Minggu Happy

Hari Minggu pagi di rumah Gobed terasa ceria dan penuh energi. Setelah semalam merayakan kejutan tak terduga dan mendapatkan penghargaan dari sekolah, Jengkok, Slumbat, dan Gobed duduk bersama di meja makan sambil menikmati sarapan sederhana. Pagi ini, mereka kembali membahas berbagai kejadian menarik yang telah terjadi.

"Selamat pagi semua!" kata Jengkok sambil mengaduk teh hangatnya. "Aku masih merasa seperti baru keluar dari dunia mimpi. Kejutan kemarin benar-benar mengubah segalanya."

Slumbat mengangguk sambil menyajikan piring nasi padang yang lezat. "Iya, benar-benar tak terduga. Tas berisi harta itu seperti dari cerita dongeng!"

Gobed, yang sedang mengunyah rendang dengan penuh selera, ikut menyela. "Dan para guru kemarin sore—aku masih tidak percaya mereka datang ke rumah kita. Rasanya seperti mimpi aneh!"

Jengkok tertawa sambil menepuk meja. "Kalau mengingat kembali, aku merasa seperti kita hidup dalam sebuah film komedi. Mulai dari tas harta yang ditemukan, sampai para guru datang memberi penghargaan—semuanya terasa seperti skenario yang ditulis untuk hiburan!"

Slumbat menambahkan dengan senyum lebar, "Jadi, kalau ada yang bertanya bagaimana kita bisa mendapatkan semua ini, kita bisa cerita bahwa semua berawal dari mimpi Gobed tentang kotoran dan harta tersembunyi!"

Gobed tertawa terbahak-bahak. "Iya! Dan mimpi itu benar-benar aneh. Aku tidak pernah membayangkan kalau kotoran bisa membawa keberuntungan!"

Jengkok mengangguk sambil berusaha menahan tawanya. "Mungkin mimpi-mimpi berikutnya juga akan lebih menakjubkan. Siapa tahu, mungkin kamu akan mimpi tentang menemukan harta karun di kebun belakang kita!"

Slumbat melanjutkan, "Atau bisa jadi kamu akan mimpi menjadi penyelamat dunia dari gangguan kotoran—dengan kekuatan super dari kotoran!”

Gobed menatap orang tuanya dengan tatapan penasaran. "Apa mungkin ada makna lebih dalam dari mimpi itu?"

Jengkok berpikir sejenak, lalu dengan nada serius namun tetap lucu, ia berkata, "Mungkin mimpi itu adalah pertanda bahwa kita harus selalu siap menghadapi hal-hal tak terduga, bahkan dari hal-hal yang tampaknya tidak berharga. Atau mungkin itu hanya cara alam semesta memberitahumu untuk tidak terlalu memikirkan mimpi-mimpi aneh!"

Slumbat tertawa terbahak-bahak. "Ya, atau bisa jadi kita harus mengajarkan seluruh kampung tentang bagaimana mimpi kotoran bisa mendatangkan rejeki. Mungkin kita bisa membuat seminar dan memasang poster!"

Gobed ikut tertawa, membayangkan bagaimana dia akan mempresentasikan cerita anehnya di depan banyak orang. "Dan aku bisa mengenakan kostum superhero dengan logo kotoran di dadaku!"

Suasana meja makan pagi itu dipenuhi dengan tawa dan canda. Mereka terus berbincang tentang berbagai kemungkinan lucu yang bisa terjadi jika mimpi Gobed menjadi kenyataan dalam berbagai cara yang tidak terduga.

"Ngomong-ngomong soal tas berisi harta," kata Jengkok, mengalihkan perhatian, "apa rencanamu dengan barang-barang antik yang kita temukan? Kita harus memutuskan apa yang harus dilakukan."

Slumbat menyela, "Aku pikir kita bisa menjual beberapa barang antik dan menggunakan uangnya untuk membayar kebutuhan sekolah Gobed. Selain itu, kita juga bisa menyisihkan sebagian untuk membantu tetangga yang membutuhkan."

Gobed, yang sedang memikirkan sepatu yang hampir jebol, tiba-tiba menambahkan dengan penuh harap, "Mah, belikan aku sepatu baru ya. Sepatuku sudah hampir putus dan rasanya tidak nyaman dipakai."

Slumbat memandang Gobed dengan penuh kasih sayang dan sedikit terharu. "Oh, Gobed. Kamu memang butuh sepatu baru. Kalau begitu, kita akan menyisihkan sebagian uang untuk itu."

