Gobed Berangkat Ke Sekolahnya

Setelah makan, Gobed yang kini duduk di bangku sekolah dasar masih kelas 3 bersemangat bergegas menuju kamar kecil mereka yang hanya memiliki satu kran air. Slumbat mengikuti langkahnya, sambil menyiapkan handuk dan sabun. Gobed mulai membuka baju, dan Slumbat menyoroti, “Jangan lupa bersihkan telinga, Nak. Biar nanti di sekolah teman-teman enggak penasaran kalau ada apa di dalamnya.”

Gobad tertawa kecil sambil memasukkan kepala ke dalam ember berisi air. “Jangan khawatir, Bu. Enggak ada harta karun di telingaku!”

Slumbat tersenyum, “Kalau begitu, pastikan airnya tidak membanjiri kamar mandi kita.”

Gobad mencuci badan dengan cepat, lalu bersih-bersih. Sesudah itu, dia memakai seragam sekolah yang sudah agak kusut namun masih layak pakai. Saat hendak memakai sepatu, dia menemukan sepatu satu pasang yang hampir putus talinya. “Bu, sepatu ini sudah hampir putus. Aku takut nanti di sekolah sepatu ini copot!”

Slumbat cepat-cepat memeriksa sepatu itu, dan melihat talinya sudah hampir putus. Dia mencari benang dan jarum, lalu dengan cepat memperbaiki sepatu Gobed sambil berkata, “Ini supaya sepatu ini enggak cuma jadi alas kaki, tapi juga bisa jadi senjata ampuh melawan kapur!”

Gobad tersenyum lebar. “Terima kasih, Bu. Aku akan hati-hati agar sepatu ini tidak terbang ke mana-mana.”

Setelah siap, Gobed mengambil bekal dari Slumbat, yang berupa beberapa potong roti yang dibungkus rapat. “Makasih, Bu. Kalau ada yang tanya roti ini rasanya apa, aku jawab ‘kaya sayang Ibu’,” ujarnya sambil melambai.

Slumbat menatapnya dengan penuh kasih, “Hati-hati di jalan, ya. Jangan sampai tertinggal.”

Jengkok juga memberi semangat, “Belajar yang rajin, Gobed. Kalau ada yang ngajarin ngitung, jangan cuma ngitung sampai sepuluh. Cobalah sampai seratus!”

Gobad melambai sambil berlari keluar rumah menuju jalan utama, melewati gang-gang sempit yang penuh dengan sampah dan hewan kecil. Di sepanjang jalan, dia berjumpa dengan tetangga yang sedang ngobrol di depan rumah mereka.

“Eh, Gobed! Mau kemana pagi-pagi begini?” tanya Pak RT.

Gobad menjawab dengan ceria, “Mau ke sekolah, Pak! Biar nanti bisa jadi orang pintar!”

Pak RT tertawa, “Hati-hati di jalan. Jangan sampai berlari terlalu cepat nanti sepatunya copot!”

Gobad tersenyum dan melanjutkan perjalanannya. Di jalan menuju sekolah, dia bertemu dengan teman-temannya yang juga menuju ke sekolah. Mereka berjalan bersama, bercanda dan tertawa.

“Gobed, ayo cepat! Nanti kita ketinggalan pelajaran!” seru teman sekelasnya, Dani.

“Kalau kita ketinggalan pelajaran, nanti bisa jadi ‘tim terlambat’!” jawab Gobad sambil tertawa.

Sesampainya di sekolah, Gobed memasuki ruang kelas dengan penuh semangat. Guru mereka, Bu Sari, sudah menunggu di depan kelas.

“Selamat pagi, Bu Guru!” seru Gobed saat masuk ke kelas.

Bu Sari tersenyum, “Selamat pagi, Gobed. Bagaimana kabar hari ini? Sudah siap belajar?”

Gobad mengangguk dengan semangat, “Siap sekali! Tapi jangan bilang, ya, kalau sepatuku hampir putus.”

Bu Sari tertawa, “Jangan khawatir, Gobed. Sepatu bukanlah ukuran kecerdasan. Yang penting semangat belajarnya!”

