Janji Untuk Senja
Hidup terlalu sulit bagi orang-orang yang kurang bersyukur dengan nikmat yang Tuhan berikan. sebagai manusia selalu merasa kurang dengan apa yang dia miliki. hingga mereka lupa masih banyak orang di luaran sana yang penuh dengan kekurangan tapi hatinya penuh dengan rasa syukur pada Tuhan
Begitupun dengan seorang gadis yang hidup pas-pasan di sebuah desa pinggiran kota dekat pantai. Ayahnya hanya seorang nelayan sedangkan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga biasa, yang sudah sakit-sakitan karena penyakit diabetes yang di deritanya lima tahun yang lalu.
Senja Rianti.. Adalah anak pertama dari pasangan Daryo dan Sumya. dia memiliki adik perempuan bernama Laras yang masih sekolah kelas dua SMA, sedangkan Senja dia sudah lulus satu tahun yang lalu dan tidak melanjutkan sekolahnya ke bangku kuliah. Gadis yang saat ini berusia sembilan belas tahun itu memilih untuk bekerja di sebuah kedai Coffee shop di pinggir pantai, demi untuk membantu perekonomian keluarganya.
Gaji di Coffee shop itu tidak terlalu besar, namun sulitnya mencari pekerjaan membuat Senja tetap bertahan bekerja di Coffee shop itu. rasa syukur yang selalu membuat gadis itu tidak pernah mengeluh dengan jalan hidupnya yang serba pas-pasan itu.
Saat ini Senja tengah bekerja. hari ini adalah hari weekend jadi pengunjung Caffe itu lebih ramai dari hari biasanya. Senja yang bekerja sebagai waiters harus lebih extra lagi melayani pengunjung yang terus berdatangan, suasana pantai yang indah dan masih tampak asri itu membuat para pengunjung terus berdatangan untuk sekedar berlibur.
Jam kerja di Caffe itu di bagi menjadi dua Shift. Shift satu bekerja di mulai dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore dan shift dua mulai bekerja dari jam 2 siang sampai jam 10 malam. di Caffe itu memiliki satu orang Leader untuk memantau mereka bekerja, jam kerja seorang Leader di mulai dari jam 10 pagi sampai selesai.
"Senja"
Senja menoleh, dia berjalan kearah Aryo dengan cepat. "Iya ka. ada apa? "
"Itu di meja outdoor nomor sembilan, ada pengunjung baru datang kayanya dia mau mesen" Aryo menunjuk kearah luar yang langsung di angguki oleh Senja.
"Baik Ka. senja ambil buku menu dulu" gadis itu langsung pergi, mengambil buku menu di meja dekat kasir.
Aryo adalah Leader di Caffe itu. laki-laki muda yang baru berusia dua puluh tiga tahun itu sangat di kagumi oleh karyawan perempuan di sana. sikapnya yang baik dan tegas itu membuat dia mudah di sukai oleh para karyawan laki-laki maupun perempuan. apalagi pada karyawan wanita, laki-laki itu selalu bersikap lembut.
"Permisi mas mbak, mau pesan apa? " Senja meletakkan buku menu itu dengan sopan di atas meja. saat ini dia sudah ada di meja outdoor nomor sembilan.
Coffee shop itu menghadap langsung kearah pantai hingga memanjakan mata para pengunjung dengan keindahan pantai itu.
"Emm.. Saya mau pesan ini dong mbak, sama ini" perempuan itu menatap laki-laki yang duduk di hadapannya. "Kamu mau pesan apa? " ucap perempuan itu dengan lembut.
Sungguh suaranya seindah wajahnya. itu yang ada di fikiran Senja saat ini, menatap kagum wajah cantik perempuan itu. sangat serasi dengan laki-laki tampan yang duduk di hadapannya.
"Aku pesan Eclair sama espresso saja" ucap laki-laki itu.
Pesanan yang cukup baik. rasa manis dari kue bisa menyeimbangi rasa pahit dari kopinya.
"Apa ada lagi? " ucap senja setelah mencatat semua pesanan dua orang itu.
Setelah mendapatkan gelengan kepala dari sang wanita, Senja langsung pergi dengan sopan meninggalkan pasangan cantik dan tampan itu.
"Kamu kenapa sih Ren? " ucap perempuan itu pada laki-laki yang duduk di hadapannya.
Laki-laki bernama Darren itu menghela nafas dengan berat. "Menurutmu apalagi yang membuat mood ku hancur seperti ini"
"Papah mu lagi? "
Darren mengangguk. dia menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi dengan melipat tangannya. "Dia mulai memaksa ku lagi untuk masuk ke dunia politik, mengikuti jejaknya dan ka Damar"
Ya.. orang tua Darren adalah salah satu politisi yang memimpin salah satu partai. dia anak kedua dari tiga bersaudara, kakanya sudah menikah dan mengikuti jejak papahnya dan menjadi seorang walikota di kota itu, dan adik perempuan nya masih kuliah.
Usia Darren saat ini sudah menginjak dua puluh delapan tahun. itu sebabnya papahnya semakin mendesaknya untuk masuk kedunia politik karena usianya sudah cukup matang. Darren sama sekali tidak tertarik dengan dunia itu, dia lebih senang berdiri menjadi seorang pembisnis, seperti saat ini dia tengah merencanakan untuk membangun sebuah penginapan di dekat Coffee shop itu. bukan papahnya tidak mendukung Darren dalam hal bisnis hanya saja menurut papahnya jika bisa melakukan keduanya kenapa harus memilih salah satu.
Sungguh manusia itu sangat serakah dengan kepuasan bukan.
"Aku juga bingung kenapa kau tidak tertarik dengan dunia politik, padahal hampir seluruh keluargamu terjun ke dunia itu"
Darren menatap Luna dengan lekat, wanita yang sudah menjadi temannya sejak mereka duduk di bangku SMK. "Kau tentu tau bagaimana sikapku! jika aku sudah tertarik dengan sesuatu maka aku akan menjalaninya dengan serius dan tidak akan mudah goyah dengan hal lain" Darren melipat tangannya di atas meja. "Apalagi aku sama sekali tidak tertarik dengan dunia politik, itu hanya akan membuang-buang waktuku saja"
Luna tau itu. Darren selalu konsisten dengan keputusan dan keinginannya sejak dulu. Luna masih ingat dengan jelas saat awal mula mereka dekat, Darren adalah kakak kelasnya dan Luna adalah anak pindahan di sekolah itu. awal-awal dia menjadi murid baru di sekolah itu Luna selalu di bully dengan teman perempuan di kelasnya. tentu saja karena Luna sangat cantik hingga menarik perhatian para laki-laki di kelas itu, dan sekelompok murid perempuan di kelasnya merasa tidak suka karena merasa tersaingi. Hari-hari Luna sangat berat karena selalu di bully oleh mereka, hingga akhirnya Darren yang melihat pembullyan itu datang menolong Luna.
Entah apa yang Darren lakukan pada mereka, semenjak kejadian itu mereka tidak pernah lagi membully Luna, mereka juga selalu ketakutan setiap kali melihat Darren. Sejak saat itu hubungan Luna dan Darren menjadi dekat sampai saat ini.
Kenapa Luna bisa yakin dengan kekonsistenan Darren dalam mengambil keputusan dan keinginannya. karena saat kuliah dulu Luna pernah dua kali menyatakan perasaannya pada Darren, dan laki-laki itu masih konsisten dengan penolakannya yang hanya menganggap Luna sebagai teman. untung saja hubungan mereka masih baik-baik saja sampai sekarang meski sempat ada kecanggungan dulu saat cintanya di tolak oleh Darren.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments