Permulaan Yang Bagus

Hari Senin pagi dimulai dengan penuh kesibukan di rumah Jengkok. Gobed bersiap untuk pergi ke sekolah dengan semangat baru setelah akhir pekan yang penuh kejutan. Sepatu barunya yang mengkilap membuatnya merasa seperti anak terhebat di sekolah.

Sementara itu, Jengkok dan Slumbat menghabiskan waktu pagi mereka di teras, menyiapkan warung jajan yang baru mereka buka. Mereka sudah membahas berbagai rencana dan strategi untuk memaksimalkan potensi warung mereka. Slumbat, dengan cekatan, menata berbagai jajanan di meja, sementara Jengkok menyusun minuman dan memastikan segala sesuatunya siap untuk pembeli.

Belum lama mereka mulai, terdengar suara ramai dari luar. Jengkok melongok dari teras dan melihat beberapa tetangga sudah berdatangan. "Wah, sepertinya ramai hari ini!" katanya kepada Slumbat dengan penuh semangat.

Slumbat mengangguk, "Iya, Pak. Sepertinya berita tentang warung kita sudah menyebar. Mari kita siapkan semuanya dengan baik."

Saat pelanggan pertama tiba, seorang tetangga bernama Pak Ahmad, dia langsung bertanya dengan antusias, "Jengkok, Slumbat, ini benar-benar warung jajan teras? Ada apa saja di sini?"

Jengkok menjawab dengan senyum lebar, "Ada banyak, Pak Ahmad! Keripik, bakwan, pisang goreng, dan minuman segar. Semuanya baru dan enak!"

Pak Ahmad memutuskan untuk mencoba beberapa jenis jajanan. Setelah mencicipi beberapa jenis, dia berkomentar sambil tertawa, "Wah, kalau ini rasanya enak, nanti saya bawa teman-teman datang ke sini juga!"

Sementara itu, beberapa anak-anak dari lingkungan sekitar juga mulai berdatangan, penasaran dengan jajanan yang ditawarkan. Di antara mereka, ada si kecil Dika yang berlari dengan semangat. "Pak Jengkok, Bu Slumbat, ada apa aja di sini? Aku mau coba semuanya!"

Slumbat tertawa, "Kalau begitu, Dika, coba semua dan beri tahu kami yang mana yang paling kamu suka. Kita juga ada promo spesial: beli satu, dapat satu gratis jika kamu bisa membuat kami tertawa."

Dika langsung terkejut dan mulai melakukan berbagai trik lucu, mulai dari menari sambil berteriak dengan nada tinggi hingga melakukan mimik wajah yang konyol. Setiap kali dia membuat Jengkok dan Slumbat tertawa, mereka memberinya jajanan tambahan. "Hahaha, Dika, kamu benar-benar lucu! Terima kasih sudah membuat hari kami lebih ceria!"

Sebagian besar pelanggan menikmati jajanan sambil bercanda dan berkelakar. Bahkan, Bu Siti, yang sebelumnya juga pernah mampir, datang lagi untuk membeli lebih banyak. "Wah, ini rasanya lebih enak dari kemarin! Kalau begini, warung kalian pasti akan ramai terus!"

Saat waktu berlalu, suasana warung semakin meriah. Pelanggan datang silih berganti, dan Jengkok serta Slumbat sibuk melayani mereka dengan penuh semangat. Mereka bahkan mulai menciptakan kebiasaan baru di warung: "Jajanan Senin Ceria," di mana mereka memberikan diskon khusus bagi pelanggan yang datang dengan semangat ceria.

Ketika waktu istirahat tiba, Gobed pulang dari sekolah dan melihat keramaian di warung teras. "Wow, warung kita ramai sekali!" serunya dengan penuh semangat saat melihat suasana yang hidup dan meriah.

Jengkok menyambut Gobed dengan senyum lebar. "Iya, Gobed! Hari ini sangat sukses. Kami sudah mendapatkan banyak pelanggan dan semua orang tampak senang."

Slumbat menambahkan sambil mengelap keringat dari dahinya, "Ini semua berkat semangat dari kalian semua. Sekarang kita sudah bisa mulai berpikir untuk mengembangkan menu dan mungkin menambahkan beberapa item baru."

Ketika sore tiba, Jengkok dan Slumbat duduk bersama di teras sambil menikmati istirahat singkat. Mereka merasa puas dan bahagia dengan pencapaian hari itu. Mereka melihat anak-anak dan tetangga yang senang menikmati jajanan mereka dan merasa bangga dengan apa yang telah mereka capai.

Jengkok berkomentar dengan nada penuh syukur, "Hari ini benar-benar luar biasa, Mah. Rasanya seperti semua kerja keras kita terbayar dengan senyum pelanggan."

Slumbat mengangguk sambil tersenyum, "Iya, Pak. Kita harus terus berusaha dan memberikan yang terbaik. Terima kasih atas semua dukunganmu. Rasanya, kita sudah membuat langkah yang tepat."

Sore itu, mereka merayakan kesuksesan kecil mereka dengan duduk bersama dan menikmati makanan sederhana yang tersisa. Tawa dan kegembiraan mengisi teras rumah mereka, membuat hari itu menjadi salah satu hari terbaik mereka. Mereka tahu bahwa dengan semangat dan kerja keras, mereka bisa mencapai banyak hal, bahkan dari warung jajan kecil di teras rumah mereka.

Malam itu, suasana di rumah Jengkok terasa hangat dan ceria. Setelah hari yang penuh kesibukan di warung jajan teras, Jengkok dan Slumbat duduk bersama di meja makan, menyiapkan laporan penjualan mereka untuk hari itu. Gobed, yang baru selesai belajar, juga ikut membantu menghitung dan mencatat.

Slumbat membuka buku catatan dan mulai mencatat angka-angka yang sudah mereka kumpulkan. "Mari kita hitung total pendapatan hari ini," katanya sambil memeriksa nota penjualan.

Jengkok mulai menjumlahkan semua pemasukan. "Oke, kita mulai dari penjualan keripik, totalnya 300.000," katanya sambil menulis angka tersebut di kertas.

"Bakwan, 150.000," tambah Slumbat.

"Minuman segar, 200.000," lanjut Jengkok.

Slumbat menghitung total pendapatan. "Jadi, total pendapatan hari ini adalah 650.000."

Mereka kemudian mengurangi total biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan dan kebutuhan operasional warung. "Biaya bahan baku hari ini 200.000," kata Slumbat. "Dan biaya operasional lainnya seperti listrik dan sewa teras 100.000."

Jengkok menjumlahkan semua pengeluaran. "Total pengeluaran adalah 300.000."

Dengan perhitungan itu, mereka mendapatkan penghasilan bersih. "Jadi, penghasilan bersih kita hari ini adalah 650.000 dikurangi 300.000, yaitu 350.000," kata Jengkok sambil menghitung.

Slumbat tersenyum lebar. "Wow, kita dapat keuntungan bersih 350.000! Ini luar biasa untuk hari pertama."

Jengkok menatap Slumbat dengan penuh semangat. "Tapi tunggu dulu, Mah. Jangan terlalu senang dulu. Masih ada biaya lain yang mungkin kita lupakan, seperti perawatan teras dan beberapa keperluan kecil. Kita simpan sekitar 100.000 sebagai cadangan."

Slumbat mengangguk setuju. "Baiklah, jadi total bersih kita setelah menyisihkan cadangan adalah 250.000."

Mereka merasa sangat puas dan lega dengan hasil tersebut. "Kita lakukan semua ini bersama, dan hasilnya memuaskan," kata Slumbat sambil tersenyum.

Jengkok tertawa bahagia dan mengangkat cangkir teh mereka. "Kalau begini terus, kita nggak perlu lagi memulung kepanasan, ya, Mah. Apalagi jumpa dengan pocongan usil itu. Semoga warung kita terus ramai dan makin sukses."