Jengkok ikut menyela, "Kalau begitu, mari kita buat daftar belanja. Kita sudah punya rencana yang bagus untuk uang tersebut. Tapi sepatu baru untuk Gobed juga penting."

Slumbat memandang Jengkok dengan senyum lembut. "Kita bisa mengalokasikan sebagian dari uang yang kita dapat untuk sepatu baru Gobed. Lagipula, dia sudah begitu rajin belajar dan berusaha keras."

Gobed tersenyum lebar, merasa sangat senang mendengar keputusan itu. "Terima kasih, Bu! Aku sangat membutuhkan sepatu baru. Sepatuku sudah hampir putus dan terkadang membuatku tidak nyaman di sekolah."

Setelah sarapan, mereka memutuskan untuk mengunjungi toko sepatu setelah Jengkok dan Slumbat selesai dengan urusan barang antik mereka. Gobed merasa bersemangat dan tidak sabar untuk mendapatkan sepatu baru yang nyaman.

Di toko sepatu, Gobed memilih sepatu yang cocok dan nyaman. Sementara itu, Slumbat dan Jengkok memilih sepatu dengan hati-hati, memastikan bahwa Gobed mendapatkan yang terbaik sesuai dengan anggaran mereka.

Jengkok dengan ceria berkata, "Kita akan menggunakan sisa uang untuk membeli barang-barang penting lainnya dan sedikit untuk cadangan. Lagipula, kita perlu memastikan bahwa kita selalu siap menghadapi kebutuhan mendatang."

Slumbat mengangguk setuju sambil menyarankan, "Selain sepatu, mungkin kita juga bisa membeli beberapa buku baru untuk Gobed. Ini bisa membantu dia lebih semangat belajar."

Gobed, yang merasa sangat bahagia, berjalan pulang dengan sepatu baru yang mengkilap di kaki. "Aku sangat senang dengan sepatu baruku. Terima kasih banyak, Bu, Pak!"

Saat mereka tiba di rumah, Gobed merasa sangat bersyukur. Sepatu baru membuatnya merasa lebih percaya diri dan nyaman saat beraktivitas. Keluarga Gobed kembali ke rumah dengan perasaan bahagia dan bersyukur, menikmati kebersamaan dan memulai hari Minggu dengan penuh semangat.

"Mungkin kita harus merayakan dengan makan malam istimewa hari ini," usul Slumbat. "Kita bisa membeli beberapa bahan makanan dan membuat hidangan yang istimewa untuk dinikmati bersama."

Jengkok setuju dengan senyum lebar. "Itu ide yang bagus. Mari kita lakukan!"

Mereka melanjutkan hari mereka dengan perasaan bahagia dan penuh rasa syukur. Momen-momen sederhana seperti ini, ketika mereka dapat saling mendukung dan berbagi kebahagiaan, adalah hal yang paling berharga dalam hidup mereka.

Jengkok dan Slumbat duduk di meja makan, menghitung sisa uang setelah belanja.

Jengkok bertanya pada Slumbat, "Mah, sisa uang total setelah kita belanja berapa?"

Slumbat memeriksa catatannya dan menjawab, "Jadi begini, total uang yang kita punya berasal dari penemuan tas dan pemberian Bu Ratna. Penemuan tas berisi uang senilai 7.250.000 rupiah, ditambah 1.000.000 rupiah dari Bu Ratna. Jadi total uang kita adalah 8.250.000 rupiah."

Jengkok mengangguk, lalu Slumbat melanjutkan, "Kemarin, kita belanja sepatu baru untuk Gobed seharga 300.000 rupiah. Kita juga membeli 3 porsi nasi padang seharga 30.000 rupiah. Total belanja barang antik yang kita jual adalah 1.467.000 rupiah."

Slumbat merinci lebih lanjut, "Jadi rincian belanjanya seperti ini:

Sepatu baru untuk Gobed: 300.000 rupiah

Makanan (3 porsi nasi padang): 30.000 rupiah

Belanja barang antik: 1.467.000 rupiah

Total belanja: 1.797.000 rupiah."

Jengkok memeriksa perhitungan itu, lalu Slumbat melanjutkan, "Jadi, total uang yang kita belanjakan adalah 1.797.000 rupiah. Kalau kita kurangi dari total uang yang kita punya, 8.250.000 rupiah, maka sisa uang kita adalah 8.250.000 - 1.797.000 \= 6.453.000 rupiah."

