Momen Seru

Seiring berjalannya waktu, warung kecil di teras rumah Pak Jengkok semakin hari semakin ramai. Warga kampung, mulai dari anak-anak sekolah hingga ibu-ibu yang baru pulang dari pasar, tak pernah absen mampir ke warung mereka. Aroma masakan yang sedap terus menggoda siapa saja yang lewat. Bahkan para guru yang awalnya hanya datang karena penasaran, kini menjadi pelanggan tetap. Omset warung mereka pun perlahan melejit dari hari ke hari.

Setiap pagi, Jengkok dan Slumbat sibuk mempersiapkan segala macam bahan makanan. Dari gorengan, keripik pedas, nasi uduk, hingga jajanan tradisional yang mereka buat dengan penuh cinta. Mereka berdua tidak pernah menyangka bahwa usaha kecil ini bisa berkembang sedemikian pesat. "Dulu kita cuma berharap bisa makan sehari tiga kali, sekarang malah bisa beli beras sekarung sekaligus," ucap Jengkok sambil tertawa kecil kepada Slumbat.

Suatu hari, saat sedang sibuk menata barang-barang dagangan, tiba-tiba seorang pelanggan baru masuk ke warung dengan wajah kebingungan. Ternyata, pelanggan itu adalah Pak RT, orang yang biasanya sangat serius dan jarang bergaul dengan warga lainnya. "Wah, Pak Jengkok, saya dengar warung ini terkenal di mana-mana. Katanya, masakan di sini enak banget? Saya jadi penasaran nih," katanya sambil tersenyum canggung.

Jengkok, dengan santainya menjawab, “Wah, Pak RT! Akhirnya datang juga ke warung kami. Saya jamin, sekali makan di sini, Pak RT nggak bakal cari makanan lain lagi!”

Pak RT mengangguk, lalu memesan beberapa gorengan dan kopi hangat. Saat ia mencicipi bakwan buatan Slumbat, matanya langsung membesar, “Wah! Ini enak banget, Jengkok. Kok bisa ya, sederhana begini tapi rasanya juara.”

Jengkok menepuk dada dengan bangga, “Itu dia, Pak. Rahasianya bukan di bahan-bahan mahal, tapi di tangan yang penuh kasih sayang waktu masak. Hahaha!”

Mendengar itu, Pak RT hanya bisa tertawa. "Halah, dasar kamu, Jengkok! Tapi memang betul sih, rasa makanan ini beneran beda."

Seiring makin ramainya pelanggan, omset mereka pun melonjak drastis. Dalam sebulan terakhir, mereka bisa menghasilkan ratusan ribu setiap harinya. Sore itu, setelah mereka menutup warung, Jengkok dan Slumbat mulai menghitung uang hasil jualan mereka.

"Mah, coba lihat ini. Hari ini kita dapat 600 ribu lebih, luar biasa banget!" ujar Jengkok dengan mata berbinar-binar.

Slumbat menghitung kembali dengan lebih teliti, lalu tersenyum puas. "Iya, ya. Dulu mana pernah kita mimpi bakal punya penghasilan sebanyak ini dalam sehari? Biasa dapet receh dari mulung aja udah bersyukur."

Jengkok mengangguk penuh rasa syukur. “Kalau begini terus, kita bisa mulai nyisihin buat renovasi rumah nih, mah. Atau beli motor baru? Supaya nggak capek kalau belanja bahan-bahan ke pasar.”

Slumbat setengah bercanda menimpali, “Motor sih oke, tapi aku minta dapur dulu direnovasi. Tiap kali masak, rasanya kayak sauna, keringetan terus!”

Jengkok tertawa terbahak-bahak, “Hahaha, iya juga ya! Kalau dapur bagus, makanan bisa makin enak. Siapa tahu nanti kita malah buka cabang warung di kampung sebelah!”