Mereka tertawa bersama mengingat kembali petualangan mereka dengan pocongan. "Ya, semoga saja pocongan itu tidak datang lagi," kata Slumbat sambil menggoda Jengkok. "Kalau dia datang lagi, kita kasih dia satu porsi bakwan gratis supaya dia pergi."

Gobek yang ikut mendengarkan komentar itu langsung menambahkan, "Iya, Pak! Pokoknya kalau ada pocongan datang, kita beri dia keripik banyak supaya dia nggak kembali lagi. Pasti dia suka!"

Keluarga itu tertawa terbahak-bahak. Suasana malam itu terasa sangat ceria dengan kehangatan kebersamaan mereka. Mereka berbisik-bisik tentang rencana untuk hari-hari mendatang dan bagaimana cara meningkatkan penjualan. Jengkok bahkan membayangkan berbagai ide kreatif untuk menarik lebih banyak pelanggan, seperti membuat promosi spesial atau menambah menu baru.

Dengan penuh harapan dan semangat, mereka memutuskan untuk menikmati malam dengan makan malam sederhana sambil merencanakan langkah-langkah selanjutnya. Kebahagiaan dan rasa syukur mengisi malam mereka, membuat mereka semakin yakin bahwa mereka berada di jalur yang benar. Dan yang terpenting, mereka bisa melanjutkan hari-hari mereka tanpa harus khawatir bertemu pocongan yang usil, sambil terus membangun masa depan yang lebih baik.

Malam semakin larut, dan di rumah Jengkok, suasana telah menjadi tenang setelah hari yang sibuk. Dengan penuh rasa puas dan kebanggaan, keluarga Jengkok bersiap untuk tidur.

Di kamar tidur, Jengkok, Slumbat, dan Gobed berkumpul sebelum tidur. Mereka duduk di tempat tidur yang sederhana namun nyaman, saling bertukar cerita tentang hari itu.

Slumbat memeluk Gobed yang baru saja selesai merapikan buku-bukunya untuk besok. “Gobed, bagaimana rasanya punya warung di depan rumah?” tanyanya sambil tersenyum.

Gobed tertawa, “Rasanya kayak mimpi jadi kenyataan! Aku suka banget jualan keripik dan bakwan. Walaupun kaki aku capek berdiri sepanjang hari.”

Jengkok menambahkan sambil bercanda, “Kalau begitu, nanti kita akan buka cabang di bulan, biar Gobed bisa jualan tanpa khawatir kaki pegal!”

Slumbat menatap Jengkok dengan penasaran, “Oh ya? Dan bagaimana dengan pelanggan dari luar angkasa? Kita harus siap dengan menu spesial ‘Bakwan Astro’!”

Mereka semua tertawa terbahak-bahak. Gobed ikut bergurau, “Jangan-jangan pocongan kemarin juga penggemar bakwan! Dia pasti datang lagi kalau tahu ada menu spesial.”

Jengkok memeluk Slumbat dan Gobed dengan penuh kasih sayang. “Kalau pocongan datang lagi, kita akan tawarkan diskon khusus untuk dia. Lagipula, kami butuh pelanggan setia.”

Slumbat berpikir sejenak dan berkomentar, “Atau kita bisa berikan dia topi gratis. Siapa tahu topi itu bikin dia lebih nyaman dan betah di sini!”

Gobek membayangkan pocongan mengenakan topi berwarna cerah dan langsung tertawa. “Bayangkan pocongan dengan topi berwarna cerah dan kacamata hitam. Pasti lucu banget!”

Setelah tawa mereda, Slumbat menggenggam tangan Jengkok dan Gobed. “Aku sangat bersyukur kita bisa melalui semua ini bersama. Hari ini benar-benar istimewa, dan aku yakin masa depan kita akan lebih cerah.”

Jengkok mengangguk sambil menambahkan, “Ya, dengan kerja keras dan kebersamaan, kita bisa melewati segala tantangan. Dan malam ini, kita akan tidur dengan tenang, menikmati hasil usaha kita.”

