Fang Wei dan Ming Xiao segera saja ingin masuk kedalam sekte Cahaya Api Ilahi tersebut. Fang Wei bingung darimana mereka akan masuk, sedangkan tempat tersebut dikelilingi oleh lima gunung yang kakinya saling bersentuhan dan menyatu.
"Guru... darimana kita akan masuk...?"Tanya Fang Wei mengutarakan kebingungan yang ada dibenak nya.
"Maka dari itu kau harus siap-siap."Jawab Ming Xiao yang malah meminta dirinya untuk bersiap-siap.
"Maksud gu-..."Belum sempat Fang Wei bertanya lagi, tangan Ming Xiao sudah menyentuh kerah baju bagian belakang kepala Fang Wei.
Ming Xiao segera terbang setelah memegang erat kerah baju Fang Wei. Fang Wei yang tidak siap akan hal tersebut hanya bisa menjerit histeris tanpa ada perlawanan.
"Aaaahhh... Guruuu..."Teriak Fang Wei histeris.
"Hahahaha..."Ming Xiao yang mendengar teriakkan Gang Wei hanya tertawa gembira. Ia entah bagaimana sangat senang mendengar teriakkan murid nya itu.
Syuuuh...
Tap...
Akhirnya setelah beberapa helaan nafas, sampailah Fang Wei dan Ming Xiao di tanah tepat di sebuah lapangan yang dikelilingi oleh gunung yang tinggi. Di lapangan tersebut tampak ribuan manusia yang umurnya mulai dari tujuh tahun sampai tujuh belas tahun.
"Uhuk... uhuk... uhuk..."Fang Wei yang baru saja lepas dari genggaman tangan Ming Xiao segera saja terbatuk-batuk akibat angin kencang imbas dari kecepatan terbang Ming Xiao.
"Gu... ru... kauu...!"Ucap Fang Wei sambil menoleh kearah gurunya berada. Ia sungguh tersiksa akibat tak bisa bernafas waktu terbang bersama Ming Xiao.
Tetapi yang ia lihat sungguh mengecewakannya, karena yang ia lihat justru Ming Xiao yang sedang lari terbirit-birit. Segera saja Fang Wei mengejar Ming Xiao yang lari tersebut.
"Guruuu... mau kemana kau...?"Teriak Fang Wei bertanya pada Ming Xiao yang sudah berlari tadi.
"Bahaya...!" Batin Ming Xiao bergidik ketakutan.
Mereka terus berlari hingga sampai kesebuah bangunan bernuansa kuno. "Kau tidak bisa berlari lagi, guru...!"Ucap Fang Wei menghentikan laju larinya.
"I-iya... Wei'er..."Jawab Ming Xiao tergagap gagap.
Fang Wei tersenyum kemenangan. Ia berjalan maju mendekati Ming Xiao. Ming Xiao yang melihat hal itu hanya bisa pasrah tanpa bisa melawan.
"Kenapa kalian-..."Seorang wanita cantik dengan rambut serta matanya berwarna hitam datang bertanya, tetapi pertanyaan terhenti ketika ia melihat Ming Xiao yang sedang bergidik ketakutan tersebut.
"Xiao`gege...? Apakah itu kau, Xiao`gege...?"Wanita itu bertanya sambil mendekati Ming Xiao yang sedang menggaruk pelan pipinya.
"I-iya... Yun`er. Apa kabar...?"Jawab Ming Xiao yang merasa ini adalah cara mengaburkan diri dari Fang Wei.
"Xiao`gege..."Teriak Wanita itu yang ternyata adalah Zhang Yun, istrinya Ming Xiao. Zhang Yun terus mendekat lalu memeluk erat tubuh Ming Xiao.
Ming Xiao yang dihadapkan oleh hal itu hanya tersenyum sambil membalas pelukan dari Zhang Yun.
"Ehem... kalian jika ingin bermesraan jangan disini. Kalian sama sekali tak menganggap ku ada. Dan juga kalian bersikap begitu didepan anak kecil... ckckck...!"Ucap Fang Wei dengan diselingi oleh suara batuk yang ia buat buat.
"Hehe... maaf Wei`er."Jawab Ming Xiao sambil melepas pelukan dari Zhang Yun.
"Eh... adik kecil ini... siapa...?"Tanya Zhang Yun setengah penasaran.
"Oh, iya ini adalah calon murid ku. Namanya Fang Wei."Jawab Ming Xiao sambil menoleh kearah Fang Wei. "Akhirnya aku lepas juga..." Batinnya bersyukur karena akhirnya ia terlepas dari genggaman tangan Fang Wei.
"Dan... ini adalah istriku... Zhang Yun. Cantik bukan...?"Ucap Ming Xiao mengenalkan istrinya diselingi dengan pertanyaan aneh dari mulutnya.