Tiba-tiba Gobed, yang baru pulang sekolah, datang menghampiri mereka dengan wajah serius. “Pak, Bu, katanya kita sekarang kaya ya?”

Jengkok mengernyit, “Kaya? Ya nggak juga, Nak. Tapi kalau terus seperti ini, mungkin kita nggak perlu lagi hidup susah.”

Gobed memasang wajah polos, “Kalau begitu, aku boleh minta uang jajan lebih nggak? Teman-teman di sekolah bilang kalau keluarga kaya harus sering traktir.”

Jengkok dan Slumbat saling pandang, lalu meledak dalam tawa. “Hahaha! Dasar bocah! Uang hasil kerja keras ini buat masa depan, bukan buat traktir teman. Tapi kalau kamu rajin belajar, siapa tahu nanti kamu bisa jadi bos besar dan traktir mereka semua,” ujar Jengkok sambil mengacak-acak rambut Gobed.

Gobed merengut, “Ah, bapak pelit!”

Namun, suasana langsung mencair saat Slumbat membawa semangkuk gorengan hangat untuk Gobed. “Nih, daripada minta uang jajan, mending kamu makan ini. Gorengan buatan ibu lebih enak daripada jajanan di sekolah, kan?”

Gobed langsung melahap bakwan dengan penuh semangat. “Iya sih, tapi tetap aja enakan kalau dikasih uang jajan lebih!”

Sementara itu, kabar tentang warung Pak Jengkok yang laris manis semakin menyebar. Bahkan ada beberapa warga dari kampung sebelah yang datang khusus untuk mencicipi makanan mereka. Hari-hari semakin sibuk, namun Jengkok dan Slumbat menikmati setiap momennya.

Suatu sore, saat warung sedang ramai-ramainya, salah satu pelanggan bercanda, “Pak Jengkok, lama-lama warung ini bisa masuk televisi nih, soalnya enak banget!”

Jengkok yang sedang sibuk menggoreng tempe menimpali, “Kalau sampai masuk TV, nanti saya kasih diskon khusus buat yang nonton, hahaha!”

Slumbat, yang mendengar itu, hanya bisa geleng-geleng kepala sambil tersenyum. Meski hidup mereka kini lebih baik, satu hal yang tak pernah berubah: kebahagiaan dan tawa selalu hadir di tengah keluarga mereka. Dan dari sebuah warung kecil di teras rumah, mereka perlahan-lahan membangun kehidupan yang lebih baik, penuh harapan dan canda tawa yang tak pernah padam.

Pagi itu, Gobed berangkat ke sekolah seperti biasa. Dengan sepatu barunya yang masih mengkilap, ia berjalan penuh percaya diri menuju gerbang sekolah. Namun, suasana di sekolah kali ini berbeda. Begitu tiba di kelas, ia disambut oleh tatapan teman-temannya yang penasaran. Beberapa bisik-bisik terdengar di sudut ruangan, sementara Bu Ratna, guru favorit Gobed, masuk dengan senyum yang lebih lebar dari biasanya.

“Gobed, apa kabar?” sapa Bu Ratna dengan nada yang sedikit berbeda, penuh dengan antusiasme. "Dengar-dengar, warung orang tuamu baru buka ya? Warungnya sukses besar, kan?"

Gobed hanya tersenyum malu, tak menyangka bahwa berita tentang warung kecil di teras rumahnya bisa menyebar dengan cepat. “Iya, Bu. Baru buka kemarin,” jawab Gobed sambil menunduk, masih merasa canggung.

Bu Ratna tertawa kecil. “Hebat sekali, Gobed. Katanya makanan yang dibuat orang tuamu enak sekali. Teman-teman kalian sudah ada yang mencoba?”

Semua teman-teman Gobed di kelas langsung menatap satu sama lain. Wajah-wajah mereka penuh rasa penasaran. Si Udin yang biasanya suka usil, kali ini malah jadi yang paling semangat. “Gue belum coba, Bu! Eh, Gobed, beneran makanan di warung lo enak banget? Katanya kayak restoran bintang lima?”