Mereka semua saling berpelukan dan mematikan lampu. “Selamat malam, semuanya,” kata Jengkok sambil menarik selimut.

Saat mereka mulai memejamkan mata, Gobed tiba-tiba bertanya dengan penasaran, “Ayah, Bu, apa kita bisa punya hewan peliharaan?”

Slumbat tertawa lembut, “Hewan peliharaan? Kalau pocongan mau jadi peliharaan, mungkin kita bisa coba. Tapi, aku lebih suka kucing atau anjing!”

Jengkok menimpali, “Asal jangan hewan yang bisa berteman dengan pocongan. Kita belum siap dengan kerumunan pocongan!”

Mereka semua tertawa lagi, merasakan hangatnya kebersamaan. Malam itu, dengan hati penuh rasa syukur dan harapan, keluarga Jengkok tidur nyenyak. Rumah mereka dipenuhi dengan tawa dan canda, dan mimpi indah tentang masa depan yang lebih baik.

Di luar, bulan bersinar lembut, memberikan cahaya yang tenang di malam yang damai. Dan di dalam rumah, mereka tertidur dengan nyaman, siap menghadapi hari-hari yang akan datang dengan semangat dan optimisme baru.

Episodes
1 Kehidupan di Ujung Gang Serta Kisah Jengkok dan Keluarga
2 Gobed Berangkat Ke Sekolahnya
3 Di Tertawakan Teman-Teman
4 Bau Mulut Yang Menyengat
5 Pocongan Berada Di Dapur Yang Kumuh
6 Perlindungan Ketat
7 Curhatan Dan Ketegangan Bu Guru
8 Rezeki Tak Terduga
9 Pagi Nomplok Dan Pocongan Usil
10 Keceriaan Si Pengepul Dan Gobed
11 Hari Yang Indah
12 Mimpi Tai Dan Rejeki Nomplok
13 Minggu Happy
14 Permulaan Yang Bagus
15 Makin Laris Deh
16 Momen Seru
17 Si Udin Pembawa Berkah
18 Kedatangan Pak Lurah
19 Gengsi Bu Lurah Selangit
20 Pencapaian Luar Biasa Dan Renovasi
21 Alarm Jadul
22 Beli HP Android Baru
23 Bapak Ibu Ku Bingung Dengan Android
24 Jengkok Dan Slumbat Semakin Bisa Memakai HP Android
25 Makin Mahir
26 Melejit Drastis
27 Sujud Syukur Yang Mengharukan Dan Si Preman Udin
28 Si Udin Yang Membara
29 Selamat Tinggal Sekolah Dasar
30 Kabar Warung Pak Jengkok Menyebar Luas
31 Kedatangan Pak Bupati
32 Beli Mobil Fortuner
33 Media Sosial Menembus Surga Dunia
34 Proyek Besar
35 Moment Haru Bersama Pemulung Tua
36 Inspirasi Pak Mamat
37 Pondasi Awal Restoran
38 Hampir Selesai Restorannya
39 Interior Megah
40 Eh Pada Melongo
41 Grand Opening
42 Meledak !!
43 Kehadiran Presiden
44 Boss Sultan
45 Liburan Dulu Guys
46 Gobed Makin Gedhe Dan Pandangan Pertama
47 Cinta Pertama Gobed
48 Fortuner Is The Best
49 Tembak Dooor Hehehe
50 Mengajak Ke Restorannya