Fang Wei hanya menganggukkan kepalanya lalu ia memandang kearah Zhang Yun. "Metode pembalasan dendam terbaru... h?Hihihi..." Batinnya sambil tersenyum sinis.
"Salam pada bibi guru..."Salam Fang Wei yang diselingi dengan membungkukkan tubuhnya.
"Jangan terlalu formal."Perintah Zhang Yun setelah menerima penghormatan dari Fang Wei.
"Bibi guru, kau ingin tahu sebuah rahasia dari guru, tidak...?"Tanya Fang Wei yang membuat kerutan di tengah alis Zhang Yun terlihat.
"Apa itu, Wei'er...?"Yang Zhang Yun penasaran akan hal yang ingin diceritakan oleh Fang Wei.
Ming Xiao yang dari tadi mendengar percakapan tersebut, langsung saja paham akan hal yang akan terjadi. Tetapi ia juga sudah memiliki persiapan.
"Kau tahu bibi, empat hari yang lalu kami datang kesebuah rumah makan. Itu memang wajar, bibi. Tetapi, yang mengherankan guru malah memesan arak lalu mabuk-mabukan." Bisik Fang Wei menjelaskan sesuatu yang ingin ia ceritakan. Walaupun cerita tersebut benar adanya, tetapi Fang Wei juga menambahkan butir-butir bubuk kebencian pada setiap katanya."Bahkan dirinya menggoda pelayan disana."Lanjut Fang Wei berbohong.
Zhang Yun hanya tersenyum sinis. Terlihat ada kerutan di dahinya, tanda ia sangatlah marah. "Benarkah, Wei`er...? Sepertinya nanti malam akan ada permainan seru lagi...!"
Ming Xiao yang tidak mengira persiapan nya salah dengan yang terjadi hanya pasrah akan keadaan. Ming Xiao lalu berkata. "I-itu... Yun`er... tolong mengertilah... aku... aku..."Ucap Ming Xiao tergagap gagap.
***
Setelah berbicara beberapa saat dengan Zhang Yun, Fang Wei dan Ming Xiao pun pergi menuju lapangan tempat penerimaan murid.
Terlihat Lapangan penerimaan murid berbeda dari sebelumnya. Sebelumnya tidak ada sebuah panggung dan sekarang terlihat sebuah panggung dengan tiga orang lelaki dengan aura yang kuat serta menindas. Mereka adalah tiga Tetua dari tiga puncak. Yang di tengah bernama Qin Lang dari Gunung Kedua, ia adalah Tetua Pertama.
Lalu yang di samping kanan ia adalah Wang Li, Tetua kedua dan dari gunung yang kedua. Sama seperti yang Ming Xiao bilang, ada beberapa tetua yang mendiami satu puncak yang sama, sama seperti Patriarch dan Tetua Kedua. Dan terakhir, yang berada di samping kiri, ia adalah Shan Dian, Tetua Ke-lima yang ahli dalam ilmu alkemis tingkat tinggi. Ia dari gunung nomor Lima.
"... Penerimaan murid kali ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu Pertama Pengecekan kualitas Pondasi Kultivasi. Kedua Berburu Hewan Buas. Dan ketiga Bertarung. Apakah kalian mengerti...?"Jelas Tetua Qin Lang yang berada ditengah panjang-lebar.
"Bagi yang terluka, sekte akan bertanggung jawab, tetapi jika yang mati... jangan harap Sekte Cahaya Api Ilahi bertanggung jawab, jadi jangan berusaha saling membunuh." Lanjut Tetua Shan Dian dengan dingin. Memang benar, Tetua Shan Dian merupakan orang yang memiliki karakteristik dingin, jadi wajar saja ia sangat dingin sedingin es.
Semua yang ada di lapangan terkejut bukan main. Mereka semua terkejut dikarenakan, biasanya Kultivator Aliran Putih akan sangat peduli pada sesama. Tetapi yang baru mereka dengar,sangat jauh dari kata 'Peduli'.
"Guru... apakah kalian memang dari aliran putih...?"Tanya Fang Wei lirih. Ia juga tentu terkejut mendengar bahwa sekte tidak akan bertanggung jawab jika ada yang mati. Jadi, secara tidak langsung sekte memperbolehkan untuk adanya pembunuhan, tetapi mereka tidak akan bertanggung jawab
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Soitz Anakrantau
knp sang guru takut KPD murid nya,sungguh gak logis,aneh
2025-04-11
0
Nanik S
Lanjutkan
2025-04-16
0
Dedden Mardjan Jr.
karakter murid terhadap guru kurang bagus...dirubuh agak formal murid gurux 👍🏻😅
2022-05-22
0