Pelajaran dimulai, dan Gobed dengan serius mengikuti setiap materi yang diajarkan. Namun, di sela-sela pelajaran, dia tidak bisa menahan tawa saat salah satu teman sekelasnya, Rudi, berusaha keras menyelesaikan soal matematika dan malah menghitung dua ditambah dua menjadi enam.

“Rudi, kamu menghitungnya terlalu banyak! Apa ada yang salah dengan kalkulatormu?” ejek Gobed sambil tertawa.

Rudi mengernyit bingung, “Bukan, Gobed. Aku cuma mencoba cara baru dalam berhitung.”

Suasana kelas penuh dengan tawa. Meskipun demikian, Gobed tetap berusaha yang terbaik dan mengikuti pelajaran dengan serius.

Di rumah, Jengkok dan Slumbat melanjutkan pekerjaan mereka, tetap berharap hari itu membawa berkah. Slumbat memasak makanan sederhana untuk makan malam, sementara Jengkok merapikan area depan rumah.

Ketika Gobed pulang dari sekolah, dia bercerita tentang hari-harinya dengan penuh semangat. “Bu, Pak, hari ini ada soal matematika yang membuat aku tertawa. Tapi aku belajar banyak!”

Slumbat dan Jengkok tersenyum bangga. “Baguslah, Nak. Terus semangat belajar. Kita selalu mendukungmu,” kata Jengkok sambil mengelus kepala Gobed.

“Dan jangan lupa, jangan terlalu cepat lari kalau sepatumu hampir putus!” tambah Slumbat, membuat Gobed tertawa.

Malam itu, meskipun mereka kembali ke rutinitas sehari-hari, kebersamaan mereka di meja makan dan cerita hari itu membuat segala kesulitan terasa lebih ringan. Mereka saling mendukung dan penuh harapan untuk masa depan yang lebih baik, meskipun setiap hari penuh dengan tantangan.

Malam itu, setelah seharian beraktivitas, keluarga Jengkok berkumpul di rumah mereka yang kecil dan sederhana. Udara malam terasa hangat dan lembap, dan nyamuk-nyamuk mulai menyerbu. Lampu minyak yang menyala di sudut ruangan menarik perhatian para nyamuk, membuat suasana di rumah jadi kurang nyaman.

Jengkok, yang baru saja selesai memperbaiki atap rumah yang bocor, duduk di kursi sambil mengelap keringat di dahinya. “Nyamuk-nyamuk ini benar-benar menggila malam ini. Rasanya kayak kita lagi jadi menu makan malam mereka!”

Slumbat yang sedang menggantungkan tirai di jendela sambil mencoba menghalangi nyamuk, menanggapi, “Iya, Pak. Rasanya kayak jadi pertunjukan makan malam bagi mereka. Kalau terus begini, kita bisa bikin resepsi nyamuk!”

Gobad yang sudah selesai mandi dan mengenakan piyama mulai merasa terganggu oleh gigitan nyamuk. Dia menggigit bibirnya dan bertanya, “Bu, Pak, kenapa nyamuk-nyamuk ini kayaknya lebih suka kita daripada makanan mereka?”

Slumbat menjawab sambil memukul nyamuk dengan handuk, “Mungkin mereka merasa kita adalah hidangan yang spesial, Nak. Atau mungkin mereka juga bingung kenapa kita enggak pakai bumbu-bumbu!”

Jengkok tertawa kecil, “Kalau begitu, mungkin kita harus memesan ‘Anti Nyamuk’ untuk malam ini. Siapa tahu mereka lebih suka pesanan daripada makanan langsung!”

Slumbat menyiapkan beberapa daun sirih dan minyak serai sebagai usaha terakhir untuk mengusir nyamuk. Dia menempelkan daun sirih di sekitar ruangan dan menuangkan minyak serai di sudut-sudut ruangan sambil bercanda, “Kalau ini enggak berhasil, kita bakal jadi pengantin nyamuk malam ini.”

Gobad, yang masih merasa gatal, mencobakan cara yang dia pelajari dari temannya di sekolah. “Bagaimana kalau kita pakai teknik ‘pantomim pengusir nyamuk’? Begini caranya!” Dia mulai bergerak-gerak konyol, berputar-putar sambil mengibas-ngibaskan tangannya seperti menari.