51 Malu Ah
52 Lulus Dan Naik Kelas Diselimuti Cemburu Hebat
53 Makin Lengket
54 Polosnya Si Gobed
55 Cengingiran
56 Ke Bukit Sodom Dan Hangatnya Tubuh Laila
57 Pagi Bahagia
58 Perkembangan Restoran
59 Dari Fortuner Ke Pajero 2024
60 Keluarga Laila Terkejut
61 Introgasi Malam Ayah Laila: Cinta vs Janji
62 Malam yang Tidak Tenang
63 Pagi yang Ceria dan Selipan Humor
64 Pipi yang Digosok Cemburu
65 Kembali Ke Rumah dan Video Call Penuh Hasrat
66 Kesempatan Emas Di Akhir Pekan
67 Beraksi
68 Makin Tegang
69 Malam Tak Terlupakan
70 Kebangkitan Pagi di Bawah Satu Selimut
71 Pertandingan Nafas Basi Dan Kepanikan Mereka Atas Kecerobohan Gobed
72 Pagi yang Panik: Petualangan Penuh Tawa dan Ketegangan
73 Pamit dengan Ciuman dan Canda - Menyambut Pulang
74 Pengakuan dan Ketegangan & Kisah Cinta dan Keluarga
75 Nanas dan Sprite - Percobaan Unik Menghadapi Kekhawatiran
76 Spaghetti, Canda, dan Kenangan Panik - Sebuah Malam Bersama
77 Perang Nafas di Pagi Hari - Romantis, Tapi Bau!
78 Cinta di Sekolah Baru - Gobed dan Laila Satu Sekolah Lagi
79 Malam Penuh Kejutan - Dari Game Board hingga Makanan Tak Terduga
80 Cinta di Tengah Cemburu dan Tawa
81 Rindu Masakan dan Kebahagiaan Keluarga
82 Kisah Cinta Laila dan Gobed - Di Antara Cinta dan Keluarga
83 Ciuman Terlarang di Perpustakaan
84 Ciuman di Alun-Alun
85 Kebangkitan Cinta
86 Petualangan di Pagi Hari
87 Sore Semakin Syahdu
88 Laila Menatapnya Penuh Minat
89 Ujian Cinta
90 Manja dalam Cinta
91 Laila dan Bahasa "Lu Gue"
92 Gobed Kebelet
93 Tepokan Gemas di Bokong Laila
94 Kembali ke Realitas
95 Video Jahil yang Menggemparkan
96 Cemburu Membara
97 Kecelakaan Pintu yang Bikin Malu
98 Gobed Mengajak Cipokan Laila
99 Godaan Nakal di Telinga Laila
100 Kenangan Manis
101 Percakapan Konyol di Malam Minggu
102 Bisik-Bisik di Sekolah
103 Malam yang Menegangkan
104 Pertengkaran Kecil di Pinggir Jalan
105 Kejutan Manis di Malam Hari
106 Serunya Main Sepeda Bersama
107 Pesona Leher Laila yang Menggoda
108 Malam yang Tak Terduga
109 Kejutan di Balik Harapan
110 Bab 110: Kejutan di Tengah Jalan
111 Bab 111: Petualangan Tak Terduga
112 Bab 112: Rencana Kecil yang Membesar
113 Bab 113: Ketegangan yang Tak Terduga
114 Bab 114: Berpikir di Antara Rasa
115 Bab 115: Sebuah Langkah Lebih Dekat
116 Bab 116: Keraguan dan Harapan Baru
117 Bab 117: Kejutan Tak Terduga
118 Bab 118: Keberanian Gobed
