Curhatan Dan Ketegangan Bu Guru

Di sekolah, Gobed datang dengan penuh semangat. Ia duduk di bangkunya dan mengeluarkan buku pelajaran, tapi pikirannya masih terus terbayang pada kejadian malam tadi. Tidak bisa menahan diri, ia mulai menceritakan apa yang terjadi kepada teman-temannya saat jam istirahat.

“Hai, kalian gak bakal percaya apa yang terjadi di rumahku semalam!” kata Gobed dengan nada misterius. Teman-temannya, yang sedang asyik makan jajanan di kantin, segera berhenti dan memasang telinga.

“Ada apa, Gobed?” tanya Roni, salah satu temannya, sambil menggigit cilok. “Ceritain dong!”

Gobed menghela napas dalam-dalam, kemudian mulai bercerita dengan penuh semangat. “Jadi, semalam, ada pocongan di rumahku! Bayangkan, pocongan! Dia muncul di dapur, terus di kamar, bahkan aku sampai kerasukan!”

Seketika semua temannya terkejut dan memandang Gobed dengan mata lebar. “Pocongan? Serius, Gobed? Apa kamu mimpi?” tanya Siti, temannya yang terkenal suka horor tapi juga penakut.

Gobed menggeleng kuat-kuat. “Serius banget, ini bukan mimpi. Aku beneran kerasukan! Papa sama Mama sampai ketakutan. Pocongannya muncul lagi dua kali! Terus, ada warga yang datang gara-gara ribut.”

Roni menepuk meja, membuat ciloknya hampir terbang. “Wah, gila! Pocong beneran? Kalau aku yang lihat, pasti udah kabur ke luar desa!”

Semua anak tertawa mendengar ucapan Roni, tetapi wajah mereka tetap diliputi ketegangan. Bagaimanapun, cerita Gobed terasa sangat nyata dan menyeramkan. Mereka semua mulai merasa was-was, mata mereka mengarah ke sana-sini, seolah-olah takut ada pocongan yang tiba-tiba muncul di sekitar sekolah.

Di sudut ruangan, tanpa disadari oleh Gobed dan teman-temannya, Bu Ratna, guru mereka yang sedang mengoreksi tugas di mejanya, mendengar percakapan itu. Awalnya ia berpikir Gobed hanya bercerita tentang film horor yang baru ditonton, tetapi ketika ia mendengar kata "kerasukan" dan "pocong muncul dua kali", bulu kuduknya langsung merinding.

Bu Ratna, yang dikenal sebagai guru paling pemberani di sekolah, ternyata sangat takut dengan hal-hal gaib. Ia berhenti menulis dan mulai memutar kursinya perlahan, ingin mendengar lebih jelas cerita Gobed.

“Jadi, pas aku kerasukan, suaraku berubah serem banget, kayak… kayak gini.” Gobed mencoba menirukan suara kerasukannya, mengubah suaranya menjadi serak dan dalam. “Kalian semua akan kena! Hahahaha!”

Semua temannya terdiam, kemudian tertawa terbahak-bahak. Suara Gobed yang mencoba terdengar seram malah terdengar konyol. “Kamu kerasukan atau masuk teater, Gobed?” tanya Roni sambil tertawa hingga hampir tersedak ciloknya.

Tapi di sudut kelas, Bu Ratna tidak merasa lucu sama sekali. Matanya mulai membesar, wajahnya pucat, dan tangannya gemetar memegang pulpen. Ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa ini hanya cerita anak-anak, tapi bayangan pocongan tiba-tiba muncul di kepala.

Saat Gobed bercerita lebih dalam, tiba-tiba angin berhembus lewat jendela kelas, membuat tirai bergoyang perlahan. Bu Ratna yang sudah tegang seketika melompat dari kursinya. “Aaaaa!” teriaknya tanpa sengaja.

Seluruh kelas mendadak terdiam. Semua mata tertuju pada Bu Ratna yang berdiri mematung dengan wajah ketakutan. Anak-anak saling bertukar pandang, bingung melihat reaksi gurunya yang biasanya tenang. Gobed mencoba menahan tawa melihat Bu Ratna yang tiba-tiba ketakutan.

