Hari Yang Indah

Setelah menikmati sarapan lezat, Gobed bergegas bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Ia merasa sangat senang dan penuh energi setelah sarapan nasi Padang dengan rendang sapi yang memuaskan. Dengan semangat baru, ia mengganti pakaian dan mengenakan sepatunya yang sudah hampir jebol.

“Pak, Bu, aku siap berangkat!” teriak Gobed dengan riang saat keluar dari kamar.

Jengkok dan Slumbat tersenyum melihat semangat anak mereka. “Hati-hati di jalan, Gobed. Jangan lupakan bekal makan siang yang sudah kami siapkan,” kata Slumbat sambil mengemas bekal untuk Gobed.

Jengkok menambahkan dengan ceria. “Dan ingat, sepatumu itu tampaknya sudah butuh perbaikan. Kalau ada yang bertanya tentang sepatu itu, katakan saja itu adalah ‘fashion terbaru’!”

Gobed tertawa. “Iya, Pak. Aku bilang saja sepatuku ini adalah model ‘tumpul’ yang sedang tren!”

Saat Gobed keluar dari rumah dan berjalan menuju sekolah, sepatu tua yang dipakainya menganga lebar di bagian depan. Setiap langkahnya menimbulkan suara “krik-krik” dari sepatu yang sudah usang itu. Beberapa teman sekolah yang melihatnya mulai tertawa.

“Gobed, sepatumu itu kenapa bisa begitu?” tanya salah seorang teman sekelasnya.

Gobed menjawab dengan santai. “Oh, ini sepatu terbaru! Model ‘angin masuk’ agar kaki tetap segar!”

Teman-temannya tertawa terbahak-bahak. “Hahaha, benar-benar sepatu keren! Bisa-bisa kamu jadi tren di sekolah!”

Di tengah perjalanan, Gobed bertemu dengan Pak Darto, penjaga sekolah yang terkenal ramah. Pak Darto memandang sepatu Gobed dan tidak bisa menahan tawa.

“Wah, Gobed! Sepatumu itu sudah seperti jaring ikan! Jangan sampai ada ikan yang nyangkut di sana ya!” kata Pak Darto sambil tertawa.

Gobed tertawa juga. “Nggak masalah, Pak. Sekalian jadi tempat peristirahatan ikan-ikan kecil yang kebetulan lewat!”

Sesampainya di sekolah, Gobed disambut oleh teman-teman sekelasnya yang sudah menunggu. Mereka langsung mengerubungi Gobed, terpesona dengan sepatu “fashion” yang menganga itu.

“Gobed, bagaimana caranya kamu mendapatkan sepatu keren seperti ini?” tanya Rina, salah satu teman sekelas.

Gobed menjawab sambil tersenyum. “Ini sepatu spesial dari rumah. Katanya sih, sepatu ini bisa membuat kamu merasa seperti melayang!”

Selama pelajaran pertama, Gobed merasa lebih percaya diri dengan sepatu barunya, meskipun itu sebenarnya adalah sepatu tua yang sudah usang. Teman-temannya terus bertanya-tanya tentang sepatunya dan Gobed dengan ceria menceritakan berbagai kisah lucu tentang “fashion” barunya.

Akhirnya, meskipun sepatu Gobed menganga dan tampak usang, kebahagiaan dan semangatnya tidak pernah pudar. Dengan tawa dan cerita lucu yang dibagikannya kepada teman-temannya, hari itu menjadi salah satu hari yang paling menyenangkan di sekolah.

Dengan penuh kegembiraan, Gobed menikmati setiap momen di sekolah dan siap menghadapi hari-hari berikutnya dengan penuh percaya diri, berkat sarapan lezat dan dukungan dari keluarganya.

Gobed tiba di sekolah dengan penuh semangat, meskipun sepatu tuanya yang menganga membuatnya sedikit canggung saat berjalan. Di gerbang sekolah, dia disambut oleh teman-temannya yang masih tertawa tentang sepatunya yang unik. Namun, Gobed tidak terganggu dan tetap melanjutkan perjalanan ke kelas.