119 Bab 119: Hari Pertama Sebagai Pasangan
120 Bab 120: Rencana Penuh Kejutan
121 Bab 121: Pertemuan yang Tak Terduga
122 Bab 122: Pertemuan yang Membawa Kenangan
123 Bab 123: Janji di Tengah Malam
124 Bab 124: Ini Adalah Salah Satu Hari Terindah Dalam Hidupku
125 Bab 125: Percakapan dalam Diam
126 Bab 126: Harapan dan Tantangan di Depan Mata
127 Bab 127: Menghadapi Perubahan dan Rencana Besar
128 Bab 128: Lezatnya Dunia Ini
129 Bab 129: Langkah Baru Menuju Impian
130 Bab 130: Meraih Asa Baru
131 Bab 131: Dalang di Balik Badai
132 Bab 132: Carl Johnson dan Shotgun Misterius
133 Bab 133: Carl Johnson dan Aksi Kejar-kejaran di Jalanan
134 Bab 134: Carl Johnson, Buronan Impossible
135 Bab 135: Aksi Carl Johnson yang Tak Terhentikan
136 Bab 136: Penerbangan Terakhir
137 Bab 137: Persahabatan di Kalimantan
138 Bab 138: Uang Hasil Rampasan yang Memikat
139 Bab 139: Sifat Yang Sulit Hilang
140 Bab 140: Tertarik Mandau
141 Bab 141: Carl Johnson Melatih Mandau nya Lagi Agar Bisa Disuruh
142 Bab 142: Kejaran yang Tak Pernah Berakhir
143 Bab 143: Polisi Jengkel!
144 Bab 144: Carl Johnson dan Pijatan Tak Terduga
145 Bab 145: Carl Johnson Menjadi Rambo
146 Bab 146: Taktik Brutal Carl Johnson
147 Bab 147: Kejutan Kedua
148 Bab 148: "Kejar-Kejaran Lautan"
149 Bab 149: "Menembus Batas Lautan"
150 Bab 150: "Sang Arsenal Hidup"
151 Bab 151: "Tantangan Terbesar Carl Johnson"
152 Bab 152: "Pelarian Malam Carl Johnson"
153 Bab 153: "Dendam Manis Carl Johnson"
154 Bab 154: "Amarah Kepala Kapolres"
155 Bab 155: "Carl Johnson dan Aksi Nekatnya di Markas Militer"
156 Bab 156: Kekacauan di SMK
157 Bab 157: "Petualangan Tak Terduga di Rumah Kosong"
158 Bab 158: Polwan-Polwan Dalam Ketegangan
159 Bab 159: Kisruh di Asrama Putri
160 Bab 160: Mencari Jati Diri
161 Bab 161: Carl Johnson yang Tak Terhentikan
162 Bab 162: Tak Terhentikan
163 Bab 163: Uang yang Hilang Secara Misterius
164 Bab 164: Carl Johnson Menghadapi Pengepungan
165 Bab 165: Kejaran Tanpa Harapan
166 Bab 166: Ketertarikan di Tengah Toko Roti
167 Bab 167: Tersekat dalam Oven
168 Bab 168: Gadis Berpaha Putih Mulus Dan Seksi Membuat Carl Johnson Tak Tahan
169 Bab 169: "Murka Sang Bapak"
170 Bab 170: "Mengejar Kebebasan"
171 Bab 171: Deru Adrenalin
172 Bab 172: "Rampok ATM Mandiri"
173 Bab 173: "Perang Besar di Tengah Kota"
174 Bab 174: Gadis Di Ranjang
Episodes