“Eh, Bu Ratna, gak apa-apa?” tanya Roni dengan suara penuh kekhawatiran, meskipun mulutnya masih setengah tersenyum.

Bu Ratna mencoba tersenyum untuk menutupi rasa malunya. “Oh, tidak, tidak… Saya hanya… anginnya kencang sekali, ya?”

Tapi semua anak tahu, Bu Ratna terkejut bukan karena angin. Dengan cepat, Bu Ratna menyadari kalau dirinya sudah mempermalukan diri di depan kelas. Ia berusaha bersikap normal, tetapi wajahnya masih sedikit pucat.

“Ayo, ayo, lanjutkan belajarnya. Cerita horornya nanti lagi, ya. Kita harus fokus sekarang,” kata Bu Ratna sambil berjalan kembali ke mejanya, tetapi ia berjalan sedikit lebih cepat dari biasanya, seolah-olah takut ada sesuatu yang mengejarnya.

Saat Bu Ratna duduk kembali, Gobed dan teman-temannya tidak bisa menahan tawa. Mereka semua tertawa terbahak-bahak, sementara Gobed memimpin candaan. “Kayaknya Bu Ratna takut pocong, nih!”

Siti menimpali, “Iya, tadi kayak lihat pocongan lewat aja!”

Suasana kelas yang awalnya tegang kini berubah menjadi lebih ceria. Tawa anak-anak bergema di seluruh ruangan, membuat atmosfer horor yang sempat terasa langsung hilang. Bahkan Bu Ratna, meskipun masih merasa malu, tidak bisa menahan senyum kecil melihat tingkah murid-muridnya.

Saat jam pelajaran kembali dimulai, Gobed merasa senang karena bisa menghibur teman-temannya dengan cerita horornya. Meskipun ia tahu kejadian malam itu sangat menakutkan, ia sekarang bisa menertawakannya bersama teman-teman.

Namun, diam-diam di dalam hati, Bu Ratna masih terus merasakan ketegangan. Setiap kali angin bertiup atau suara kecil terdengar, ia langsung menoleh, seolah-olah takut ada yang muncul dari balik pintu atau jendela.

Pada akhirnya, meskipun Gobed menceritakan cerita pocongnya dengan tujuan membuat teman-temannya takut, cerita itu justru menjadi bahan tawa yang menghangatkan suasana kelas.

Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi nyaring, menandakan bahwa waktunya bagi semua siswa untuk kembali ke rumah. Siswa-siswa bergegas membereskan buku-buku mereka dengan penuh semangat, siap untuk pulang dan bermain, termasuk Gobed yang langsung melompat dari kursinya, siap-siap mengangkat tasnya.

Namun sebelum Gobed bisa melangkahkan kaki keluar kelas, tiba-tiba Bu Ratna muncul di hadapannya, dengan tatapan yang tampak serius namun penuh rasa ingin tahu.

“Gobed, tunggu sebentar!” kata Bu Ratna dengan suara yang sedikit lebih tegas dari biasanya. "Ibu mau bicara sama kamu."

Gobed terdiam, merasa sedikit cemas. “Kenapa, Bu? Saya gak salah apa-apa kan?”

Bu Ratna menggelengkan kepala sambil tersenyum, berusaha terlihat tenang tapi jelas-jelas wajahnya masih ada ketegangan. “Oh, tidak, tidak. Ibu hanya ingin kamu cerita lebih detail tentang pocongan yang kamu sebutkan tadi. Bisa ikut ke ruang Ibu sebentar?”

Gobed bingung. Ia tahu bahwa Bu Ratna adalah orang yang suka sekali kepo, selalu ingin tahu tentang apa saja yang terjadi di sekitar. Tapi cerita tentang pocongan ini ternyata menarik perhatian Bu Ratna lebih dari yang Gobed duga.