Gobed menggeleng cepat. “Ah, biasa aja kok, Din. Cuma warung kecil di teras rumah.”

Tapi Udin tak mau menyerah. “Besok-besok gue ajak semua teman-teman buat nyobain, ya! Pasti seru banget. Sekalian gue mau buktiin bener nggak sih rendang buatan nyokap lo enak kayak yang orang-orang bilang.”

Gobed cuma bisa nyengir. "Ya silakan aja, Din. Warungnya terbuka buat siapa aja kok."

Lonceng tanda pulang berbunyi, dan seperti yang sudah direncanakan, Udin menggeret teman-temannya untuk segera menuju rumah Gobed. "Ayo, ayo! Kita makan di warungnya Gobed! Siapa tahu ada diskon spesial buat temen sekelas!" teriak Udin yang kini berlari paling depan.

Sepanjang perjalanan pulang, obrolan mereka hanya tentang warung baru keluarga Jengkok. Bahkan beberapa teman yang biasanya malas ikut keramaian, kali ini tak ingin ketinggalan. Mereka penasaran bagaimana sebuah warung kecil bisa membuat heboh satu sekolah.

Sampai di rumah Gobed, benar saja, warung kecil di teras rumah sudah ramai pembeli. Ibu-ibu tetangga, bapak-bapak yang baru pulang kerja, hingga beberapa orang yang lewat semuanya sedang asyik menikmati makanan. Di pojok warung, terlihat Jengkok dan Slumbat sibuk melayani pesanan dengan cekatan.

“Wah, rame banget, Bed!” Udin berbisik pada Gobed. “Gue jadi lapar banget nih. Yuk, kita coba!”

Gobed hanya mengangguk, membiarkan teman-temannya mengambil tempat duduk di meja panjang yang sudah disiapkan. Tak lama kemudian, Slumbat datang menghampiri dengan senyum hangat.

“Eh, ini teman-temannya Gobed ya? Mau makan apa? Ada rendang, ayam goreng, dan mendoan,” tanya Slumbat ramah.

Udin dan yang lainnya langsung kompak memesan rendang. “Rendang, Bu! Kita mau buktiin nih beneran enak apa nggak!”

Tak butuh waktu lama, sepiring rendang tersaji di depan mereka. Dengan nafsu makan yang besar, Udin langsung menyendok nasi dan daging rendang ke mulutnya. Begitu gigitan pertama masuk, matanya langsung melebar. “Ya ampun, enak banget! Ini rendang bikinan siapa? Wah, gue nggak nyangka bisa seenak ini!”

Teman-teman Gobed yang lain juga langsung mengangguk-angguk setuju. Mereka semua terpukau dengan cita rasa masakan yang, meski sederhana, punya kelezatan yang tak terkira.

Salah satu teman Gobed, si Tuti, tiba-tiba nyeletuk, “Eh, ini kayak makan di restoran mahal, ya. Tapi kok bisa murah?”

Jengkok yang mendengar dari balik dapur langsung tertawa kecil. “Ya namanya juga warung teras, Dek. Kita bikin makanan dengan cinta dan bumbu warisan keluarga. Itulah rahasianya!” candanya sambil terus sibuk di dapur.

Teman-teman Gobed pun terus makan dengan lahap, sementara Udin—yang biasanya terkenal paling bawel—kali ini hanya fokus menghabiskan makanannya. Setelah semuanya kenyang, mereka akhirnya beranjak untuk pulang.

“Gobed, besok-besok gue bakal ajak keluarga gue ke sini. Gue nggak bohong, ini warung terenak yang pernah gue makan. Kapan-kapan lo mesti bukain cabang, deh!” kata Udin sambil tertawa.

Gobed cuma menggeleng sambil tersenyum malu. "Halah, lo ada-ada aja, Din."

