang Secara Misterius
164 Bab 164: Carl Johnson Menghadapi Pengepungan
165 Bab 165: Kejaran Tanpa Harapan
166 Bab 166: Ketertarikan di Tengah Toko Roti
167 Bab 167: Tersekat dalam Oven
168 Bab 168: Gadis Berpaha Putih Mulus Dan Seksi Membuat Carl Johnson Tak Tahan
169 Bab 169: "Murka Sang Bapak"
170 Bab 170: "Mengejar Kebebasan"
171 Bab 171: Deru Adrenalin
172 Bab 172: "Rampok ATM Mandiri"
173 Bab 173: "Perang Besar di Tengah Kota"
174 Bab 174: Gadis Di Ranjang
Episodes

Updated 174 Episodes

1
Kehidupan di Ujung Gang Serta Kisah Jengkok dan Keluarga
2
Gobed Berangkat Ke Sekolahnya
3
Di Tertawakan Teman-Teman
4
Bau Mulut Yang Menyengat
5
Pocongan Berada Di Dapur Yang Kumuh
6
Perlindungan Ketat
7
Curhatan Dan Ketegangan Bu Guru
8
Rezeki Tak Terduga
9
Pagi Nomplok Dan Pocongan Usil
10
Keceriaan Si Pengepul Dan Gobed
11
Hari Yang Indah
12
Mimpi Tai Dan Rejeki Nomplok
13
Minggu Happy
14
Permulaan Yang Bagus
15
Makin Laris Deh
16
Momen Seru
17
Si Udin Pembawa Berkah
18
Kedatangan Pak Lurah
19
Gengsi Bu Lurah Selangit
20
Pencapaian Luar Biasa Dan Renovasi
21
Alarm Jadul
22
Beli HP Android Baru
23
Bapak Ibu Ku Bingung Dengan Android
24
Jengkok Dan Slumbat Semakin Bisa Memakai HP Android
25
Makin Mahir
26
Melejit Drastis
27
Sujud Syukur Yang Mengharukan Dan Si Preman Udin
28
Si Udin Yang Membara
29
Selamat Tinggal Sekolah Dasar
30
Kabar Warung Pak Jengkok Menyebar Luas
31
Kedatangan Pak Bupati
32
Beli Mobil Fortuner
33
Media Sosial Menembus Surga Dunia
34
Proyek Besar
35
Moment Haru Bersama Pemulung Tua
36
Inspirasi Pak Mamat
37
Pondasi Awal Restoran
38
Hampir Selesai Restorannya
39
Interior Megah
40
Eh Pada Melongo
41
Grand Opening
42
Meledak !!
43
Kehadiran Presiden
44
Boss Sultan
45
Liburan Dulu Guys
46
Gobed Makin Gedhe Dan Pandangan Pertama
47
Cinta Pertama Gobed
48
Fortuner Is The Best
49
Tembak Dooor Hehehe
50
Mengajak Ke Restorannya
51
Malu Ah
52
Lulus Dan Naik Kelas Diselimuti Cemburu Hebat
53
Makin Lengket
54
Polosnya Si Gobed
55
Cengingiran
56
Ke Bukit Sodom Dan Hangatnya Tubuh Laila
57
Pagi Bahagia
58
Perkembangan Restoran
59
Dari Fortuner Ke Pajero 2024
60
Keluarga Laila Terkejut
61
Introgasi Malam Ayah Laila: Cinta vs Janji
62
Malam yang Tidak Tenang
63
Pagi yang Ceria dan Selipan Humor
64
Pipi yang Digosok Cemburu
65
Kembali Ke Rumah dan Video Call Penuh Hasrat
66
Kesempatan Emas Di Akhir Pekan
67
Beraksi
68
Makin Tegang
69
Malam Tak Terlupakan
70
Kebangkitan Pagi di Bawah Satu Selimut
71
Pertandingan Nafas Basi Dan Kepanikan Mereka Atas Kecerobohan Gobed
72
Pagi yang Panik: Petualangan Penuh Tawa dan Ketegangan
73
Pamit dengan Ciuman dan Canda - Menyambut Pulang
74
Pengakuan dan Ketegangan & Kisah Cinta dan Keluarga
75
Nanas dan Sprite - Percobaan Unik Menghadapi Kekhawatiran
76
Spaghetti, Canda, dan Kenangan Panik - Sebuah Malam Bersama
77
Perang Nafas di Pagi Hari - Romantis, Tapi Bau!