Jengkok tersenyum puas, "Jadi, setelah semua belanjaan, sisa uang kita adalah 6.453.000 rupiah. Itu cukup untuk kebutuhan mendatang dan membantu tetangga seperti yang kita rencanakan."

Slumbat mengangguk setuju, "Ya, dan kita masih bisa menyisihkan sedikit lagi untuk cadangan. Rasanya sangat baik bisa membantu orang lain dan memastikan keluarga kita tetap terjaga."

Dengan perasaan lega dan puas, mereka memutuskan untuk melanjutkan hari mereka dengan penuh semangat, siap untuk memanfaatkan sisa uang tersebut dengan bijaksana.

Setelah pembicaraan tentang sisa uang, Jengkok mengusulkan, "Mah, bagaimana kalau yang 5 juta kita gunakan sebagai modal untuk membuka warung jajan kecil-kecilan? Dengan begitu, kita bisa mendapatkan penghasilan tetap dan tidak perlu lagi memulung. Sisanya kita simpan untuk pegangan dan keperluan mendatang."

Slumbat memandang Jengkok dengan mata berbinar, "Itu ide yang bagus, Pak. Dengan modal 5 juta, kita bisa membuka warung kecil yang menjual jajanan. Ini bisa menjadi sumber penghasilan tambahan bagi keluarga kita dan membantu kita lebih mandiri."

Jengkok melanjutkan, "Kita bisa menjual berbagai macam jajanan, seperti gorengan, kue, dan minuman ringan. Kita juga bisa memanfaatkan lokasi di dekat rumah agar lebih mudah diakses oleh tetangga dan orang-orang sekitar."

Slumbat menyetujui ide tersebut. "Mari kita buat rencana untuk membuka warung. Kita perlu menentukan menu, mencari tempat yang strategis, dan mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan. Ini bisa menjadi langkah awal yang baik untuk memperbaiki keadaan finansial kita."

Jengkok dan Slumbat memutuskan untuk segera memulai rencana tersebut. Mereka menyusun anggaran untuk modal warung, termasuk biaya untuk perlengkapan, bahan makanan, dan sewa tempat jika diperlukan. Dengan sisa uang yang lebih dari 1 juta rupiah, mereka bisa membeli bahan awal dan perlengkapan dasar.

Jengkok menjelaskan rincian perhitungan, "Jadi, dari total sisa uang 6.453.000 rupiah, kita alokasikan 5 juta untuk modal warung. Dengan begitu, sisa uang kita adalah 6.453.000 - 5.000.000 \= 1.453.000 rupiah. Kita bisa menyimpan sisa uang ini sebagai pegangan dan cadangan jika ada kebutuhan mendatang."

Slumbat setuju, "Baiklah, mari kita mulai mempersiapkan semuanya. Kita bisa mulai dengan mencari tempat yang strategis, membeli perlengkapan, dan merencanakan menu. Semoga usaha ini berjalan dengan lancar dan membawa hasil yang baik."

Slumbat memandang Jengkok dengan senyum ceria dan mengusulkan, "Pak, kita kan modalnya pas-pasan. Bagaimana kalau kita buka warung di teras rumah saja? Jadi, kita tidak perlu menyewa ruko. Lumayan, itung-itung ngirit, kan?"

Jengkok tertawa mendengar usulan Slumbat. "Iya, itu ide yang brilian, Mah. Kita memang harus pintar-pintar mengatur anggaran. Lagipula, teras rumah kita cukup luas untuk dijadikan tempat warung kecil."

Gobed yang mendengar percakapan itu bergabung, "Ibu, Pak, teras rumah kan sudah cukup besar. Kita bisa membuat meja dan tempat duduk di sana. Dan nanti kalau ada tetangga yang lewat, mereka bisa langsung mampir."

Jengkok melanjutkan, "Benar, teras rumah kita sudah ada meja dan kursi. Tinggal kita tambahkan beberapa peralatan dan hiasan agar terasa lebih seperti warung. Lagipula, kita juga bisa memanfaatkan teras untuk menyimpan barang-barang dagangan tanpa perlu sewa tempat."

Slumbat senang melihat antusiasme keluarga. "Nah, mari kita mulai. Pertama-tama, kita perlu membersihkan teras dan menyiapkan ruangannya. Kita bisa gunakan meja dan kursi yang sudah ada, lalu menambahkan beberapa dekorasi sederhana seperti spanduk kecil dan poster menu."