Di ruang kelas, suasana agak tegang. Guru Matematika, Bu Ratna, berdiri di depan papan tulis dengan ekspresi serius. “Anak-anak,” katanya dengan tegas, “hari ini kita punya tantangan matematika. Siapa yang bisa menjawab soal ini—98 dikali 7, lalu dibagi 2, ditambah 867, dikurangi 5, lalu dikali 3—tanpa kalkulator akan mendapatkan hadiah uang tunai seratus ribu!”

Anak-anak di kelas langsung heboh, banyak yang mulai membolak-balik buku catatan dan menghitung dengan jari mereka. Beberapa teman Gobed mencoba menjawab dengan penuh keyakinan, namun jawaban mereka tidak tepat. Suasana semakin tegang saat waktu terus berjalan dan tidak ada satu pun jawaban yang benar.

“Pasti sulit banget,” bisik Rina kepada Gobed sambil memandangnya dengan penasaran.

Gobed, yang sejak pagi sudah merasa bersemangat dan berfokus, memutuskan untuk mencoba menjawab tantangan tersebut. Ia duduk di bangku, mulai berpikir keras sambil berusaha mengingat rumus-rumus yang telah dia pelajari.

Dia mulai menghitung dengan teliti di kepala. “98 dikali 7… itu 686. Lalu dibagi 2… jadi 343. Tambah 867… jadi 1210. Kurangi 5… jadi 1205. Dan terakhir kali 3… jadi 3615.”

Gobed mengangkat tangan dengan penuh keyakinan. “Bu Ratna, saya sudah menghitung jawabannya!”

Bu Ratna menatap Gobed dengan penuh perhatian dan mengangguk. “Baik, Gobed. Mari kita lihat hasilnya.”

Bu Ratna menulis rumus di papan tulis dan mulai menghitung dengan kalkulator, memastikan bahwa jawaban Gobed benar. Setelah beberapa menit, Bu Ratna mengangkat kepala dengan senyum lebar.

“Selamat, Gobed! Jawabanmu benar. Kamu mendapatkan hadiah seratus ribu!”

Seluruh kelas bersorak. Teman-teman Gobed mengerubungi dan memberi selamat padanya. Rina dengan ceria berkata, “Wow, Gobed, kamu benar-benar jenius! Bagaimana caranya kamu bisa menghitung semua itu tanpa kalkulator?”

Gobed tersenyum dengan bangga. “Aku cuma berusaha fokus dan ingat rumus-rumus. Lagipula, aku sudah latihan berhitung di rumah.”

Bu Ratna mendekati Gobed dan memberikan uang tunai seratus ribu. “Ini hadiah untuk kerja keras dan ketelitianmu. Teruslah belajar dan jangan berhenti mencoba.”

Gobed menerima uang itu dengan tangan gemetar. “Terima kasih, Bu Ratna. Ini berarti banyak buat aku.”

Ketika bel sekolah berbunyi, Gobed pulang ke rumah dengan wajah berseri-seri. Dia menunjukkan uang seratus ribu kepada orang tuanya, Jengkok dan Slumbat, yang sangat bangga.

“Pak, Bu, aku menang! Aku dapat seratus ribu!” kata Gobed dengan penuh semangat.

Jengkok dan Slumbat memeluk Gobed dengan penuh kebanggaan. “Kamu hebat, Gobed! Kami sangat bangga padamu!” kata Slumbat sambil meneteskan air mata kebahagiaan.

Mereka duduk bersama di meja makan, dan Jengkok mulai bercerita sambil tertawa. “Kalau saja sepatu Gobed bisa berbicara, dia pasti bilang, ‘Saya mungkin tua dan menganga, tapi saya punya anak yang pintar!’”

Seluruh keluarga tertawa bahagia, dan suasana di rumah terasa penuh kebahagiaan. Dengan sepatu tua yang menganga dan uang seratus ribu yang baru didapatkan, Gobed merasa sangat bangga dan bahagia. Dia tahu bahwa dengan kerja keras dan semangat, ia bisa mencapai banyak hal, tidak peduli seberapa sulit tantangannya.