Updated 174 Episodes

1
Kehidupan di Ujung Gang Serta Kisah Jengkok dan Keluarga
2
Gobed Berangkat Ke Sekolahnya
3
Di Tertawakan Teman-Teman
4
Bau Mulut Yang Menyengat
5
Pocongan Berada Di Dapur Yang Kumuh
6
Perlindungan Ketat
7
Curhatan Dan Ketegangan Bu Guru
8
Rezeki Tak Terduga
9
Pagi Nomplok Dan Pocongan Usil
10
Keceriaan Si Pengepul Dan Gobed
11
Hari Yang Indah
12
Mimpi Tai Dan Rejeki Nomplok
13
Minggu Happy
14
Permulaan Yang Bagus
15
Makin Laris Deh
16
Momen Seru
17
Si Udin Pembawa Berkah
18
Kedatangan Pak Lurah
19
Gengsi Bu Lurah Selangit
20
Pencapaian Luar Biasa Dan Renovasi
21
Alarm Jadul
22
Beli HP Android Baru
23
Bapak Ibu Ku Bingung Dengan Android
24
Jengkok Dan Slumbat Semakin Bisa Memakai HP Android
25
Makin Mahir
26
Melejit Drastis
27
Sujud Syukur Yang Mengharukan Dan Si Preman Udin
28
Si Udin Yang Membara
29
Selamat Tinggal Sekolah Dasar
30
Kabar Warung Pak Jengkok Menyebar Luas
31
Kedatangan Pak Bupati
32
Beli Mobil Fortuner
33
Media Sosial Menembus Surga Dunia
34
Proyek Besar
35
Moment Haru Bersama Pemulung Tua
36
Inspirasi Pak Mamat
37
Pondasi Awal Restoran
38
Hampir Selesai Restorannya
39
Interior Megah
40
Eh Pada Melongo
41
Grand Opening
42
Meledak !!
43
Kehadiran Presiden
44
Boss Sultan
45
Liburan Dulu Guys
46
Gobed Makin Gedhe Dan Pandangan Pertama
47
Cinta Pertama Gobed
48
Fortuner Is The Best
49
Tembak Dooor Hehehe
50
Mengajak Ke Restorannya
51
Malu Ah
52
Lulus Dan Naik Kelas Diselimuti Cemburu Hebat
53
Makin Lengket
54
Polosnya Si Gobed
55
Cengingiran
56
Ke Bukit Sodom Dan Hangatnya Tubuh Laila
57
Pagi Bahagia
58
Perkembangan Restoran
59
Dari Fortuner Ke Pajero 2024
60
Keluarga Laila Terkejut
61
Introgasi Malam Ayah Laila: Cinta vs Janji
62
Malam yang Tidak Tenang
63
Pagi yang Ceria dan Selipan Humor
64
Pipi yang Digosok Cemburu
65
Kembali Ke Rumah dan Video Call Penuh Hasrat
66
Kesempatan Emas Di Akhir Pekan
67
Beraksi
68
Makin Tegang
69
Malam Tak Terlupakan
70
Kebangkitan Pagi di Bawah Satu Selimut
71
Pertandingan Nafas Basi Dan Kepanikan Mereka Atas Kecerobohan Gobed
72
Pagi yang Panik: Petualangan Penuh Tawa dan Ketegangan
73
Pamit dengan Ciuman dan Canda - Menyambut Pulang
74
Pengakuan dan Ketegangan & Kisah Cinta dan Keluarga
75
Nanas dan Sprite - Percobaan Unik Menghadapi Kekhawatiran
76
Spaghetti, Canda, dan Kenangan Panik - Sebuah Malam Bersama
77
Perang Nafas di Pagi Hari - Romantis, Tapi Bau!
78
Cinta di Sekolah Baru - Gobed dan Laila Satu Sekolah Lagi
79
Malam Penuh Kejutan - Dari Game Board hingga Makanan Tak Terduga
80
Cinta di Tengah Cemburu dan Tawa
81
Rindu Masakan dan Kebahagiaan Keluarga
82
Kisah Cinta Laila dan Gobed - Di Antara Cinta dan Keluarga
83
Ciuman Terlarang di Perpustakaan
84
Ciuman di Alun-Alun
85
Kebangkitan Cinta
86
Petualangan di Pagi Hari
87
Sore Semakin Syahdu
88
Laila Menatapnya Penuh Minat
89
Ujian Cinta
90
Manja dalam Cinta
91
Laila dan Bahasa "Lu Gue"
92
Gobed Kebelet
93
Tepokan Gemas di Bokong Laila
94
Kembali ke Realitas
95
Video Jahil yang Menggemparkan
96
Cemburu Membara
97
Kecelakaan Pintu yang Bikin Malu
98
Gobed Mengajak Cipokan Laila