Saat semua temannya pulang, Jengkok dan Slumbat tak bisa menahan tawa. "Liat tuh, Mah. Anak-anak pada kepo semua sama warung kita. Lumayan buat promosi gratis."

Slumbat mengangguk sambil membersihkan meja. "Iya, Pak. Kalau begini terus, kita beneran nggak perlu lagi kerja keras muter-muter cari barang bekas. Tinggal fokus di warung, pasti rejeki kita terus ngalir."

Jengkok tertawa kecil. "Betul, Mah. Apalagi nggak ada lagi pocongan iseng yang nongol tiba-tiba kayak dulu. Aman lah!"

Mereka berdua tertawa, sambil menikmati sore yang tenang setelah hari yang ramai dan penuh kebahagiaan. Gobed, yang mendengarkan dari jauh, hanya bisa tersenyum bangga. Warung kecil keluarganya ternyata berhasil menjadi tempat favorit baru bagi banyak orang.

Episodes
1 Kehidupan di Ujung Gang Serta Kisah Jengkok dan Keluarga
2 Gobed Berangkat Ke Sekolahnya
3 Di Tertawakan Teman-Teman
4 Bau Mulut Yang Menyengat
5 Pocongan Berada Di Dapur Yang Kumuh
6 Perlindungan Ketat
7 Curhatan Dan Ketegangan Bu Guru
8 Rezeki Tak Terduga
9 Pagi Nomplok Dan Pocongan Usil
10 Keceriaan Si Pengepul Dan Gobed
11 Hari Yang Indah
12 Mimpi Tai Dan Rejeki Nomplok
13 Minggu Happy
14 Permulaan Yang Bagus
15 Makin Laris Deh
16 Momen Seru
17 Si Udin Pembawa Berkah
18 Kedatangan Pak Lurah
19 Gengsi Bu Lurah Selangit
20 Pencapaian Luar Biasa Dan Renovasi
21 Alarm Jadul
22 Beli HP Android Baru
23 Bapak Ibu Ku Bingung Dengan Android
24 Jengkok Dan Slumbat Semakin Bisa Memakai HP Android
25 Makin Mahir
26 Melejit Drastis
27 Sujud Syukur Yang Mengharukan Dan Si Preman Udin
28 Si Udin Yang Membara
29 Selamat Tinggal Sekolah Dasar
30 Kabar Warung Pak Jengkok Menyebar Luas
31 Kedatangan Pak Bupati
32 Beli Mobil Fortuner
33 Media Sosial Menembus Surga Dunia
34 Proyek Besar
35 Moment Haru Bersama Pemulung Tua
36 Inspirasi Pak Mamat
37 Pondasi Awal Restoran
38 Hampir Selesai Restorannya
39 Interior Megah
40 Eh Pada Melongo
41 Grand Opening
42 Meledak !!
43 Kehadiran Presiden
44 Boss Sultan
45 Liburan Dulu Guys
46 Gobed Makin Gedhe Dan Pandangan Pertama
47 Cinta Pertama Gobed
48 Fortuner Is The Best
49 Tembak Dooor Hehehe
50 Mengajak Ke Restorannya
51 Malu Ah
52 Lulus Dan Naik Kelas Diselimuti Cemburu Hebat
53 Makin Lengket
54 Polosnya Si Gobed
55 Cengingiran
56 Ke Bukit Sodom Dan Hangatnya Tubuh Laila