Hari itu menjadi salah satu hari yang paling berharga dalam hidup Gobed, penuh dengan rasa bangga, kebahagiaan, dan momen-momen yang akan dikenang selamanya.

Sore itu, setelah Gobed pulang dari sekolah, rumahnya dipenuhi dengan semangat dan kebahagiaan. Jengkok dan Slumbat sedang mempersiapkan makan sore sederhana, sementara Gobed dengan antusias menceritakan tentang tantangan matematika yang dimenangkannya kepada orang tuanya.

Tiba-tiba, terdengar ketukan di pintu. Jengkok membuka pintu dan terkejut melihat Bu Ratna berdiri di depan dengan senyum lebar.

“Selamat sore, Bu Ratna!” sapa Jengkok sambil membuka pintu lebih lebar.

Bu Ratna melangkah masuk ke dalam rumah dengan penuh semangat. “Selamat sore, Jengkok, Slumbat. Saya datang untuk mengunjungi Gobed. Saya sangat terkesan dengan kejeniusan Gobed hari ini di sekolah.”

Slumbat menyambut Bu Ratna dengan ramah. “Selamat datang, Bu Ratna. Silakan duduk. Kami sangat senang ibu datang.”

Bu Ratna duduk di kursi yang disediakan, dan Gobed dengan penuh semangat segera mendekat. “Bu Ratna, apa kabar? Terima kasih sudah datang!”

Bu Ratna tersenyum. “Baik, Gobed. Aku datang untuk memberitahumu betapa bangganya aku dengan jawabanmu yang luar biasa hari ini. Kamu benar-benar hebat!”

Jengkok dan Slumbat saling bertukar pandang dengan bangga. “Kami memang sangat bangga dengan Gobed. Kami tahu dia memiliki potensi besar,” kata Slumbat dengan penuh kasih sayang.

Selama percakapan, Bu Ratna mulai memperhatikan kondisi rumah mereka. Meski sederhana, suasana rumah terasa hangat dengan tawa dan keceriaan. Namun, Bu Ratna tidak bisa tidak merasa miris melihat betapa sederhana dan usangnya perabotan di rumah mereka.

“Wah, saya sangat terkesan dengan semangat Gobed,” kata Bu Ratna sambil memandang sekeliling. “Tapi saya juga tidak bisa tidak merasa miris melihat kondisi rumah ini.”

Slumbat menghela napas pelan. “Iya, Bu Ratna. Kami memang hidup sederhana. Kami berusaha sebaik mungkin untuk memenuhi kebutuhan, tapi kadang-kadang sangat sulit.”

Bu Ratna mengangguk dengan penuh empati. “Saya ingin membantu. Mungkin kita bisa mencari cara agar Gobed dan keluarga bisa mendapatkan bantuan tambahan. Saya bisa berbicara dengan pihak sekolah atau komunitas untuk mencari solusi.”

Di saat yang sama, Gobed baru saja datang dari luar setelah bermain dengan teman-temannya. Melihat Bu Ratna di rumah, ia merasa terkejut dan senang. “Bu Ratna! Apa yang membawa ibu ke sini?”

Bu Ratna memeluk Gobed dengan penuh kasih. “Aku datang untuk memberi selamat secara langsung dan melihat keadaanmu. Kamu benar-benar membuatku sangat bangga.”

Gobed tersenyum lebar. “Terima kasih, Bu Ratna. Aku senang sekali ibu datang.”

Mereka melanjutkan percakapan sambil menikmati minuman teh manis yang telah disediakan oleh Slumbat. Bu Ratna bercerita dengan penuh antusias tentang kekagumannya terhadap Gobed dan bagaimana prestasinya membuatnya terinspirasi.

“Di kelas, aku tidak pernah melihat anak yang begitu cerdas tanpa kalkulator seperti Gobed. Kamu membuat semua orang di sekolah bangga,” kata Bu Ratna.

Selama percakapan, Jengkok, Slumbat, dan Gobed merasakan kedekatan yang mendalam dengan Bu Ratna. Sambil berbincang, Bu Ratna menyinggung kemungkinan membantu mereka dengan cara lain. “Mungkin ada bantuan dari berbagai program yang bisa meringankan beban kalian. Aku akan mencari informasi dan memberitahu kalian nanti.”