Jengkok dan Slumbat tidak bisa menahan tawa melihat Gobed yang beraksi. “Wow, Gobed! Itu bukan tarian pengusir nyamuk, tapi mungkin nyamuk-nyamuk malah ngerasa ada pertunjukan hiburan!” kata Jengkok sambil tertawa.

Slumbat mencoba menahan tawa, “Kalau mereka bisa tertawa, mungkin nyamuk-nyamuk juga bakal kasih standing ovation!”

Tapi nyamuk-nyamuk itu tetap saja enggak mau menyerah. Akhirnya, Jengkok memutuskan untuk mencoba ide terakhirnya. “Oke, kalau begitu kita harus menyulap kamar ini jadi benteng pertahanan!”

Dia memindahkan semua barang-barang ke tengah ruangan dan menutup jendela dengan kain yang dia ikat rapi. Dia berkata, “Sekarang, kita sudah punya benteng yang kokoh. Tapi jangan harap nyamuk-nyamuk ini gampang menyerah.”

Malam semakin larut, dan keluarga Jengkok masih berusaha bertahan di tengah serangan nyamuk yang tak kunjung reda. Mereka bercanda dan berbagi tawa meski merasa lelah.

Ketika akhirnya mereka semua berbaring di ranjang yang sudah dipasang kelambu, Gobad bercanda, “Semoga malam ini kita jadi bintang film di kalangan nyamuk. Kalau enggak, kita jadi pemenang kontes bertahan hidup!”

Slumbat, dengan senyum lelah, membalas, “Iya, dan kalau mereka menang, kita bisa bikin poster ‘Pertunjukan Malam Nyamuk’!”

Jengkok memeluk keluarganya dan berkata, “Malam ini memang penuh tantangan, tapi yang penting kita masih bisa bersama. Kita hadapi ini dengan tawa dan kebersamaan.”

Mereka semua tertawa, meski rasa gatal masih mengganggu, dan perlahan-lahan tertidur dalam kelambu yang memberikan perlindungan dari nyamuk. Meskipun malam itu penuh dengan gangguan nyamuk, mereka tetap saling mendukung dan merasa bersyukur karena memiliki satu sama lain.

Keesokan paginya, setelah terjaga dari tidur malam yang penuh perjuangan, Jengkok, Slumbat, dan Gobad tertawa mengingat betapa lucunya malam sebelumnya. “Well, mungkin kita bisa jadi ahli pertunjukan nyamuk kalau perlu,” kata Jengkok sambil menatap keluarganya dengan penuh kasih.

Terpopuler

Comments

RJ 💜🐑

RJ 💜🐑

seru banget ceritanya 😂😂👍🏻👍🏻

2024-12-01

0

Gemma

Gemma

Terjebak dalam cerita.