57 Pagi Bahagia
58 Perkembangan Restoran
59 Dari Fortuner Ke Pajero 2024
60 Keluarga Laila Terkejut
61 Introgasi Malam Ayah Laila: Cinta vs Janji
62 Malam yang Tidak Tenang
63 Pagi yang Ceria dan Selipan Humor
64 Pipi yang Digosok Cemburu
65 Kembali Ke Rumah dan Video Call Penuh Hasrat
66 Kesempatan Emas Di Akhir Pekan
67 Beraksi
68 Makin Tegang
69 Malam Tak Terlupakan
70 Kebangkitan Pagi di Bawah Satu Selimut
71 Pertandingan Nafas Basi Dan Kepanikan Mereka Atas Kecerobohan Gobed
72 Pagi yang Panik: Petualangan Penuh Tawa dan Ketegangan
73 Pamit dengan Ciuman dan Canda - Menyambut Pulang
74 Pengakuan dan Ketegangan & Kisah Cinta dan Keluarga
75 Nanas dan Sprite - Percobaan Unik Menghadapi Kekhawatiran
76 Spaghetti, Canda, dan Kenangan Panik - Sebuah Malam Bersama
77 Perang Nafas di Pagi Hari - Romantis, Tapi Bau!
78 Cinta di Sekolah Baru - Gobed dan Laila Satu Sekolah Lagi
79 Malam Penuh Kejutan - Dari Game Board hingga Makanan Tak Terduga
80 Cinta di Tengah Cemburu dan Tawa
81 Rindu Masakan dan Kebahagiaan Keluarga
82 Kisah Cinta Laila dan Gobed - Di Antara Cinta dan Keluarga
83 Ciuman Terlarang di Perpustakaan
84 Ciuman di Alun-Alun
85 Kebangkitan Cinta
86 Petualangan di Pagi Hari
87 Sore Semakin Syahdu
88 Laila Menatapnya Penuh Minat
89 Ujian Cinta
90 Manja dalam Cinta
91 Laila dan Bahasa "Lu Gue"
92 Gobed Kebelet
93 Tepokan Gemas di Bokong Laila
94 Kembali ke Realitas
95 Video Jahil yang Menggemparkan
96 Cemburu Membara
97 Kecelakaan Pintu yang Bikin Malu
98 Gobed Mengajak Cipokan Laila
99 Godaan Nakal di Telinga Laila
100 Kenangan Manis
101 Percakapan Konyol di Malam Minggu
102 Bisik-Bisik di Sekolah
103 Malam yang Menegangkan
104 Pertengkaran Kecil di Pinggir Jalan
105 Kejutan Manis di Malam Hari
106 Serunya Main Sepeda Bersama
107 Pesona Leher Laila yang Menggoda
108 Malam yang Tak Terduga
109 Kejutan di Balik Harapan
110 Bab 110: Kejutan di Tengah Jalan
111 Bab 111: Petualangan Tak Terduga
112 Bab 112: Rencana Kecil yang Membesar
113 Bab 113: Ketegangan yang Tak Terduga
114 Bab 114: Berpikir di Antara Rasa
115 Bab 115: Sebuah Langkah Lebih Dekat
116 Bab 116: Keraguan dan Harapan Baru
117 Bab 117: Kejutan Tak Terduga
118 Bab 118: Keberanian Gobed
119 Bab 119: Hari Pertama Sebagai Pasangan
120 Bab 120: Rencana Penuh Kejutan