99
Godaan Nakal di Telinga Laila
100
Kenangan Manis
101
Percakapan Konyol di Malam Minggu
102
Bisik-Bisik di Sekolah
103
Malam yang Menegangkan
104
Pertengkaran Kecil di Pinggir Jalan
105
Kejutan Manis di Malam Hari
106
Serunya Main Sepeda Bersama
107
Pesona Leher Laila yang Menggoda
108
Malam yang Tak Terduga
109
Kejutan di Balik Harapan
110
Bab 110: Kejutan di Tengah Jalan
111
Bab 111: Petualangan Tak Terduga
112
Bab 112: Rencana Kecil yang Membesar
113
Bab 113: Ketegangan yang Tak Terduga
114
Bab 114: Berpikir di Antara Rasa
115
Bab 115: Sebuah Langkah Lebih Dekat
116
Bab 116: Keraguan dan Harapan Baru
117
Bab 117: Kejutan Tak Terduga
118
Bab 118: Keberanian Gobed
119
Bab 119: Hari Pertama Sebagai Pasangan
120
Bab 120: Rencana Penuh Kejutan
121
Bab 121: Pertemuan yang Tak Terduga
122
Bab 122: Pertemuan yang Membawa Kenangan
123
Bab 123: Janji di Tengah Malam
124
Bab 124: Ini Adalah Salah Satu Hari Terindah Dalam Hidupku
125
Bab 125: Percakapan dalam Diam
126
Bab 126: Harapan dan Tantangan di Depan Mata
127
Bab 127: Menghadapi Perubahan dan Rencana Besar
128
Bab 128: Lezatnya Dunia Ini
129
Bab 129: Langkah Baru Menuju Impian
130
Bab 130: Meraih Asa Baru
131
Bab 131: Dalang di Balik Badai
132
Bab 132: Carl Johnson dan Shotgun Misterius
133
Bab 133: Carl Johnson dan Aksi Kejar-kejaran di Jalanan
134
Bab 134: Carl Johnson, Buronan Impossible
135
Bab 135: Aksi Carl Johnson yang Tak Terhentikan
136
Bab 136: Penerbangan Terakhir
137
Bab 137: Persahabatan di Kalimantan
138
Bab 138: Uang Hasil Rampasan yang Memikat
139
Bab 139: Sifat Yang Sulit Hilang
140
Bab 140: Tertarik Mandau
141
Bab 141: Carl Johnson Melatih Mandau nya Lagi Agar Bisa Disuruh
142
Bab 142: Kejaran yang Tak Pernah Berakhir
143
Bab 143: Polisi Jengkel!
144
Bab 144: Carl Johnson dan Pijatan Tak Terduga
145
Bab 145: Carl Johnson Menjadi Rambo
146
Bab 146: Taktik Brutal Carl Johnson
147
Bab 147: Kejutan Kedua
148
Bab 148: "Kejar-Kejaran Lautan"
149
Bab 149: "Menembus Batas Lautan"
150
Bab 150: "Sang Arsenal Hidup"
151
Bab 151: "Tantangan Terbesar Carl Johnson"
152
Bab 152: "Pelarian Malam Carl Johnson"
153
Bab 153: "Dendam Manis Carl Johnson"
154
Bab 154: "Amarah Kepala Kapolres"
155
Bab 155: "Carl Johnson dan Aksi Nekatnya di Markas Militer"
156
Bab 156: Kekacauan di SMK
157
Bab 157: "Petualangan Tak Terduga di Rumah Kosong"
158
Bab 158: Polwan-Polwan Dalam Ketegangan
159
Bab 159: Kisruh di Asrama Putri
160
Bab 160: Mencari Jati Diri
161
Bab 161: Carl Johnson yang Tak Terhentikan
162
Bab 162: Tak Terhentikan
163
Bab 163: Uang yang Hilang Secara Misterius
164
Bab 164: Carl Johnson Menghadapi Pengepungan
165
Bab 165: Kejaran Tanpa Harapan
166
Bab 166: Ketertarikan di Tengah Toko Roti
167
Bab 167: Tersekat dalam Oven
168
Bab 168: Gadis Berpaha Putih Mulus Dan Seksi Membuat Carl Johnson Tak Tahan
169
Bab 169: "Murka Sang Bapak"
170
Bab 170: "Mengejar Kebebasan"
171
Bab 171: Deru Adrenalin
172
Bab 172: "Rampok ATM Mandiri"
173
Bab 173: "Perang Besar di Tengah Kota"
174
Bab 174: Gadis Di Ranjang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!