2024-09-05

2

lihat semua
Episodes
1 Kehidupan di Ujung Gang Serta Kisah Jengkok dan Keluarga
2 Gobed Berangkat Ke Sekolahnya
3 Di Tertawakan Teman-Teman
4 Bau Mulut Yang Menyengat
5 Pocongan Berada Di Dapur Yang Kumuh
6 Perlindungan Ketat
7 Curhatan Dan Ketegangan Bu Guru
8 Rezeki Tak Terduga
9 Pagi Nomplok Dan Pocongan Usil
10 Keceriaan Si Pengepul Dan Gobed
11 Hari Yang Indah
12 Mimpi Tai Dan Rejeki Nomplok
13 Minggu Happy
14 Permulaan Yang Bagus
15 Makin Laris Deh
16 Momen Seru
17 Si Udin Pembawa Berkah
18 Kedatangan Pak Lurah
19 Gengsi Bu Lurah Selangit
20 Pencapaian Luar Biasa Dan Renovasi
21 Alarm Jadul
22 Beli HP Android Baru
23 Bapak Ibu Ku Bingung Dengan Android
24 Jengkok Dan Slumbat Semakin Bisa Memakai HP Android
25 Makin Mahir
26 Melejit Drastis
27 Sujud Syukur Yang Mengharukan Dan Si Preman Udin
28 Si Udin Yang Membara
29 Selamat Tinggal Sekolah Dasar
30 Kabar Warung Pak Jengkok Menyebar Luas
31 Kedatangan Pak Bupati
32 Beli Mobil Fortuner
33 Media Sosial Menembus Surga Dunia
34 Proyek Besar
35 Moment Haru Bersama Pemulung Tua
36 Inspirasi Pak Mamat
37 Pondasi Awal Restoran
38 Hampir Selesai Restorannya
39 Interior Megah
40 Eh Pada Melongo
41 Grand Opening
42 Meledak !!
43 Kehadiran Presiden
44 Boss Sultan
45 Liburan Dulu Guys
46 Gobed Makin Gedhe Dan Pandangan Pertama
47 Cinta Pertama Gobed
48 Fortuner Is The Best
49 Tembak Dooor Hehehe
50 Mengajak Ke Restorannya
51 Malu Ah
52 Lulus Dan Naik Kelas Diselimuti Cemburu Hebat
53 Makin Lengket
54 Polosnya Si Gobed
55 Cengingiran
56 Ke Bukit Sodom Dan Hangatnya Tubuh Laila
57 Pagi Bahagia
58 Perkembangan Restoran
59 Dari Fortuner Ke Pajero 2024
60 Keluarga Laila Terkejut
61 Introgasi Malam Ayah Laila: Cinta vs Janji
62 Malam yang Tidak Tenang
63 Pagi yang Ceria dan Selipan Humor
64 Pipi yang Digosok Cemburu
65 Kembali Ke Rumah dan Video Call Penuh Hasrat
66 Kesempatan Emas Di Akhir Pekan
67 Beraksi
68 Makin Tegang
69 Malam Tak Terlupakan
70 Kebangkitan Pagi di Bawah Satu Selimut
71 Pertandingan Nafas Basi Dan Kepanikan Mereka Atas Kecerobohan Gobed
72 Pagi yang Panik: Petualangan Penuh Tawa dan Ketegangan
73 Pamit dengan Ciuman dan Canda - Menyambut Pulang
74 Pengakuan dan Ketegangan & Kisah Cinta dan Keluarga
75 Nanas dan Sprite - Percobaan Unik Menghadapi Kekhawatiran
76 Spaghetti, Canda, dan Kenangan Panik - Sebuah Malam Bersama
77 Perang Nafas di Pagi Hari - Romantis, Tapi Bau!
78 Cinta di Sekolah Baru - Gobed dan Laila Satu Sekolah Lagi
79 Malam Penuh Kejutan - Dari Game Board hingga Makanan Tak Terduga
80 Cinta di Tengah Cemburu dan Tawa
81 Rindu Masakan dan Kebahagiaan Keluarga
82 Kisah Cinta Laila dan Gobed - Di Antara Cinta dan Keluarga
83 Ciuman Terlarang di Perpustakaan
84 Ciuman di Alun-Alun
85 Kebangkitan Cinta
86 Petualangan di Pagi Hari
87 Sore Semakin Syahdu
88 Laila Menatapnya Penuh Minat
89 Ujian Cinta
90 Manja dalam Cinta
91 Laila dan Bahasa "Lu Gue"
92 Gobed Kebelet
93 Tepokan Gemas di Bokong Laila
94 Kembali ke Realitas
95 Video Jahil yang Menggemparkan
96 Cemburu Membara
97 Kecelakaan Pintu yang Bikin Malu