Jengkok, yang selalu bersemangat dengan ide baru, segera menyusun rencana. "Kita juga bisa membuat papan menu yang mudah dibaca dan menarik. Nanti, kita bisa menulis menu dengan cat air di papan kayu dan menggantungnya di depan teras."

Slumbat menambahkan dengan canda, "Dan jangan lupa, kita harus menyediakan kipas angin agar pelanggan tidak kepanasan. Karena kalau terasnya panas, kita bisa-bisa kehilangan pelanggan sebelum mereka sempat merasakan jajanan kita!"

Gobed ikut tertawa. "Benar, nanti kita bisa bilang ke pelanggan, 'Kalau tidak bisa merasakan dinginnya udara, setidaknya rasakan kenikmatan jajanan kami!'"

Jengkok menyetujui ide itu dan mulai merencanakan langkah selanjutnya. "Oke, mari kita buat daftar belanja untuk perlengkapan tambahan. Kita perlu membeli beberapa bahan dasar seperti minyak goreng, tepung, dan bahan-bahan lain untuk membuat jajanan. Selain itu, kita juga perlu beberapa peralatan masak tambahan."

Mereka semua bersemangat memulai persiapan. Pagi itu, mereka bersama-sama membersihkan teras rumah, mendekorasinya dengan spanduk dan papan menu sederhana. Slumbat dan Jengkok membuat dekorasi dari barang-barang yang ada di rumah, sementara Gobed membantu membersihkan dan mengatur meja dan kursi.

Saat mereka tengah sibuk mempersiapkan warung, Jengkok tidak bisa menahan diri untuk bercanda, "Nanti kita bisa bikin tulisan di spanduk, 'Warung Jajan Teras: Makanan Enak di Tempat yang Nyaman!'

Slumbat menyahut sambil tertawa, "Iya, dan di bagian bawahnya bisa ditulis, 'Kenaikannya dari suhu ruangan tidak berlaku di sini!'"

Setelah beberapa jam bekerja keras, teras rumah mereka akhirnya siap untuk menjadi warung jajan. Mereka menata berbagai macam jajanan yang sudah mereka siapkan dengan rapi di meja, dan memperlihatkan papan menu dengan bangga.

Slumbat melihat hasil kerja mereka dan merasa puas. "Wah, teras kita sudah berubah jadi warung jajan yang keren. Sekarang, kita hanya perlu menunggu pelanggan pertama datang."

Jengkok melihat sekeliling dan berkata, "Ya, kita sudah siap. Semoga usaha kita ini berjalan lancar dan membawa banyak keuntungan. Lagipula, siapa yang tahu? Mungkin teras rumah kita ini akan menjadi tempat nongkrong favorit di lingkungan kita!"

Mereka semua tertawa bahagia, merasakan kepuasan dari kerja keras mereka. Keluarga Gobed duduk bersama di teras yang telah berubah menjadi warung, merencanakan hari pertama mereka dengan penuh harapan dan antusiasme. Dengan semangat baru, mereka menyambut kesempatan ini sebagai awal dari petualangan baru dalam hidup mereka.