Dengan sedikit ragu, Gobed mengangguk. “Ya, Bu, boleh. Tapi, serius nih, Bu? Kenapa Bu Ratna tertarik sama pocong?”

Bu Ratna tersenyum, “Ibu hanya penasaran saja, Gobed. Ibu suka dengan cerita-cerita misteri. Ayo, ikut ke ruang guru.”

Gobed mengikuti Bu Ratna menuju ruang guru. Ketika mereka sampai di sana, Bu Ratna langsung mengunci pintu, seolah-olah tidak ingin ada yang mendengar pembicaraan mereka. Gobed mulai merasa sedikit aneh, tapi dia tetap duduk di kursi yang ditunjukkan Bu Ratna.

“Jadi, ceritakan semua dari awal,” kata Bu Ratna sambil duduk dengan posisi yang sangat serius, kedua tangannya menopang dagu seperti seorang detektif yang sedang mendengarkan kasus besar.

Gobed menghela napas panjang, dan mulai bercerita. “Jadi, Bu, semalam itu, saya lagi tidur di kamar, terus tiba-tiba ada suara aneh dari dapur. Saya sama Papa dan Mama keluar buat cek, dan ternyata… pocongan muncul!”

Mata Bu Ratna melebar, “Pocongan di dapur?”

Gobed mengangguk. “Iya, Bu, pocongan itu berdiri di sana, kakinya gak menyentuh lantai, dia cuma melayang. Mama langsung panik dan teriak, sementara Papa mencoba tenang, tapi saya tahu dia juga takut.”

Bu Ratna makin tertarik. “Terus, apa yang terjadi setelah itu?”

Gobed berusaha menahan tawa ketika ingat apa yang terjadi setelahnya, tapi dia tetap melanjutkan cerita dengan nada serius. “Ya, pocongan itu tiba-tiba menghilang, Bu. Tapi gak lama, dia muncul lagi… di kamar saya! Saya langsung kerasukan, terus ngomong dengan suara serem.”

Bu Ratna menutup mulutnya dengan tangan, wajahnya benar-benar tampak ketakutan, tapi dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. “Jadi kamu benar-benar kerasukan, Gobed? Apa yang kamu katakan waktu itu?”

Gobed mencoba menirukan suara serak yang tadi dia gunakan di kelas. “Saya bilang, ‘Aku datang untuk membalaskan dendamku! Hahaha!’”

Bu Ratna tampak tegang, tapi di sisi lain terlihat lucu karena mulutnya terbuka lebar seperti sedang melihat hantu beneran. Gobed yang melihat wajah Bu Ratna seperti itu tidak bisa menahan diri lagi. Dia tertawa terbahak-bahak.

“Bu Ratna, serius deh, saya beneran kerasukan, tapi kalau diingat-ingat sekarang, kayaknya saya cuma ngomong ngawur aja karena panik.”

Bu Ratna mengerutkan kening, sedikit kesal karena merasa ditertawakan. “Tapi Gobed, kamu gak mungkin bercanda soal hal-hal seperti ini, kan? Kalau benar pocongan itu ada, kita harus waspada!”

Gobed menenangkan tawa dan mencoba serius lagi, tapi tidak bisa menahan senyum. “Iya, Bu, saya ngerti. Tapi setelah itu, warga datang dan semua jadi heboh. Pocongan itu gak muncul lagi. Cuma… ya, Mama dan Papa kayaknya masih takut sampai sekarang.”

Bu Ratna menatap Gobed dengan tatapan yang penuh kekhawatiran, tetapi kemudian dia menghela napas lega. “Syukurlah semuanya baik-baik saja sekarang. Tapi Ibu penasaran, kenapa pocongan itu muncul di rumahmu? Mungkin ada sesuatu yang menyebabkan itu.”

Gobed mengangkat bahu. “Entahlah, Bu. Mungkin pocongannya cuma iseng. Atau mungkin dia cuma lapar, soalnya di rumah kami juga gak ada makanan. Mungkin kalau ada mendoan, pocongannya gak bakal ganggu.”