98 Gobed Mengajak Cipokan Laila
99 Godaan Nakal di Telinga Laila
100 Kenangan Manis
101 Percakapan Konyol di Malam Minggu
102 Bisik-Bisik di Sekolah
103 Malam yang Menegangkan
104 Pertengkaran Kecil di Pinggir Jalan
105 Kejutan Manis di Malam Hari
106 Serunya Main Sepeda Bersama
107 Pesona Leher Laila yang Menggoda
108 Malam yang Tak Terduga
109 Kejutan di Balik Harapan
110 Bab 110: Kejutan di Tengah Jalan
111 Bab 111: Petualangan Tak Terduga
112 Bab 112: Rencana Kecil yang Membesar
113 Bab 113: Ketegangan yang Tak Terduga
114 Bab 114: Berpikir di Antara Rasa
115 Bab 115: Sebuah Langkah Lebih Dekat
116 Bab 116: Keraguan dan Harapan Baru
117 Bab 117: Kejutan Tak Terduga
118 Bab 118: Keberanian Gobed
119 Bab 119: Hari Pertama Sebagai Pasangan
120 Bab 120: Rencana Penuh Kejutan
121 Bab 121: Pertemuan yang Tak Terduga
122 Bab 122: Pertemuan yang Membawa Kenangan
123 Bab 123: Janji di Tengah Malam
124 Bab 124: Ini Adalah Salah Satu Hari Terindah Dalam Hidupku
125 Bab 125: Percakapan dalam Diam
126 Bab 126: Harapan dan Tantangan di Depan Mata
127 Bab 127: Menghadapi Perubahan dan Rencana Besar
128 Bab 128: Lezatnya Dunia Ini
129 Bab 129: Langkah Baru Menuju Impian
130 Bab 130: Meraih Asa Baru
131 Bab 131: Dalang di Balik Badai
132 Bab 132: Carl Johnson dan Shotgun Misterius
133 Bab 133: Carl Johnson dan Aksi Kejar-kejaran di Jalanan
134 Bab 134: Carl Johnson, Buronan Impossible
135 Bab 135: Aksi Carl Johnson yang Tak Terhentikan
136 Bab 136: Penerbangan Terakhir
137 Bab 137: Persahabatan di Kalimantan
138 Bab 138: Uang Hasil Rampasan yang Memikat
139 Bab 139: Sifat Yang Sulit Hilang
140 Bab 140: Tertarik Mandau
141 Bab 141: Carl Johnson Melatih Mandau nya Lagi Agar Bisa Disuruh
142 Bab 142: Kejaran yang Tak Pernah Berakhir
143 Bab 143: Polisi Jengkel!
144 Bab 144: Carl Johnson dan Pijatan Tak Terduga
145 Bab 145: Carl Johnson Menjadi Rambo
146 Bab 146: Taktik Brutal Carl Johnson
147 Bab 147: Kejutan Kedua
148 Bab 148: "Kejar-Kejaran Lautan"
149 Bab 149: "Menembus Batas Lautan"
150 Bab 150: "Sang Arsenal Hidup"
151 Bab 151: "Tantangan Terbesar Carl Johnson"
152 Bab 152: "Pelarian Malam Carl Johnson"
153 Bab 153: "Dendam Manis Carl Johnson"
154 Bab 154: "Amarah Kepala Kapolres"
155 Bab 155: "Carl Johnson dan Aksi Nekatnya di Markas Militer"
156 Bab 156: Kekacauan di SMK
157 Bab 157: "Petualangan Tak Terduga di Rumah Kosong"
158 Bab 158: Polwan-Polwan Dalam Ketegangan
159 Bab 159: Kisruh di Asrama Putri
160 Bab 160: Mencari Jati Diri
161 Bab 161: Carl Johnson yang Tak Terhentikan
162 Bab 162: Tak Terhentikan
163 Bab 163: Uang yang Hilang Secara Misterius
164 Bab 164: Carl Johnson Menghadapi Pengepungan
165 Bab 165: Kejaran Tanpa Harapan
166 Bab 166: Ketertarikan di Tengah Toko Roti
167 Bab 167: Tersekat dalam Oven
168 Bab 168: Gadis Berpaha Putih Mulus Dan Seksi Membuat Carl Johnson Tak Tahan
169 Bab 169: "Murka Sang Bapak"
170 Bab 170: "Mengejar Kebebasan"
171 Bab 171: Deru Adrenalin
172 Bab 172: "Rampok ATM Mandiri"
173 Bab 173: "Perang Besar di Tengah Kota"
174 Bab 174: Gadis Di Ranjang
Episodes