Jengkok dan Slumbat mengucapkan terima kasih dengan tulus. “Kami sangat berterima kasih, Bu Ratna. Bantuan ibu akan sangat berarti bagi kami.”

Setelah beberapa saat berbincang, Bu Ratna berpamitan. “Saya sangat senang bisa berkunjung dan melihat keluarga kalian secara langsung. Semoga kita bisa segera menemukan solusi terbaik.”

Jengkok dan Slumbat mengantar Bu Ratna ke pintu dengan penuh terima kasih. “Terima kasih banyak, Bu Ratna. Kami sangat menghargai bantuan dan perhatian ibu.”

Ketika Bu Ratna akhirnya pergi, suasana di rumah tetap ceria dan penuh rasa syukur. Jengkok, Slumbat, dan Gobed duduk bersama sambil menikmati sore yang tenang. Gobed memandang orang tuanya dengan penuh rasa syukur dan bertekad untuk terus berusaha keras.

“Meskipun kita hidup sederhana, kita memiliki satu sama lain dan dukungan dari orang-orang baik seperti Bu Ratna,” kata Slumbat sambil memeluk Gobed.

Jengkok menambahkan dengan senyum. “Dan ingat, dengan semangat dan usaha, kita bisa mengatasi semua tantangan yang ada.”

Sore itu, mereka menikmati kebersamaan dengan penuh rasa syukur. Meskipun kehidupan mereka penuh tantangan, momen-momen seperti ini memberikan kekuatan dan harapan baru bagi mereka untuk menghadapi masa depan dengan lebih optimis.