78
Cinta di Sekolah Baru - Gobed dan Laila Satu Sekolah Lagi
79
Malam Penuh Kejutan - Dari Game Board hingga Makanan Tak Terduga
80
Cinta di Tengah Cemburu dan Tawa
81
Rindu Masakan dan Kebahagiaan Keluarga
82
Kisah Cinta Laila dan Gobed - Di Antara Cinta dan Keluarga
83
Ciuman Terlarang di Perpustakaan
84
Ciuman di Alun-Alun
85
Kebangkitan Cinta
86
Petualangan di Pagi Hari
87
Sore Semakin Syahdu
88
Laila Menatapnya Penuh Minat
89
Ujian Cinta
90
Manja dalam Cinta
91
Laila dan Bahasa "Lu Gue"
92
Gobed Kebelet
93
Tepokan Gemas di Bokong Laila
94
Kembali ke Realitas
95
Video Jahil yang Menggemparkan
96
Cemburu Membara
97
Kecelakaan Pintu yang Bikin Malu
98
Gobed Mengajak Cipokan Laila
99
Godaan Nakal di Telinga Laila
100
Kenangan Manis
101
Percakapan Konyol di Malam Minggu
102
Bisik-Bisik di Sekolah
103
Malam yang Menegangkan
104
Pertengkaran Kecil di Pinggir Jalan
105
Kejutan Manis di Malam Hari
106
Serunya Main Sepeda Bersama
107
Pesona Leher Laila yang Menggoda
108
Malam yang Tak Terduga
109
Kejutan di Balik Harapan
110
Bab 110: Kejutan di Tengah Jalan
111
Bab 111: Petualangan Tak Terduga
112
Bab 112: Rencana Kecil yang Membesar
113
Bab 113: Ketegangan yang Tak Terduga
114
Bab 114: Berpikir di Antara Rasa
115
Bab 115: Sebuah Langkah Lebih Dekat
116
Bab 116: Keraguan dan Harapan Baru
117
Bab 117: Kejutan Tak Terduga
118
Bab 118: Keberanian Gobed
119
Bab 119: Hari Pertama Sebagai Pasangan
120
Bab 120: Rencana Penuh Kejutan
121
Bab 121: Pertemuan yang Tak Terduga
122
Bab 122: Pertemuan yang Membawa Kenangan
123
Bab 123: Janji di Tengah Malam
124
Bab 124: Ini Adalah Salah Satu Hari Terindah Dalam Hidupku
125
Bab 125: Percakapan dalam Diam
126
Bab 126: Harapan dan Tantangan di Depan Mata
127
Bab 127: Menghadapi Perubahan dan Rencana Besar
128
Bab 128: Lezatnya Dunia Ini
129
Bab 129: Langkah Baru Menuju Impian
130
Bab 130: Meraih Asa Baru
131
Bab 131: Dalang di Balik Badai
132
Bab 132: Carl Johnson dan Shotgun Misterius
133
Bab 133: Carl Johnson dan Aksi Kejar-kejaran di Jalanan
134
Bab 134: Carl Johnson, Buronan Impossible
135
Bab 135: Aksi Carl Johnson yang Tak Terhentikan
136
Bab 136: Penerbangan Terakhir
137
Bab 137: Persahabatan di Kalimantan
138
Bab 138: Uang Hasil Rampasan yang Memikat
139
Bab 139: Sifat Yang Sulit Hilang
140
Bab 140: Tertarik Mandau
141
Bab 141: Carl Johnson Melatih Mandau nya Lagi Agar Bisa Disuruh
142
Bab 142: Kejaran yang Tak Pernah Berakhir
143
Bab 143: Polisi Jengkel!
144
Bab 144: Carl Johnson dan Pijatan Tak Terduga
145
Bab 145: Carl Johnson Menjadi Rambo
146
Bab 146: Taktik Brutal Carl Johnson
147
Bab 147: Kejutan Kedua
148
Bab 148: "Kejar-Kejaran Lautan"
149
Bab 149: "Menembus Batas Lautan"
150
Bab 150: "Sang Arsenal Hidup"
151
Bab 151: "Tantangan Terbesar Carl Johnson"
152
Bab 152: "Pelarian Malam Carl Johnson"
153
Bab 153: "Dendam Manis Carl Johnson"
154
Bab 154: "Amarah Kepala Kapolres"
155
Bab 155: "Carl Johnson dan Aksi Nekatnya di Markas Militer"
156
Bab 156: Kekacauan di SMK
157
Bab 157: "Petualangan Tak Terduga di Rumah Kosong"
158
Bab 158: Polwan-Polwan Dalam Ketegangan
159
Bab 159: Kisruh di Asrama Putri
160
Bab 160: Mencari Jati Diri
161
Bab 161: Carl Johnson yang Tak Terhentikan
162
Bab 162: Tak Terhentikan
163
Bab 163: Uang yang Hilang Secara Misterius
164
Bab 164: Carl Johnson Menghadapi Pengepungan
165
Bab 165: Kejaran Tanpa Harapan
166
Bab 166: Ketertarikan di Tengah Toko Roti
167
Bab 167: Tersekat dalam Oven
168
Bab 168: Gadis Berpaha Putih Mulus Dan Seksi Membuat Carl Johnson Tak Tahan
169
Bab 169: "Murka Sang Bapak"
170
Bab 170: "Mengejar Kebebasan"
171
Bab 171: Deru Adrenalin
172
Bab 172: "Rampok ATM Mandiri"
173
Bab 173: "Perang Besar di Tengah Kota"
174
Bab 174: Gadis Di Ranjang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!