Terpopuler

Comments

RJ 💜🐑

RJ 💜🐑

semangat buat Gobed sekeluarga semoga dagangannya laku dan lancar ya 🤗🤗💪🏻💪🏻😍

2024-12-03

0

lihat semua
Episodes
1 Kehidupan di Ujung Gang Serta Kisah Jengkok dan Keluarga
2 Gobed Berangkat Ke Sekolahnya
3 Di Tertawakan Teman-Teman
4 Bau Mulut Yang Menyengat
5 Pocongan Berada Di Dapur Yang Kumuh
6 Perlindungan Ketat
7 Curhatan Dan Ketegangan Bu Guru
8 Rezeki Tak Terduga
9 Pagi Nomplok Dan Pocongan Usil
10 Keceriaan Si Pengepul Dan Gobed
11 Hari Yang Indah
12 Mimpi Tai Dan Rejeki Nomplok
13 Minggu Happy
14 Permulaan Yang Bagus
15 Makin Laris Deh
16 Momen Seru
17 Si Udin Pembawa Berkah
18 Kedatangan Pak Lurah
19 Gengsi Bu Lurah Selangit
20 Pencapaian Luar Biasa Dan Renovasi
21 Alarm Jadul
22 Beli HP Android Baru
23 Bapak Ibu Ku Bingung Dengan Android
24 Jengkok Dan Slumbat Semakin Bisa Memakai HP Android
25 Makin Mahir
26 Melejit Drastis
27 Sujud Syukur Yang Mengharukan Dan Si Preman Udin
28 Si Udin Yang Membara
29 Selamat Tinggal Sekolah Dasar
30 Kabar Warung Pak Jengkok Menyebar Luas
31 Kedatangan Pak Bupati
32 Beli Mobil Fortuner
33 Media Sosial Menembus Surga Dunia
34 Proyek Besar
35 Moment Haru Bersama Pemulung Tua
36 Inspirasi Pak Mamat
37 Pondasi Awal Restoran
38 Hampir Selesai Restorannya
39 Interior Megah
40 Eh Pada Melongo
41 Grand Opening
42 Meledak !!
43 Kehadiran Presiden
44 Boss Sultan
45 Liburan Dulu Guys
46 Gobed Makin Gedhe Dan Pandangan Pertama
47 Cinta Pertama Gobed
48 Fortuner Is The Best
49 Tembak Dooor Hehehe
50 Mengajak Ke Restorannya
51 Malu Ah
52 Lulus Dan Naik Kelas Diselimuti Cemburu Hebat
53 Makin Lengket
54 Polosnya Si Gobed
55 Cengingiran
56 Ke Bukit Sodom Dan Hangatnya Tubuh Laila
57 Pagi Bahagia
58 Perkembangan Restoran
59 Dari Fortuner Ke Pajero 2024
60 Keluarga Laila Terkejut
61 Introgasi Malam Ayah Laila: Cinta vs Janji
62 Malam yang Tidak Tenang
63 Pagi yang Ceria dan Selipan Humor
64 Pipi yang Digosok Cemburu
65 Kembali Ke Rumah dan Video Call Penuh Hasrat
66 Kesempatan Emas Di Akhir Pekan
67 Beraksi
68 Makin Tegang
69 Malam Tak Terlupakan
70 Kebangkitan Pagi di Bawah Satu Selimut
71 Pertandingan Nafas Basi Dan Kepanikan Mereka Atas Kecerobohan Gobed
72 Pagi yang Panik: Petualangan Penuh Tawa dan Ketegangan
73 Pamit dengan Ciuman dan Canda - Menyambut Pulang
74 Pengakuan dan Ketegangan & Kisah Cinta dan Keluarga
75 Nanas dan Sprite - Percobaan Unik Menghadapi Kekhawatiran
76 Spaghetti, Canda, dan Kenangan Panik - Sebuah Malam Bersama
77 Perang Nafas di Pagi Hari - Romantis, Tapi Bau!
78 Cinta di Sekolah Baru - Gobed dan Laila Satu Sekolah Lagi
79 Malam Penuh Kejutan - Dari Game Board hingga Makanan Tak Terduga
80 Cinta di Tengah Cemburu dan Tawa
81 Rindu Masakan dan Kebahagiaan Keluarga
82 Kisah Cinta Laila dan Gobed - Di Antara Cinta dan Keluarga
83 Ciuman Terlarang di Perpustakaan
84 Ciuman di Alun-Alun
85 Kebangkitan Cinta
86 Petualangan di Pagi Hari
87 Sore Semakin Syahdu
88 Laila Menatapnya Penuh Minat
89 Ujian Cinta
90 Manja dalam Cinta
91 Laila dan Bahasa "Lu Gue"
92 Gobed Kebelet
93 Tepokan Gemas di Bokong Laila
94 Kembali ke Realitas
95 Video Jahil yang Menggemparkan