121 Bab 121: Pertemuan yang Tak Terduga
122 Bab 122: Pertemuan yang Membawa Kenangan
123 Bab 123: Janji di Tengah Malam
124 Bab 124: Ini Adalah Salah Satu Hari Terindah Dalam Hidupku
125 Bab 125: Percakapan dalam Diam
126 Bab 126: Harapan dan Tantangan di Depan Mata
127 Bab 127: Menghadapi Perubahan dan Rencana Besar
128 Bab 128: Lezatnya Dunia Ini
129 Bab 129: Langkah Baru Menuju Impian
130 Bab 130: Meraih Asa Baru
131 Bab 131: Dalang di Balik Badai
132 Bab 132: Carl Johnson dan Shotgun Misterius
133 Bab 133: Carl Johnson dan Aksi Kejar-kejaran di Jalanan
134 Bab 134: Carl Johnson, Buronan Impossible
135 Bab 135: Aksi Carl Johnson yang Tak Terhentikan
136 Bab 136: Penerbangan Terakhir
137 Bab 137: Persahabatan di Kalimantan
138 Bab 138: Uang Hasil Rampasan yang Memikat
139 Bab 139: Sifat Yang Sulit Hilang
140 Bab 140: Tertarik Mandau
141 Bab 141: Carl Johnson Melatih Mandau nya Lagi Agar Bisa Disuruh
142 Bab 142: Kejaran yang Tak Pernah Berakhir
143 Bab 143: Polisi Jengkel!
144 Bab 144: Carl Johnson dan Pijatan Tak Terduga
145 Bab 145: Carl Johnson Menjadi Rambo
146 Bab 146: Taktik Brutal Carl Johnson
147 Bab 147: Kejutan Kedua
148 Bab 148: "Kejar-Kejaran Lautan"
149 Bab 149: "Menembus Batas Lautan"
150 Bab 150: "Sang Arsenal Hidup"
151 Bab 151: "Tantangan Terbesar Carl Johnson"
152 Bab 152: "Pelarian Malam Carl Johnson"
153 Bab 153: "Dendam Manis Carl Johnson"
154 Bab 154: "Amarah Kepala Kapolres"
155 Bab 155: "Carl Johnson dan Aksi Nekatnya di Markas Militer"
156 Bab 156: Kekacauan di SMK
157 Bab 157: "Petualangan Tak Terduga di Rumah Kosong"
158 Bab 158: Polwan-Polwan Dalam Ketegangan
159 Bab 159: Kisruh di Asrama Putri
160 Bab 160: Mencari Jati Diri
161 Bab 161: Carl Johnson yang Tak Terhentikan
162 Bab 162: Tak Terhentikan
163 Bab 163: Uang yang Hilang Secara Misterius
164 Bab 164: Carl Johnson Menghadapi Pengepungan
165 Bab 165: Kejaran Tanpa Harapan
166 Bab 166: Ketertarikan di Tengah Toko Roti
167 Bab 167: Tersekat dalam Oven
168 Bab 168: Gadis Berpaha Putih Mulus Dan Seksi Membuat Carl Johnson Tak Tahan
169 Bab 169: "Murka Sang Bapak"
170 Bab 170: "Mengejar Kebebasan"
171 Bab 171: Deru Adrenalin
172 Bab 172: "Rampok ATM Mandiri"
173 Bab 173: "Perang Besar di Tengah Kota"
174 Bab 174: Gadis Di Ranjang
Episodes