Episodes
1 Kehidupan di Ujung Gang Serta Kisah Jengkok dan Keluarga
2 Gobed Berangkat Ke Sekolahnya
3 Di Tertawakan Teman-Teman
4 Bau Mulut Yang Menyengat
5 Pocongan Berada Di Dapur Yang Kumuh
6 Perlindungan Ketat
7 Curhatan Dan Ketegangan Bu Guru
8 Rezeki Tak Terduga
9 Pagi Nomplok Dan Pocongan Usil
10 Keceriaan Si Pengepul Dan Gobed
11 Hari Yang Indah
12 Mimpi Tai Dan Rejeki Nomplok
13 Minggu Happy
14 Permulaan Yang Bagus
15 Makin Laris Deh
16 Momen Seru
17 Si Udin Pembawa Berkah
18 Kedatangan Pak Lurah
19 Gengsi Bu Lurah Selangit
20 Pencapaian Luar Biasa Dan Renovasi
21 Alarm Jadul
22 Beli HP Android Baru
23 Bapak Ibu Ku Bingung Dengan Android
24 Jengkok Dan Slumbat Semakin Bisa Memakai HP Android
25 Makin Mahir
26 Melejit Drastis
27 Sujud Syukur Yang Mengharukan Dan Si Preman Udin
28 Si Udin Yang Membara
29 Selamat Tinggal Sekolah Dasar
30 Kabar Warung Pak Jengkok Menyebar Luas
31 Kedatangan Pak Bupati
32 Beli Mobil Fortuner
33 Media Sosial Menembus Surga Dunia
34 Proyek Besar
35 Moment Haru Bersama Pemulung Tua
36 Inspirasi Pak Mamat
37 Pondasi Awal Restoran
38 Hampir Selesai Restorannya
39 Interior Megah
40 Eh Pada Melongo
41 Grand Opening
42 Meledak !!
43 Kehadiran Presiden
44 Boss Sultan
45 Liburan Dulu Guys
46 Gobed Makin Gedhe Dan Pandangan Pertama
47 Cinta Pertama Gobed
48 Fortuner Is The Best
49 Tembak Dooor Hehehe
50 Mengajak Ke Restorannya
51 Malu Ah
52 Lulus Dan Naik Kelas Diselimuti Cemburu Hebat
53 Makin Lengket
54 Polosnya Si Gobed
55 Cengingiran
56 Ke Bukit Sodom Dan Hangatnya Tubuh Laila
57 Pagi Bahagia
58 Perkembangan Restoran
59 Dari Fortuner Ke Pajero 2024
60 Keluarga Laila Terkejut
61 Introgasi Malam Ayah Laila: Cinta vs Janji
62 Malam yang Tidak Tenang
63 Pagi yang Ceria dan Selipan Humor
64 Pipi yang Digosok Cemburu
65 Kembali Ke Rumah dan Video Call Penuh Hasrat
66 Kesempatan Emas Di Akhir Pekan
67 Beraksi
68 Makin Tegang
69 Malam Tak Terlupakan
70 Kebangkitan Pagi di Bawah Satu Selimut
71 Pertandingan Nafas Basi Dan Kepanikan Mereka Atas Kecerobohan Gobed
72 Pagi yang Panik: Petualangan Penuh Tawa dan Ketegangan
73 Pamit dengan Ciuman dan Canda - Menyambut Pulang
74 Pengakuan dan Ketegangan & Kisah Cinta dan Keluarga
75 Nanas dan Sprite - Percobaan Unik Menghadapi Kekhawatiran
76 Spaghetti, Canda, dan Kenangan Panik - Sebuah Malam Bersama
77 Perang Nafas di Pagi Hari - Romantis, Tapi Bau!
78 Cinta di Sekolah Baru - Gobed dan Laila Satu Sekolah Lagi
79 Malam Penuh Kejutan - Dari Game Board hingga Makanan Tak Terduga
80 Cinta di Tengah Cemburu dan Tawa
81 Rindu Masakan dan Kebahagiaan Keluarga
82 Kisah Cinta Laila dan Gobed - Di Antara Cinta dan Keluarga
83 Ciuman Terlarang di Perpustakaan
84 Ciuman di Alun-Alun
85 Kebangkitan Cinta
86 Petualangan di Pagi Hari
87 Sore Semakin Syahdu
88 Laila Menatapnya Penuh Minat
89 Ujian Cinta
90 Manja dalam Cinta
91 Laila dan Bahasa "Lu Gue"
92 Gobed Kebelet
93 Tepokan Gemas di Bokong Laila
94 Kembali ke Realitas
95 Video Jahil yang Menggemparkan
96 Cemburu Membara
97 Kecelakaan Pintu yang Bikin Malu