96 Cemburu Membara
97 Kecelakaan Pintu yang Bikin Malu
98 Gobed Mengajak Cipokan Laila
99 Godaan Nakal di Telinga Laila
100 Kenangan Manis
101 Percakapan Konyol di Malam Minggu
102 Bisik-Bisik di Sekolah
103 Malam yang Menegangkan
104 Pertengkaran Kecil di Pinggir Jalan
105 Kejutan Manis di Malam Hari
106 Serunya Main Sepeda Bersama
107 Pesona Leher Laila yang Menggoda
108 Malam yang Tak Terduga
109 Kejutan di Balik Harapan
110 Bab 110: Kejutan di Tengah Jalan
111 Bab 111: Petualangan Tak Terduga
112 Bab 112: Rencana Kecil yang Membesar
113 Bab 113: Ketegangan yang Tak Terduga
114 Bab 114: Berpikir di Antara Rasa
115 Bab 115: Sebuah Langkah Lebih Dekat
116 Bab 116: Keraguan dan Harapan Baru
117 Bab 117: Kejutan Tak Terduga
118 Bab 118: Keberanian Gobed
119 Bab 119: Hari Pertama Sebagai Pasangan
120 Bab 120: Rencana Penuh Kejutan
121 Bab 121: Pertemuan yang Tak Terduga
122 Bab 122: Pertemuan yang Membawa Kenangan
123 Bab 123: Janji di Tengah Malam
124 Bab 124: Ini Adalah Salah Satu Hari Terindah Dalam Hidupku
125 Bab 125: Percakapan dalam Diam
126 Bab 126: Harapan dan Tantangan di Depan Mata
127 Bab 127: Menghadapi Perubahan dan Rencana Besar
128 Bab 128: Lezatnya Dunia Ini
129 Bab 129: Langkah Baru Menuju Impian
130 Bab 130: Meraih Asa Baru
131 Bab 131: Dalang di Balik Badai
132 Bab 132: Carl Johnson dan Shotgun Misterius
133 Bab 133: Carl Johnson dan Aksi Kejar-kejaran di Jalanan
134 Bab 134: Carl Johnson, Buronan Impossible
135 Bab 135: Aksi Carl Johnson yang Tak Terhentikan
136 Bab 136: Penerbangan Terakhir
137 Bab 137: Persahabatan di Kalimantan
138 Bab 138: Uang Hasil Rampasan yang Memikat
139 Bab 139: Sifat Yang Sulit Hilang
140 Bab 140: Tertarik Mandau
141 Bab 141: Carl Johnson Melatih Mandau nya Lagi Agar Bisa Disuruh
142 Bab 142: Kejaran yang Tak Pernah Berakhir
143 Bab 143: Polisi Jengkel!
144 Bab 144: Carl Johnson dan Pijatan Tak Terduga
145 Bab 145: Carl Johnson Menjadi Rambo
146 Bab 146: Taktik Brutal Carl Johnson
147 Bab 147: Kejutan Kedua
148 Bab 148: "Kejar-Kejaran Lautan"
149 Bab 149: "Menembus Batas Lautan"
150 Bab 150: "Sang Arsenal Hidup"
151 Bab 151: "Tantangan Terbesar Carl Johnson"
152 Bab 152: "Pelarian Malam Carl Johnson"
153 Bab 153: "Dendam Manis Carl Johnson"
154 Bab 154: "Amarah Kepala Kapolres"
155 Bab 155: "Carl Johnson dan Aksi Nekatnya di Markas Militer"
156 Bab 156: Kekacauan di SMK
157 Bab 157: "Petualangan Tak Terduga di Rumah Kosong"
158 Bab 158: Polwan-Polwan Dalam Ketegangan
159 Bab 159: Kisruh di Asrama Putri
160 Bab 160: Mencari Jati Diri
161 Bab 161: Carl Johnson yang Tak Terhentikan
162 Bab 162: Tak Terhentikan
163 Bab 163: Uang yang Hilang Secara Misterius
164 Bab 164: Carl Johnson Menghadapi Pengepungan
165 Bab 165: Kejaran Tanpa Harapan
166 Bab 166: Ketertarikan di Tengah Toko Roti
167 Bab 167: Tersekat dalam Oven
168 Bab 168: Gadis Berpaha Putih Mulus Dan Seksi Membuat Carl Johnson Tak Tahan
169 Bab 169: "Murka Sang Bapak"
170 Bab 170: "Mengejar Kebebasan"
171 Bab 171: Deru Adrenalin
172 Bab 172: "Rampok ATM Mandiri"
173 Bab 173: "Perang Besar di Tengah Kota"
174 Bab 174: Gadis Di Ranjang
Episodes