Bu Ratna tertawa kecil mendengar lelucon Gobed. “Hahaha, kamu ini ada-ada saja. Tapi siapa tahu, pocongan memang suka mendoan.”

Setelah momen canggung itu terlewati, mereka berdua tertawa bersama. Bu Ratna akhirnya menyadari bahwa mungkin dia terlalu serius menanggapi cerita ini.

“Baiklah, Gobed, terima kasih sudah cerita. Ibu cuma mau memastikan semuanya baik-baik saja. Kamu boleh pulang sekarang,” kata Bu Ratna sambil berdiri.

Gobed tersenyum lebar, merasa lega karena akhirnya bisa pulang. “Makasih, Bu. Tapi hati-hati ya, kalau pulang jangan sampai ketemu pocongan di jalan!”

Bu Ratna tersenyum sambil melirik Gobed. “Huh, Ibu sudah siap dengan mendoan di tas! Pocongannya pasti lari kalau lihat itu!”

Keduanya tertawa sekali lagi sebelum Gobed akhirnya meninggalkan ruang guru dan bergegas pulang. Sesampainya di pintu sekolah, Gobed masih tertawa sendiri, membayangkan Bu Ratna yang ketakutan gara-gara cerita pocongannya.

Dan hari itu, Gobed pulang dengan senyum di wajahnya, merasa puas telah berhasil membuat gurunya kepo dan ketakutan sekaligus. Pocong atau tidak, hari itu menjadi hari yang tak akan dilupakan olehnya maupun Bu Ratna.