98 Gobed Mengajak Cipokan Laila
99 Godaan Nakal di Telinga Laila
100 Kenangan Manis
101 Percakapan Konyol di Malam Minggu
102 Bisik-Bisik di Sekolah
103 Malam yang Menegangkan
104 Pertengkaran Kecil di Pinggir Jalan
105 Kejutan Manis di Malam Hari
106 Serunya Main Sepeda Bersama
107 Pesona Leher Laila yang Menggoda
108 Malam yang Tak Terduga
109 Kejutan di Balik Harapan
110 Bab 110: Kejutan di Tengah Jalan
111 Bab 111: Petualangan Tak Terduga
112 Bab 112: Rencana Kecil yang Membesar
113 Bab 113: Ketegangan yang Tak Terduga
114 Bab 114: Berpikir di Antara Rasa
115 Bab 115: Sebuah Langkah Lebih Dekat
116 Bab 116: Keraguan dan Harapan Baru
117 Bab 117: Kejutan Tak Terduga
118 Bab 118: Keberanian Gobed
119 Bab 119: Hari Pertama Sebagai Pasangan
120 Bab 120: Rencana Penuh Kejutan
121 Bab 121: Pertemuan yang Tak Terduga
122 Bab 122: Pertemuan yang Membawa Kenangan
123 Bab 123: Janji di Tengah Malam
124 Bab 124: Ini Adalah Salah Satu Hari Terindah Dalam Hidupku
125 Bab 125: Percakapan dalam Diam
126 Bab 126: Harapan dan Tantangan di Depan Mata
127 Bab 127: Menghadapi Perubahan dan Rencana Besar
128 Bab 128: Lezatnya Dunia Ini
129 Bab 129: Langkah Baru Menuju Impian
130 Bab 130: Meraih Asa Baru
131 Bab 131: Dalang di Balik Badai
132 Bab 132: Carl Johnson dan Shotgun Misterius
133 Bab 133: Carl Johnson dan Aksi Kejar-kejaran di Jalanan
134 Bab 134: Carl Johnson, Buronan Impossible
135 Bab 135: Aksi Carl Johnson yang Tak Terhentikan
136 Bab 136: Penerbangan Terakhir
137 Bab 137: Persahabatan di Kalimantan
138 Bab 138: Uang Hasil Rampasan yang Memikat
139 Bab 139: Sifat Yang Sulit Hilang
140 Bab 140: Tertarik Mandau
141 Bab 141: Carl Johnson Melatih Mandau nya Lagi Agar Bisa Disuruh
142 Bab 142: Kejaran yang Tak Pernah Berakhir
143 Bab 143: Polisi Jengkel!
144 Bab 144: Carl Johnson dan Pijatan Tak Terduga
145 Bab 145: Carl Johnson Menjadi Rambo
146 Bab 146: Taktik Brutal Carl Johnson
147 Bab 147: Kejutan Kedua
148 Bab 148: "Kejar-Kejaran Lautan"
149 Bab 149: "Menembus Batas Lautan"
150 Bab 150: "Sang Arsenal Hidup"
151 Bab 151: "Tantangan Terbesar Carl Johnson"
152 Bab 152: "Pelarian Malam Carl Johnson"
153 Bab 153: "Dendam Manis Carl Johnson"
154 Bab 154: "Amarah Kepala Kapolres"
155 Bab 155: "Carl Johnson dan Aksi Nekatnya di Markas Militer"
156 Bab 156: Kekacauan di SMK
157 Bab 157: "Petualangan Tak Terduga di Rumah Kosong"
158 Bab 158: Polwan-Polwan Dalam Ketegangan
159 Bab 159: Kisruh di Asrama Putri
160 Bab 160: Mencari Jati Diri
161 Bab 161: Carl Johnson yang Tak Terhentikan
162 Bab 162: Tak Terhentikan
163 Bab 163: Uang yang Hilang Secara Misterius
164 Bab 164: Carl Johnson Menghadapi Pengepungan
165 Bab 165: Kejaran Tanpa Harapan
166 Bab 166: Ketertarikan di Tengah Toko Roti
167 Bab 167: Tersekat dalam Oven
168 Bab 168: Gadis Berpaha Putih Mulus Dan Seksi Membuat Carl Johnson Tak Tahan
169 Bab 169: "Murka Sang Bapak"
170 Bab 170: "Mengejar Kebebasan"
171 Bab 171: Deru Adrenalin
172 Bab 172: "Rampok ATM Mandiri"
173 Bab 173: "Perang Besar di Tengah Kota"
174 Bab 174: Gadis Di Ranjang
Episodes