Updated 174 Episodes

1
Kehidupan di Ujung Gang Serta Kisah Jengkok dan Keluarga
2
Gobed Berangkat Ke Sekolahnya
3
Di Tertawakan Teman-Teman
4
Bau Mulut Yang Menyengat
5
Pocongan Berada Di Dapur Yang Kumuh
6
Perlindungan Ketat
7
Curhatan Dan Ketegangan Bu Guru
8
Rezeki Tak Terduga
9
Pagi Nomplok Dan Pocongan Usil
10
Keceriaan Si Pengepul Dan Gobed
11
Hari Yang Indah
12
Mimpi Tai Dan Rejeki Nomplok
13
Minggu Happy
14
Permulaan Yang Bagus
15
Makin Laris Deh
16
Momen Seru
17
Si Udin Pembawa Berkah
18
Kedatangan Pak Lurah
19
Gengsi Bu Lurah Selangit
20
Pencapaian Luar Biasa Dan Renovasi
21
Alarm Jadul
22
Beli HP Android Baru
23
Bapak Ibu Ku Bingung Dengan Android
24
Jengkok Dan Slumbat Semakin Bisa Memakai HP Android
25
Makin Mahir
26
Melejit Drastis
27
Sujud Syukur Yang Mengharukan Dan Si Preman Udin
28
Si Udin Yang Membara
29
Selamat Tinggal Sekolah Dasar
30
Kabar Warung Pak Jengkok Menyebar Luas
31
Kedatangan Pak Bupati
32
Beli Mobil Fortuner
33
Media Sosial Menembus Surga Dunia
34
Proyek Besar
35
Moment Haru Bersama Pemulung Tua
36
Inspirasi Pak Mamat
37
Pondasi Awal Restoran
38
Hampir Selesai Restorannya
39
Interior Megah
40
Eh Pada Melongo
41
Grand Opening
42
Meledak !!
43
Kehadiran Presiden
44
Boss Sultan
45
Liburan Dulu Guys
46
Gobed Makin Gedhe Dan Pandangan Pertama
47
Cinta Pertama Gobed
48
Fortuner Is The Best
49
Tembak Dooor Hehehe
50
Mengajak Ke Restorannya
51
Malu Ah
52
Lulus Dan Naik Kelas Diselimuti Cemburu Hebat
53
Makin Lengket
54
Polosnya Si Gobed
55
Cengingiran
56
Ke Bukit Sodom Dan Hangatnya Tubuh Laila
57
Pagi Bahagia
58
Perkembangan Restoran
59
Dari Fortuner Ke Pajero 2024
60
Keluarga Laila Terkejut
61
Introgasi Malam Ayah Laila: Cinta vs Janji
62
Malam yang Tidak Tenang
63
Pagi yang Ceria dan Selipan Humor
64
Pipi yang Digosok Cemburu
65
Kembali Ke Rumah dan Video Call Penuh Hasrat
66
Kesempatan Emas Di Akhir Pekan
67
Beraksi
68
Makin Tegang
69
Malam Tak Terlupakan
70
Kebangkitan Pagi di Bawah Satu Selimut
71
Pertandingan Nafas Basi Dan Kepanikan Mereka Atas Kecerobohan Gobed
72
Pagi yang Panik: Petualangan Penuh Tawa dan Ketegangan
73
Pamit dengan Ciuman dan Canda - Menyambut Pulang
74
Pengakuan dan Ketegangan & Kisah Cinta dan Keluarga
75
Nanas dan Sprite - Percobaan Unik Menghadapi Kekhawatiran
76
Spaghetti, Canda, dan Kenangan Panik - Sebuah Malam Bersama
77
Perang Nafas di Pagi Hari - Romantis, Tapi Bau!
78
Cinta di Sekolah Baru - Gobed dan Laila Satu Sekolah Lagi
79
Malam Penuh Kejutan - Dari Game Board hingga Makanan Tak Terduga
80
Cinta di Tengah Cemburu dan Tawa
81
Rindu Masakan dan Kebahagiaan Keluarga
82
Kisah Cinta Laila dan Gobed - Di Antara Cinta dan Keluarga
83
Ciuman Terlarang di Perpustakaan
84
Ciuman di Alun-Alun
85
Kebangkitan Cinta
86
Petualangan di Pagi Hari
87
Sore Semakin Syahdu
88
Laila Menatapnya Penuh Minat
89
Ujian Cinta
90
Manja dalam Cinta
91
Laila dan Bahasa "Lu Gue"
92
Gobed Kebelet
93
Tepokan Gemas di Bokong Laila
94
Kembali ke Realitas
95
Video Jahil yang Menggemparkan
96
Cemburu Membara
97
Kecelakaan Pintu yang Bikin Malu
98
Gobed Mengajak Cipokan Laila