Episodes
1 Kehidupan di Ujung Gang Serta Kisah Jengkok dan Keluarga
2 Gobed Berangkat Ke Sekolahnya
3 Di Tertawakan Teman-Teman
4 Bau Mulut Yang Menyengat
5 Pocongan Berada Di Dapur Yang Kumuh
6 Perlindungan Ketat
7 Curhatan Dan Ketegangan Bu Guru
8 Rezeki Tak Terduga
9 Pagi Nomplok Dan Pocongan Usil
10 Keceriaan Si Pengepul Dan Gobed
11 Hari Yang Indah
12 Mimpi Tai Dan Rejeki Nomplok
13 Minggu Happy
14 Permulaan Yang Bagus
15 Makin Laris Deh
16 Momen Seru
17 Si Udin Pembawa Berkah
18 Kedatangan Pak Lurah
19 Gengsi Bu Lurah Selangit
20 Pencapaian Luar Biasa Dan Renovasi
21 Alarm Jadul
22 Beli HP Android Baru
23 Bapak Ibu Ku Bingung Dengan Android
24 Jengkok Dan Slumbat Semakin Bisa Memakai HP Android
25 Makin Mahir
26 Melejit Drastis
27 Sujud Syukur Yang Mengharukan Dan Si Preman Udin
28 Si Udin Yang Membara
29 Selamat Tinggal Sekolah Dasar
30 Kabar Warung Pak Jengkok Menyebar Luas
31 Kedatangan Pak Bupati
32 Beli Mobil Fortuner
33 Media Sosial Menembus Surga Dunia
34 Proyek Besar
35 Moment Haru Bersama Pemulung Tua
36 Inspirasi Pak Mamat
37 Pondasi Awal Restoran
38 Hampir Selesai Restorannya
39 Interior Megah
40 Eh Pada Melongo
41 Grand Opening
42 Meledak !!
43 Kehadiran Presiden
44 Boss Sultan
45 Liburan Dulu Guys
46 Gobed Makin Gedhe Dan Pandangan Pertama
47 Cinta Pertama Gobed
48 Fortuner Is The Best
49 Tembak Dooor Hehehe
50 Mengajak Ke Restorannya
51 Malu Ah
52 Lulus Dan Naik Kelas Diselimuti Cemburu Hebat
53 Makin Lengket
54 Polosnya Si Gobed
55 Cengingiran
56 Ke Bukit Sodom Dan Hangatnya Tubuh Laila
57 Pagi Bahagia
58 Perkembangan Restoran
59 Dari Fortuner Ke Pajero 2024
60 Keluarga Laila Terkejut
61 Introgasi Malam Ayah Laila: Cinta vs Janji
62 Malam yang Tidak Tenang
63 Pagi yang Ceria dan Selipan Humor
64 Pipi yang Digosok Cemburu
65 Kembali Ke Rumah dan Video Call Penuh Hasrat
66 Kesempatan Emas Di Akhir Pekan
67 Beraksi
68 Makin Tegang
69 Malam Tak Terlupakan
70 Kebangkitan Pagi di Bawah Satu Selimut
71 Pertandingan Nafas Basi Dan Kepanikan Mereka Atas Kecerobohan Gobed
72 Pagi yang Panik: Petualangan Penuh Tawa dan Ketegangan
73 Pamit dengan Ciuman dan Canda - Menyambut Pulang
74 Pengakuan dan Ketegangan & Kisah Cinta dan Keluarga
75 Nanas dan Sprite - Percobaan Unik Menghadapi Kekhawatiran
76 Spaghetti, Canda, dan Kenangan Panik - Sebuah Malam Bersama
77 Perang Nafas di Pagi Hari - Romantis, Tapi Bau!
78 Cinta di Sekolah Baru - Gobed dan Laila Satu Sekolah Lagi
79 Malam Penuh Kejutan - Dari Game Board hingga Makanan Tak Terduga
80 Cinta di Tengah Cemburu dan Tawa
81 Rindu Masakan dan Kebahagiaan Keluarga
82 Kisah Cinta Laila dan Gobed - Di Antara Cinta dan Keluarga
83 Ciuman Terlarang di Perpustakaan
84 Ciuman di Alun-Alun
85 Kebangkitan Cinta
86 Petualangan di Pagi Hari
87 Sore Semakin Syahdu
88 Laila Menatapnya Penuh Minat
89 Ujian Cinta
90 Manja dalam Cinta
91 Laila dan Bahasa "Lu Gue"
92 Gobed Kebelet
93 Tepokan Gemas di Bokong Laila
94 Kembali ke Realitas
95 Video Jahil yang Menggemparkan
96 Cemburu Membara
97 Kecelakaan Pintu yang Bikin Malu