Updated 174 Episodes

1
Kehidupan di Ujung Gang Serta Kisah Jengkok dan Keluarga
2
Gobed Berangkat Ke Sekolahnya
3
Di Tertawakan Teman-Teman
4
Bau Mulut Yang Menyengat
5
Pocongan Berada Di Dapur Yang Kumuh
6
Perlindungan Ketat
7
Curhatan Dan Ketegangan Bu Guru
8
Rezeki Tak Terduga
9
Pagi Nomplok Dan Pocongan Usil
10
Keceriaan Si Pengepul Dan Gobed
11
Hari Yang Indah
12
Mimpi Tai Dan Rejeki Nomplok
13
Minggu Happy
14
Permulaan Yang Bagus
15
Makin Laris Deh
16
Momen Seru
17
Si Udin Pembawa Berkah
18
Kedatangan Pak Lurah
19
Gengsi Bu Lurah Selangit
20
Pencapaian Luar Biasa Dan Renovasi
21
Alarm Jadul
22
Beli HP Android Baru
23
Bapak Ibu Ku Bingung Dengan Android
24
Jengkok Dan Slumbat Semakin Bisa Memakai HP Android
25
Makin Mahir
26
Melejit Drastis
27
Sujud Syukur Yang Mengharukan Dan Si Preman Udin
28
Si Udin Yang Membara
29
Selamat Tinggal Sekolah Dasar
30
Kabar Warung Pak Jengkok Menyebar Luas
31
Kedatangan Pak Bupati
32
Beli Mobil Fortuner
33
Media Sosial Menembus Surga Dunia
34
Proyek Besar
35
Moment Haru Bersama Pemulung Tua
36
Inspirasi Pak Mamat
37
Pondasi Awal Restoran
38
Hampir Selesai Restorannya
39
Interior Megah
40
Eh Pada Melongo
41
Grand Opening
42
Meledak !!
43
Kehadiran Presiden
44
Boss Sultan
45
Liburan Dulu Guys
46
Gobed Makin Gedhe Dan Pandangan Pertama
47
Cinta Pertama Gobed
48
Fortuner Is The Best
49
Tembak Dooor Hehehe
50
Mengajak Ke Restorannya
51
Malu Ah
52
Lulus Dan Naik Kelas Diselimuti Cemburu Hebat
53
Makin Lengket
54
Polosnya Si Gobed
55
Cengingiran
56
Ke Bukit Sodom Dan Hangatnya Tubuh Laila
57
Pagi Bahagia
58
Perkembangan Restoran
59
Dari Fortuner Ke Pajero 2024
60
Keluarga Laila Terkejut
61
Introgasi Malam Ayah Laila: Cinta vs Janji
62
Malam yang Tidak Tenang
63
Pagi yang Ceria dan Selipan Humor
64
Pipi yang Digosok Cemburu
65
Kembali Ke Rumah dan Video Call Penuh Hasrat
66
Kesempatan Emas Di Akhir Pekan
67
Beraksi
68
Makin Tegang
69
Malam Tak Terlupakan
70
Kebangkitan Pagi di Bawah Satu Selimut
71
Pertandingan Nafas Basi Dan Kepanikan Mereka Atas Kecerobohan Gobed
72
Pagi yang Panik: Petualangan Penuh Tawa dan Ketegangan
73
Pamit dengan Ciuman dan Canda - Menyambut Pulang
74
Pengakuan dan Ketegangan & Kisah Cinta dan Keluarga
75
Nanas dan Sprite - Percobaan Unik Menghadapi Kekhawatiran
76
Spaghetti, Canda, dan Kenangan Panik - Sebuah Malam Bersama
77
Perang Nafas di Pagi Hari - Romantis, Tapi Bau!
78
Cinta di Sekolah Baru - Gobed dan Laila Satu Sekolah Lagi
79
Malam Penuh Kejutan - Dari Game Board hingga Makanan Tak Terduga
80
Cinta di Tengah Cemburu dan Tawa
81
Rindu Masakan dan Kebahagiaan Keluarga
82
Kisah Cinta Laila dan Gobed - Di Antara Cinta dan Keluarga
83
Ciuman Terlarang di Perpustakaan
84
Ciuman di Alun-Alun
85
Kebangkitan Cinta
86
Petualangan di Pagi Hari
87
Sore Semakin Syahdu
88
Laila Menatapnya Penuh Minat
89
Ujian Cinta
90
Manja dalam Cinta
91
Laila dan Bahasa "Lu Gue"
92
Gobed Kebelet
93
Tepokan Gemas di Bokong Laila
94
Kembali ke Realitas
95
Video Jahil yang Menggemparkan
96
Cemburu Membara
97
Kecelakaan Pintu yang Bikin Malu
98
Gobed Mengajak Cipokan Laila