Updated 174 Episodes

1
Kehidupan di Ujung Gang Serta Kisah Jengkok dan Keluarga
2
Gobed Berangkat Ke Sekolahnya
3
Di Tertawakan Teman-Teman
4
Bau Mulut Yang Menyengat
5
Pocongan Berada Di Dapur Yang Kumuh
6
Perlindungan Ketat
7
Curhatan Dan Ketegangan Bu Guru
8
Rezeki Tak Terduga
9
Pagi Nomplok Dan Pocongan Usil
10
Keceriaan Si Pengepul Dan Gobed
11
Hari Yang Indah
12
Mimpi Tai Dan Rejeki Nomplok
13
Minggu Happy
14
Permulaan Yang Bagus
15
Makin Laris Deh
16
Momen Seru
17
Si Udin Pembawa Berkah
18
Kedatangan Pak Lurah
19
Gengsi Bu Lurah Selangit
20
Pencapaian Luar Biasa Dan Renovasi
21
Alarm Jadul
22
Beli HP Android Baru
23
Bapak Ibu Ku Bingung Dengan Android
24
Jengkok Dan Slumbat Semakin Bisa Memakai HP Android
25
Makin Mahir
26
Melejit Drastis
27
Sujud Syukur Yang Mengharukan Dan Si Preman Udin
28
Si Udin Yang Membara
29
Selamat Tinggal Sekolah Dasar
30
Kabar Warung Pak Jengkok Menyebar Luas
31
Kedatangan Pak Bupati
32
Beli Mobil Fortuner
33
Media Sosial Menembus Surga Dunia
34
Proyek Besar
35
Moment Haru Bersama Pemulung Tua
36
Inspirasi Pak Mamat
37
Pondasi Awal Restoran
38
Hampir Selesai Restorannya
39
Interior Megah
40
Eh Pada Melongo
41
Grand Opening
42
Meledak !!
43
Kehadiran Presiden
44
Boss Sultan
45
Liburan Dulu Guys
46
Gobed Makin Gedhe Dan Pandangan Pertama
47
Cinta Pertama Gobed
48
Fortuner Is The Best
49
Tembak Dooor Hehehe
50
Mengajak Ke Restorannya
51
Malu Ah
52
Lulus Dan Naik Kelas Diselimuti Cemburu Hebat
53
Makin Lengket
54
Polosnya Si Gobed
55
Cengingiran
56
Ke Bukit Sodom Dan Hangatnya Tubuh Laila
57
Pagi Bahagia
58
Perkembangan Restoran
59
Dari Fortuner Ke Pajero 2024
60
Keluarga Laila Terkejut
61
Introgasi Malam Ayah Laila: Cinta vs Janji
62
Malam yang Tidak Tenang
63
Pagi yang Ceria dan Selipan Humor
64
Pipi yang Digosok Cemburu
65
Kembali Ke Rumah dan Video Call Penuh Hasrat
66
Kesempatan Emas Di Akhir Pekan
67
Beraksi
68
Makin Tegang
69
Malam Tak Terlupakan
70
Kebangkitan Pagi di Bawah Satu Selimut
71
Pertandingan Nafas Basi Dan Kepanikan Mereka Atas Kecerobohan Gobed
72
Pagi yang Panik: Petualangan Penuh Tawa dan Ketegangan
73
Pamit dengan Ciuman dan Canda - Menyambut Pulang
74
Pengakuan dan Ketegangan & Kisah Cinta dan Keluarga
75
Nanas dan Sprite - Percobaan Unik Menghadapi Kekhawatiran
76
Spaghetti, Canda, dan Kenangan Panik - Sebuah Malam Bersama
77
Perang Nafas di Pagi Hari - Romantis, Tapi Bau!
78
Cinta di Sekolah Baru - Gobed dan Laila Satu Sekolah Lagi
79
Malam Penuh Kejutan - Dari Game Board hingga Makanan Tak Terduga
80
Cinta di Tengah Cemburu dan Tawa
81
Rindu Masakan dan Kebahagiaan Keluarga
82
Kisah Cinta Laila dan Gobed - Di Antara Cinta dan Keluarga
83
Ciuman Terlarang di Perpustakaan
84
Ciuman di Alun-Alun
85
Kebangkitan Cinta
86
Petualangan di Pagi Hari
87
Sore Semakin Syahdu
88
Laila Menatapnya Penuh Minat
89
Ujian Cinta
90
Manja dalam Cinta
91
Laila dan Bahasa "Lu Gue"
92
Gobed Kebelet
93
Tepokan Gemas di Bokong Laila
94
Kembali ke Realitas
95
Video Jahil yang Menggemparkan
96
Cemburu Membara
97
Kecelakaan Pintu yang Bikin Malu
98
Gobed Mengajak Cipokan Laila