98 Gobed Mengajak Cipokan Laila
99 Godaan Nakal di Telinga Laila
100 Kenangan Manis
101 Percakapan Konyol di Malam Minggu
102 Bisik-Bisik di Sekolah
103 Malam yang Menegangkan
104 Pertengkaran Kecil di Pinggir Jalan
105 Kejutan Manis di Malam Hari
106 Serunya Main Sepeda Bersama
107 Pesona Leher Laila yang Menggoda
108 Malam yang Tak Terduga
109 Kejutan di Balik Harapan
110 Bab 110: Kejutan di Tengah Jalan
111 Bab 111: Petualangan Tak Terduga
112 Bab 112: Rencana Kecil yang Membesar
113 Bab 113: Ketegangan yang Tak Terduga
114 Bab 114: Berpikir di Antara Rasa
115 Bab 115: Sebuah Langkah Lebih Dekat
116 Bab 116: Keraguan dan Harapan Baru
117 Bab 117: Kejutan Tak Terduga
118 Bab 118: Keberanian Gobed
119 Bab 119: Hari Pertama Sebagai Pasangan
120 Bab 120: Rencana Penuh Kejutan
121 Bab 121: Pertemuan yang Tak Terduga
122 Bab 122: Pertemuan yang Membawa Kenangan
123 Bab 123: Janji di Tengah Malam
124 Bab 124: Ini Adalah Salah Satu Hari Terindah Dalam Hidupku
125 Bab 125: Percakapan dalam Diam
126 Bab 126: Harapan dan Tantangan di Depan Mata
127 Bab 127: Menghadapi Perubahan dan Rencana Besar
128 Bab 128: Lezatnya Dunia Ini
129 Bab 129: Langkah Baru Menuju Impian
130 Bab 130: Meraih Asa Baru
131 Bab 131: Dalang di Balik Badai
132 Bab 132: Carl Johnson dan Shotgun Misterius
133 Bab 133: Carl Johnson dan Aksi Kejar-kejaran di Jalanan
134 Bab 134: Carl Johnson, Buronan Impossible
135 Bab 135: Aksi Carl Johnson yang Tak Terhentikan
136 Bab 136: Penerbangan Terakhir
137 Bab 137: Persahabatan di Kalimantan
138 Bab 138: Uang Hasil Rampasan yang Memikat
139 Bab 139: Sifat Yang Sulit Hilang
140 Bab 140: Tertarik Mandau
141 Bab 141: Carl Johnson Melatih Mandau nya Lagi Agar Bisa Disuruh
142 Bab 142: Kejaran yang Tak Pernah Berakhir
143 Bab 143: Polisi Jengkel!
144 Bab 144: Carl Johnson dan Pijatan Tak Terduga
145 Bab 145: Carl Johnson Menjadi Rambo
146 Bab 146: Taktik Brutal Carl Johnson
147 Bab 147: Kejutan Kedua
148 Bab 148: "Kejar-Kejaran Lautan"
149 Bab 149: "Menembus Batas Lautan"
150 Bab 150: "Sang Arsenal Hidup"
151 Bab 151: "Tantangan Terbesar Carl Johnson"
152 Bab 152: "Pelarian Malam Carl Johnson"
153 Bab 153: "Dendam Manis Carl Johnson"
154 Bab 154: "Amarah Kepala Kapolres"
155 Bab 155: "Carl Johnson dan Aksi Nekatnya di Markas Militer"
156 Bab 156: Kekacauan di SMK
157 Bab 157: "Petualangan Tak Terduga di Rumah Kosong"
158 Bab 158: Polwan-Polwan Dalam Ketegangan
159 Bab 159: Kisruh di Asrama Putri
160 Bab 160: Mencari Jati Diri
161 Bab 161: Carl Johnson yang Tak Terhentikan
162 Bab 162: Tak Terhentikan
163 Bab 163: Uang yang Hilang Secara Misterius
164 Bab 164: Carl Johnson Menghadapi Pengepungan
165 Bab 165: Kejaran Tanpa Harapan
166 Bab 166: Ketertarikan di Tengah Toko Roti
167 Bab 167: Tersekat dalam Oven
168 Bab 168: Gadis Berpaha Putih Mulus Dan Seksi Membuat Carl Johnson Tak Tahan
169 Bab 169: "Murka Sang Bapak"
170 Bab 170: "Mengejar Kebebasan"
171 Bab 171: Deru Adrenalin
172 Bab 172: "Rampok ATM Mandiri"
173 Bab 173: "Perang Besar di Tengah Kota"
174 Bab 174: Gadis Di Ranjang
Episodes