99
Godaan Nakal di Telinga Laila
100
Kenangan Manis
101
Percakapan Konyol di Malam Minggu
102
Bisik-Bisik di Sekolah
103
Malam yang Menegangkan
104
Pertengkaran Kecil di Pinggir Jalan
105
Kejutan Manis di Malam Hari
106
Serunya Main Sepeda Bersama
107
Pesona Leher Laila yang Menggoda
108
Malam yang Tak Terduga
109
Kejutan di Balik Harapan
110
Bab 110: Kejutan di Tengah Jalan
111
Bab 111: Petualangan Tak Terduga
112
Bab 112: Rencana Kecil yang Membesar
113
Bab 113: Ketegangan yang Tak Terduga
114
Bab 114: Berpikir di Antara Rasa
115
Bab 115: Sebuah Langkah Lebih Dekat
116
Bab 116: Keraguan dan Harapan Baru
117
Bab 117: Kejutan Tak Terduga
118
Bab 118: Keberanian Gobed
119
Bab 119: Hari Pertama Sebagai Pasangan
120
Bab 120: Rencana Penuh Kejutan
121
Bab 121: Pertemuan yang Tak Terduga
122
Bab 122: Pertemuan yang Membawa Kenangan
123
Bab 123: Janji di Tengah Malam
124
Bab 124: Ini Adalah Salah Satu Hari Terindah Dalam Hidupku
125
Bab 125: Percakapan dalam Diam
126
Bab 126: Harapan dan Tantangan di Depan Mata
127
Bab 127: Menghadapi Perubahan dan Rencana Besar
128
Bab 128: Lezatnya Dunia Ini
129
Bab 129: Langkah Baru Menuju Impian
130
Bab 130: Meraih Asa Baru
131
Bab 131: Dalang di Balik Badai
132
Bab 132: Carl Johnson dan Shotgun Misterius
133
Bab 133: Carl Johnson dan Aksi Kejar-kejaran di Jalanan
134
Bab 134: Carl Johnson, Buronan Impossible
135
Bab 135: Aksi Carl Johnson yang Tak Terhentikan
136
Bab 136: Penerbangan Terakhir
137
Bab 137: Persahabatan di Kalimantan
138
Bab 138: Uang Hasil Rampasan yang Memikat
139
Bab 139: Sifat Yang Sulit Hilang
140
Bab 140: Tertarik Mandau
141
Bab 141: Carl Johnson Melatih Mandau nya Lagi Agar Bisa Disuruh
142
Bab 142: Kejaran yang Tak Pernah Berakhir
143
Bab 143: Polisi Jengkel!
144
Bab 144: Carl Johnson dan Pijatan Tak Terduga
145
Bab 145: Carl Johnson Menjadi Rambo
146
Bab 146: Taktik Brutal Carl Johnson
147
Bab 147: Kejutan Kedua
148
Bab 148: "Kejar-Kejaran Lautan"
149
Bab 149: "Menembus Batas Lautan"
150
Bab 150: "Sang Arsenal Hidup"
151
Bab 151: "Tantangan Terbesar Carl Johnson"
152
Bab 152: "Pelarian Malam Carl Johnson"
153
Bab 153: "Dendam Manis Carl Johnson"
154
Bab 154: "Amarah Kepala Kapolres"
155
Bab 155: "Carl Johnson dan Aksi Nekatnya di Markas Militer"
156
Bab 156: Kekacauan di SMK
157
Bab 157: "Petualangan Tak Terduga di Rumah Kosong"
158
Bab 158: Polwan-Polwan Dalam Ketegangan
159
Bab 159: Kisruh di Asrama Putri
160
Bab 160: Mencari Jati Diri
161
Bab 161: Carl Johnson yang Tak Terhentikan
162
Bab 162: Tak Terhentikan
163
Bab 163: Uang yang Hilang Secara Misterius
164
Bab 164: Carl Johnson Menghadapi Pengepungan
165
Bab 165: Kejaran Tanpa Harapan
166
Bab 166: Ketertarikan di Tengah Toko Roti
167
Bab 167: Tersekat dalam Oven
168
Bab 168: Gadis Berpaha Putih Mulus Dan Seksi Membuat Carl Johnson Tak Tahan
169
Bab 169: "Murka Sang Bapak"
170
Bab 170: "Mengejar Kebebasan"
171
Bab 171: Deru Adrenalin
172
Bab 172: "Rampok ATM Mandiri"
173
Bab 173: "Perang Besar di Tengah Kota"
174
Bab 174: Gadis Di Ranjang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!