Updated 174 Episodes

1
Kehidupan di Ujung Gang Serta Kisah Jengkok dan Keluarga
2
Gobed Berangkat Ke Sekolahnya
3
Di Tertawakan Teman-Teman
4
Bau Mulut Yang Menyengat
5
Pocongan Berada Di Dapur Yang Kumuh
6
Perlindungan Ketat
7
Curhatan Dan Ketegangan Bu Guru
8
Rezeki Tak Terduga
9
Pagi Nomplok Dan Pocongan Usil
10
Keceriaan Si Pengepul Dan Gobed
11
Hari Yang Indah
12
Mimpi Tai Dan Rejeki Nomplok
13
Minggu Happy
14
Permulaan Yang Bagus
15
Makin Laris Deh
16
Momen Seru
17
Si Udin Pembawa Berkah
18
Kedatangan Pak Lurah
19
Gengsi Bu Lurah Selangit
20
Pencapaian Luar Biasa Dan Renovasi
21
Alarm Jadul
22
Beli HP Android Baru
23
Bapak Ibu Ku Bingung Dengan Android
24
Jengkok Dan Slumbat Semakin Bisa Memakai HP Android
25
Makin Mahir
26
Melejit Drastis
27
Sujud Syukur Yang Mengharukan Dan Si Preman Udin
28
Si Udin Yang Membara
29
Selamat Tinggal Sekolah Dasar
30
Kabar Warung Pak Jengkok Menyebar Luas
31
Kedatangan Pak Bupati
32
Beli Mobil Fortuner
33
Media Sosial Menembus Surga Dunia
34
Proyek Besar
35
Moment Haru Bersama Pemulung Tua
36
Inspirasi Pak Mamat
37
Pondasi Awal Restoran
38
Hampir Selesai Restorannya
39
Interior Megah
40
Eh Pada Melongo
41
Grand Opening
42
Meledak !!
43
Kehadiran Presiden
44
Boss Sultan
45
Liburan Dulu Guys
46
Gobed Makin Gedhe Dan Pandangan Pertama
47
Cinta Pertama Gobed
48
Fortuner Is The Best
49
Tembak Dooor Hehehe
50
Mengajak Ke Restorannya
51
Malu Ah
52
Lulus Dan Naik Kelas Diselimuti Cemburu Hebat
53
Makin Lengket
54
Polosnya Si Gobed
55
Cengingiran
56
Ke Bukit Sodom Dan Hangatnya Tubuh Laila
57
Pagi Bahagia
58
Perkembangan Restoran
59
Dari Fortuner Ke Pajero 2024
60
Keluarga Laila Terkejut
61
Introgasi Malam Ayah Laila: Cinta vs Janji
62
Malam yang Tidak Tenang
63
Pagi yang Ceria dan Selipan Humor
64
Pipi yang Digosok Cemburu
65
Kembali Ke Rumah dan Video Call Penuh Hasrat
66
Kesempatan Emas Di Akhir Pekan
67
Beraksi
68
Makin Tegang
69
Malam Tak Terlupakan
70
Kebangkitan Pagi di Bawah Satu Selimut
71
Pertandingan Nafas Basi Dan Kepanikan Mereka Atas Kecerobohan Gobed
72
Pagi yang Panik: Petualangan Penuh Tawa dan Ketegangan
73
Pamit dengan Ciuman dan Canda - Menyambut Pulang
74
Pengakuan dan Ketegangan & Kisah Cinta dan Keluarga
75
Nanas dan Sprite - Percobaan Unik Menghadapi Kekhawatiran
76
Spaghetti, Canda, dan Kenangan Panik - Sebuah Malam Bersama
77
Perang Nafas di Pagi Hari - Romantis, Tapi Bau!
78
Cinta di Sekolah Baru - Gobed dan Laila Satu Sekolah Lagi
79
Malam Penuh Kejutan - Dari Game Board hingga Makanan Tak Terduga
80
Cinta di Tengah Cemburu dan Tawa
81
Rindu Masakan dan Kebahagiaan Keluarga
82
Kisah Cinta Laila dan Gobed - Di Antara Cinta dan Keluarga
83
Ciuman Terlarang di Perpustakaan
84
Ciuman di Alun-Alun
85
Kebangkitan Cinta
86
Petualangan di Pagi Hari
87
Sore Semakin Syahdu
88
Laila Menatapnya Penuh Minat
89
Ujian Cinta
90
Manja dalam Cinta
91
Laila dan Bahasa "Lu Gue"
92
Gobed Kebelet
93
Tepokan Gemas di Bokong Laila
94
Kembali ke Realitas
95
Video Jahil yang Menggemparkan
96
Cemburu Membara
97
Kecelakaan Pintu yang Bikin Malu
98
Gobed Mengajak Cipokan Laila