Updated 174 Episodes

1
Kehidupan di Ujung Gang Serta Kisah Jengkok dan Keluarga
2
Gobed Berangkat Ke Sekolahnya
3
Di Tertawakan Teman-Teman
4
Bau Mulut Yang Menyengat
5
Pocongan Berada Di Dapur Yang Kumuh
6
Perlindungan Ketat
7
Curhatan Dan Ketegangan Bu Guru
8
Rezeki Tak Terduga
9
Pagi Nomplok Dan Pocongan Usil
10
Keceriaan Si Pengepul Dan Gobed
11
Hari Yang Indah
12
Mimpi Tai Dan Rejeki Nomplok
13
Minggu Happy
14
Permulaan Yang Bagus
15
Makin Laris Deh
16
Momen Seru
17
Si Udin Pembawa Berkah
18
Kedatangan Pak Lurah
19
Gengsi Bu Lurah Selangit
20
Pencapaian Luar Biasa Dan Renovasi
21
Alarm Jadul
22
Beli HP Android Baru
23
Bapak Ibu Ku Bingung Dengan Android
24
Jengkok Dan Slumbat Semakin Bisa Memakai HP Android
25
Makin Mahir
26
Melejit Drastis
27
Sujud Syukur Yang Mengharukan Dan Si Preman Udin
28
Si Udin Yang Membara
29
Selamat Tinggal Sekolah Dasar
30
Kabar Warung Pak Jengkok Menyebar Luas
31
Kedatangan Pak Bupati
32
Beli Mobil Fortuner
33
Media Sosial Menembus Surga Dunia
34
Proyek Besar
35
Moment Haru Bersama Pemulung Tua
36
Inspirasi Pak Mamat
37
Pondasi Awal Restoran
38
Hampir Selesai Restorannya
39
Interior Megah
40
Eh Pada Melongo
41
Grand Opening
42
Meledak !!
43
Kehadiran Presiden
44
Boss Sultan
45
Liburan Dulu Guys
46
Gobed Makin Gedhe Dan Pandangan Pertama
47
Cinta Pertama Gobed
48
Fortuner Is The Best
49
Tembak Dooor Hehehe
50
Mengajak Ke Restorannya
51
Malu Ah
52
Lulus Dan Naik Kelas Diselimuti Cemburu Hebat
53
Makin Lengket
54
Polosnya Si Gobed
55
Cengingiran
56
Ke Bukit Sodom Dan Hangatnya Tubuh Laila
57
Pagi Bahagia
58
Perkembangan Restoran
59
Dari Fortuner Ke Pajero 2024
60
Keluarga Laila Terkejut
61
Introgasi Malam Ayah Laila: Cinta vs Janji
62
Malam yang Tidak Tenang
63
Pagi yang Ceria dan Selipan Humor
64
Pipi yang Digosok Cemburu
65
Kembali Ke Rumah dan Video Call Penuh Hasrat
66
Kesempatan Emas Di Akhir Pekan
67
Beraksi
68
Makin Tegang
69
Malam Tak Terlupakan
70
Kebangkitan Pagi di Bawah Satu Selimut
71
Pertandingan Nafas Basi Dan Kepanikan Mereka Atas Kecerobohan Gobed
72
Pagi yang Panik: Petualangan Penuh Tawa dan Ketegangan
73
Pamit dengan Ciuman dan Canda - Menyambut Pulang
74
Pengakuan dan Ketegangan & Kisah Cinta dan Keluarga
75
Nanas dan Sprite - Percobaan Unik Menghadapi Kekhawatiran
76
Spaghetti, Canda, dan Kenangan Panik - Sebuah Malam Bersama
77
Perang Nafas di Pagi Hari - Romantis, Tapi Bau!
78
Cinta di Sekolah Baru - Gobed dan Laila Satu Sekolah Lagi
79
Malam Penuh Kejutan - Dari Game Board hingga Makanan Tak Terduga
80
Cinta di Tengah Cemburu dan Tawa
81
Rindu Masakan dan Kebahagiaan Keluarga
82
Kisah Cinta Laila dan Gobed - Di Antara Cinta dan Keluarga
83
Ciuman Terlarang di Perpustakaan
84
Ciuman di Alun-Alun
85
Kebangkitan Cinta
86
Petualangan di Pagi Hari
87
Sore Semakin Syahdu
88
Laila Menatapnya Penuh Minat
89
Ujian Cinta
90
Manja dalam Cinta
91
Laila dan Bahasa "Lu Gue"
92
Gobed Kebelet
93
Tepokan Gemas di Bokong Laila
94
Kembali ke Realitas
95
Video Jahil yang Menggemparkan
96
Cemburu Membara
97
Kecelakaan Pintu yang Bikin Malu
98
Gobed Mengajak Cipokan Laila