99
Godaan Nakal di Telinga Laila
100
Kenangan Manis
101
Percakapan Konyol di Malam Minggu
102
Bisik-Bisik di Sekolah
103
Malam yang Menegangkan
104
Pertengkaran Kecil di Pinggir Jalan
105
Kejutan Manis di Malam Hari
106
Serunya Main Sepeda Bersama
107
Pesona Leher Laila yang Menggoda
108
Malam yang Tak Terduga
109
Kejutan di Balik Harapan
110
Bab 110: Kejutan di Tengah Jalan
111
Bab 111: Petualangan Tak Terduga
112
Bab 112: Rencana Kecil yang Membesar
113
Bab 113: Ketegangan yang Tak Terduga
114
Bab 114: Berpikir di Antara Rasa
115
Bab 115: Sebuah Langkah Lebih Dekat
116
Bab 116: Keraguan dan Harapan Baru
117
Bab 117: Kejutan Tak Terduga
118
Bab 118: Keberanian Gobed
119
Bab 119: Hari Pertama Sebagai Pasangan
120
Bab 120: Rencana Penuh Kejutan
121
Bab 121: Pertemuan yang Tak Terduga
122
Bab 122: Pertemuan yang Membawa Kenangan
123
Bab 123: Janji di Tengah Malam
124
Bab 124: Ini Adalah Salah Satu Hari Terindah Dalam Hidupku
125
Bab 125: Percakapan dalam Diam
126
Bab 126: Harapan dan Tantangan di Depan Mata
127
Bab 127: Menghadapi Perubahan dan Rencana Besar
128
Bab 128: Lezatnya Dunia Ini
129
Bab 129: Langkah Baru Menuju Impian
130
Bab 130: Meraih Asa Baru
131
Bab 131: Dalang di Balik Badai
132
Bab 132: Carl Johnson dan Shotgun Misterius
133
Bab 133: Carl Johnson dan Aksi Kejar-kejaran di Jalanan
134
Bab 134: Carl Johnson, Buronan Impossible
135
Bab 135: Aksi Carl Johnson yang Tak Terhentikan
136
Bab 136: Penerbangan Terakhir
137
Bab 137: Persahabatan di Kalimantan
138
Bab 138: Uang Hasil Rampasan yang Memikat
139
Bab 139: Sifat Yang Sulit Hilang
140
Bab 140: Tertarik Mandau
141
Bab 141: Carl Johnson Melatih Mandau nya Lagi Agar Bisa Disuruh
142
Bab 142: Kejaran yang Tak Pernah Berakhir
143
Bab 143: Polisi Jengkel!
144
Bab 144: Carl Johnson dan Pijatan Tak Terduga
145
Bab 145: Carl Johnson Menjadi Rambo
146
Bab 146: Taktik Brutal Carl Johnson
147
Bab 147: Kejutan Kedua
148
Bab 148: "Kejar-Kejaran Lautan"
149
Bab 149: "Menembus Batas Lautan"
150
Bab 150: "Sang Arsenal Hidup"
151
Bab 151: "Tantangan Terbesar Carl Johnson"
152
Bab 152: "Pelarian Malam Carl Johnson"
153
Bab 153: "Dendam Manis Carl Johnson"
154
Bab 154: "Amarah Kepala Kapolres"
155
Bab 155: "Carl Johnson dan Aksi Nekatnya di Markas Militer"
156
Bab 156: Kekacauan di SMK
157
Bab 157: "Petualangan Tak Terduga di Rumah Kosong"
158
Bab 158: Polwan-Polwan Dalam Ketegangan
159
Bab 159: Kisruh di Asrama Putri
160
Bab 160: Mencari Jati Diri
161
Bab 161: Carl Johnson yang Tak Terhentikan
162
Bab 162: Tak Terhentikan
163
Bab 163: Uang yang Hilang Secara Misterius
164
Bab 164: Carl Johnson Menghadapi Pengepungan
165
Bab 165: Kejaran Tanpa Harapan
166
Bab 166: Ketertarikan di Tengah Toko Roti
167
Bab 167: Tersekat dalam Oven
168
Bab 168: Gadis Berpaha Putih Mulus Dan Seksi Membuat Carl Johnson Tak Tahan
169
Bab 169: "Murka Sang Bapak"
170
Bab 170: "Mengejar Kebebasan"
171
Bab 171: Deru Adrenalin
172
Bab 172: "Rampok ATM Mandiri"
173
Bab 173: "Perang Besar di Tengah Kota"
174
Bab 174: Gadis Di Ranjang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!