99
Godaan Nakal di Telinga Laila
100
Kenangan Manis
101
Percakapan Konyol di Malam Minggu
102
Bisik-Bisik di Sekolah
103
Malam yang Menegangkan
104
Pertengkaran Kecil di Pinggir Jalan
105
Kejutan Manis di Malam Hari
106
Serunya Main Sepeda Bersama
107
Pesona Leher Laila yang Menggoda
108
Malam yang Tak Terduga
109
Kejutan di Balik Harapan
110
Bab 110: Kejutan di Tengah Jalan
111
Bab 111: Petualangan Tak Terduga
112
Bab 112: Rencana Kecil yang Membesar
113
Bab 113: Ketegangan yang Tak Terduga
114
Bab 114: Berpikir di Antara Rasa
115
Bab 115: Sebuah Langkah Lebih Dekat
116
Bab 116: Keraguan dan Harapan Baru
117
Bab 117: Kejutan Tak Terduga
118
Bab 118: Keberanian Gobed
119
Bab 119: Hari Pertama Sebagai Pasangan
120
Bab 120: Rencana Penuh Kejutan
121
Bab 121: Pertemuan yang Tak Terduga
122
Bab 122: Pertemuan yang Membawa Kenangan
123
Bab 123: Janji di Tengah Malam
124
Bab 124: Ini Adalah Salah Satu Hari Terindah Dalam Hidupku
125
Bab 125: Percakapan dalam Diam
126
Bab 126: Harapan dan Tantangan di Depan Mata
127
Bab 127: Menghadapi Perubahan dan Rencana Besar
128
Bab 128: Lezatnya Dunia Ini
129
Bab 129: Langkah Baru Menuju Impian
130
Bab 130: Meraih Asa Baru
131
Bab 131: Dalang di Balik Badai
132
Bab 132: Carl Johnson dan Shotgun Misterius
133
Bab 133: Carl Johnson dan Aksi Kejar-kejaran di Jalanan
134
Bab 134: Carl Johnson, Buronan Impossible
135
Bab 135: Aksi Carl Johnson yang Tak Terhentikan
136
Bab 136: Penerbangan Terakhir
137
Bab 137: Persahabatan di Kalimantan
138
Bab 138: Uang Hasil Rampasan yang Memikat
139
Bab 139: Sifat Yang Sulit Hilang
140
Bab 140: Tertarik Mandau
141
Bab 141: Carl Johnson Melatih Mandau nya Lagi Agar Bisa Disuruh
142
Bab 142: Kejaran yang Tak Pernah Berakhir
143
Bab 143: Polisi Jengkel!
144
Bab 144: Carl Johnson dan Pijatan Tak Terduga
145
Bab 145: Carl Johnson Menjadi Rambo
146
Bab 146: Taktik Brutal Carl Johnson
147
Bab 147: Kejutan Kedua
148
Bab 148: "Kejar-Kejaran Lautan"
149
Bab 149: "Menembus Batas Lautan"
150
Bab 150: "Sang Arsenal Hidup"
151
Bab 151: "Tantangan Terbesar Carl Johnson"
152
Bab 152: "Pelarian Malam Carl Johnson"
153
Bab 153: "Dendam Manis Carl Johnson"
154
Bab 154: "Amarah Kepala Kapolres"
155
Bab 155: "Carl Johnson dan Aksi Nekatnya di Markas Militer"
156
Bab 156: Kekacauan di SMK
157
Bab 157: "Petualangan Tak Terduga di Rumah Kosong"
158
Bab 158: Polwan-Polwan Dalam Ketegangan
159
Bab 159: Kisruh di Asrama Putri
160
Bab 160: Mencari Jati Diri
161
Bab 161: Carl Johnson yang Tak Terhentikan
162
Bab 162: Tak Terhentikan
163
Bab 163: Uang yang Hilang Secara Misterius
164
Bab 164: Carl Johnson Menghadapi Pengepungan
165
Bab 165: Kejaran Tanpa Harapan
166
Bab 166: Ketertarikan di Tengah Toko Roti
167
Bab 167: Tersekat dalam Oven
168
Bab 168: Gadis Berpaha Putih Mulus Dan Seksi Membuat Carl Johnson Tak Tahan
169
Bab 169: "Murka Sang Bapak"
170
Bab 170: "Mengejar Kebebasan"
171
Bab 171: Deru Adrenalin
172
Bab 172: "Rampok ATM Mandiri"
173
Bab 173: "Perang Besar di Tengah Kota"
174
Bab 174: Gadis Di Ranjang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!