99
Godaan Nakal di Telinga Laila
100
Kenangan Manis
101
Percakapan Konyol di Malam Minggu
102
Bisik-Bisik di Sekolah
103
Malam yang Menegangkan
104
Pertengkaran Kecil di Pinggir Jalan
105
Kejutan Manis di Malam Hari
106
Serunya Main Sepeda Bersama
107
Pesona Leher Laila yang Menggoda
108
Malam yang Tak Terduga
109
Kejutan di Balik Harapan
110
Bab 110: Kejutan di Tengah Jalan
111
Bab 111: Petualangan Tak Terduga
112
Bab 112: Rencana Kecil yang Membesar
113
Bab 113: Ketegangan yang Tak Terduga
114
Bab 114: Berpikir di Antara Rasa
115
Bab 115: Sebuah Langkah Lebih Dekat
116
Bab 116: Keraguan dan Harapan Baru
117
Bab 117: Kejutan Tak Terduga
118
Bab 118: Keberanian Gobed
119
Bab 119: Hari Pertama Sebagai Pasangan
120
Bab 120: Rencana Penuh Kejutan
121
Bab 121: Pertemuan yang Tak Terduga
122
Bab 122: Pertemuan yang Membawa Kenangan
123
Bab 123: Janji di Tengah Malam
124
Bab 124: Ini Adalah Salah Satu Hari Terindah Dalam Hidupku
125
Bab 125: Percakapan dalam Diam
126
Bab 126: Harapan dan Tantangan di Depan Mata
127
Bab 127: Menghadapi Perubahan dan Rencana Besar
128
Bab 128: Lezatnya Dunia Ini
129
Bab 129: Langkah Baru Menuju Impian
130
Bab 130: Meraih Asa Baru
131
Bab 131: Dalang di Balik Badai
132
Bab 132: Carl Johnson dan Shotgun Misterius
133
Bab 133: Carl Johnson dan Aksi Kejar-kejaran di Jalanan
134
Bab 134: Carl Johnson, Buronan Impossible
135
Bab 135: Aksi Carl Johnson yang Tak Terhentikan
136
Bab 136: Penerbangan Terakhir
137
Bab 137: Persahabatan di Kalimantan
138
Bab 138: Uang Hasil Rampasan yang Memikat
139
Bab 139: Sifat Yang Sulit Hilang
140
Bab 140: Tertarik Mandau
141
Bab 141: Carl Johnson Melatih Mandau nya Lagi Agar Bisa Disuruh
142
Bab 142: Kejaran yang Tak Pernah Berakhir
143
Bab 143: Polisi Jengkel!
144
Bab 144: Carl Johnson dan Pijatan Tak Terduga
145
Bab 145: Carl Johnson Menjadi Rambo
146
Bab 146: Taktik Brutal Carl Johnson
147
Bab 147: Kejutan Kedua
148
Bab 148: "Kejar-Kejaran Lautan"
149
Bab 149: "Menembus Batas Lautan"
150
Bab 150: "Sang Arsenal Hidup"
151
Bab 151: "Tantangan Terbesar Carl Johnson"
152
Bab 152: "Pelarian Malam Carl Johnson"
153
Bab 153: "Dendam Manis Carl Johnson"
154
Bab 154: "Amarah Kepala Kapolres"
155
Bab 155: "Carl Johnson dan Aksi Nekatnya di Markas Militer"
156
Bab 156: Kekacauan di SMK
157
Bab 157: "Petualangan Tak Terduga di Rumah Kosong"
158
Bab 158: Polwan-Polwan Dalam Ketegangan
159
Bab 159: Kisruh di Asrama Putri
160
Bab 160: Mencari Jati Diri
161
Bab 161: Carl Johnson yang Tak Terhentikan
162
Bab 162: Tak Terhentikan
163
Bab 163: Uang yang Hilang Secara Misterius
164
Bab 164: Carl Johnson Menghadapi Pengepungan
165
Bab 165: Kejaran Tanpa Harapan
166
Bab 166: Ketertarikan di Tengah Toko Roti
167
Bab 167: Tersekat dalam Oven
168
Bab 168: Gadis Berpaha Putih Mulus Dan Seksi Membuat Carl Johnson Tak Tahan
169
Bab 169: "Murka Sang Bapak"
170
Bab 170: "Mengejar Kebebasan"
171
Bab 171: Deru Adrenalin
172
Bab 172: "Rampok ATM Mandiri"
173
Bab 173: "Perang Besar di Tengah Kota"
174
Bab 174: Gadis Di Ranjang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!