99
Godaan Nakal di Telinga Laila
100
Kenangan Manis
101
Percakapan Konyol di Malam Minggu
102
Bisik-Bisik di Sekolah
103
Malam yang Menegangkan
104
Pertengkaran Kecil di Pinggir Jalan
105
Kejutan Manis di Malam Hari
106
Serunya Main Sepeda Bersama
107
Pesona Leher Laila yang Menggoda
108
Malam yang Tak Terduga
109
Kejutan di Balik Harapan
110
Bab 110: Kejutan di Tengah Jalan
111
Bab 111: Petualangan Tak Terduga
112
Bab 112: Rencana Kecil yang Membesar
113
Bab 113: Ketegangan yang Tak Terduga
114
Bab 114: Berpikir di Antara Rasa
115
Bab 115: Sebuah Langkah Lebih Dekat
116
Bab 116: Keraguan dan Harapan Baru
117
Bab 117: Kejutan Tak Terduga
118
Bab 118: Keberanian Gobed
119
Bab 119: Hari Pertama Sebagai Pasangan
120
Bab 120: Rencana Penuh Kejutan
121
Bab 121: Pertemuan yang Tak Terduga
122
Bab 122: Pertemuan yang Membawa Kenangan
123
Bab 123: Janji di Tengah Malam
124
Bab 124: Ini Adalah Salah Satu Hari Terindah Dalam Hidupku
125
Bab 125: Percakapan dalam Diam
126
Bab 126: Harapan dan Tantangan di Depan Mata
127
Bab 127: Menghadapi Perubahan dan Rencana Besar
128
Bab 128: Lezatnya Dunia Ini
129
Bab 129: Langkah Baru Menuju Impian
130
Bab 130: Meraih Asa Baru
131
Bab 131: Dalang di Balik Badai
132
Bab 132: Carl Johnson dan Shotgun Misterius
133
Bab 133: Carl Johnson dan Aksi Kejar-kejaran di Jalanan
134
Bab 134: Carl Johnson, Buronan Impossible
135
Bab 135: Aksi Carl Johnson yang Tak Terhentikan
136
Bab 136: Penerbangan Terakhir
137
Bab 137: Persahabatan di Kalimantan
138
Bab 138: Uang Hasil Rampasan yang Memikat
139
Bab 139: Sifat Yang Sulit Hilang
140
Bab 140: Tertarik Mandau
141
Bab 141: Carl Johnson Melatih Mandau nya Lagi Agar Bisa Disuruh
142
Bab 142: Kejaran yang Tak Pernah Berakhir
143
Bab 143: Polisi Jengkel!
144
Bab 144: Carl Johnson dan Pijatan Tak Terduga
145
Bab 145: Carl Johnson Menjadi Rambo
146
Bab 146: Taktik Brutal Carl Johnson
147
Bab 147: Kejutan Kedua
148
Bab 148: "Kejar-Kejaran Lautan"
149
Bab 149: "Menembus Batas Lautan"
150
Bab 150: "Sang Arsenal Hidup"
151
Bab 151: "Tantangan Terbesar Carl Johnson"
152
Bab 152: "Pelarian Malam Carl Johnson"
153
Bab 153: "Dendam Manis Carl Johnson"
154
Bab 154: "Amarah Kepala Kapolres"
155
Bab 155: "Carl Johnson dan Aksi Nekatnya di Markas Militer"
156
Bab 156: Kekacauan di SMK
157
Bab 157: "Petualangan Tak Terduga di Rumah Kosong"
158
Bab 158: Polwan-Polwan Dalam Ketegangan
159
Bab 159: Kisruh di Asrama Putri
160
Bab 160: Mencari Jati Diri
161
Bab 161: Carl Johnson yang Tak Terhentikan
162
Bab 162: Tak Terhentikan
163
Bab 163: Uang yang Hilang Secara Misterius
164
Bab 164: Carl Johnson Menghadapi Pengepungan
165
Bab 165: Kejaran Tanpa Harapan
166
Bab 166: Ketertarikan di Tengah Toko Roti
167
Bab 167: Tersekat dalam Oven
168
Bab 168: Gadis Berpaha Putih Mulus Dan Seksi Membuat Carl Johnson Tak Tahan
169
Bab 169: "Murka Sang Bapak"
170
Bab 170: "Mengejar Kebebasan"
171
Bab 171: Deru Adrenalin
172
Bab 172: "Rampok ATM Mandiri"
173
Bab 173: "Perang Besar di Tengah Kota"
174
Bab 174: Gadis Di Ranjang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!