Bab 16

Mobil Darren sudah masuk ke area parkiran rumah sakit, Senja berpikir Darren hanya akan mengantarnya sampai depan rumah sakit saja tepi ternyata laki-laki itu berniat untuk ikut dengan senja sampai dalam, karena Darren bilang dia ingin menjenguk ibunya Senja juga.

Mereka keluar dari dalam mobil dan masuk kedalam rumah sakit itu. "Siapa yang menjaga ibumu saat kau pergi tadi? " ucap Darren, kini mereka sudah berada di dalam lift.

"Ada ayah dan adik saya pak"

Darren mengangguk, hingga pintu lift sudah terbuka di lantai tiga, mereka keluar dan berjalan menuju ruangan kamar inap dimana ibu Senja berada.

Baru saja Senja ingin membuka pintu kamar suara Laras yang baru saja keluar dari ruangan dokter membuat senja mengurungkan niatnya, Senja Dan Darren menghampiri Laras yang masih berdiri di depan ruangan dokter. "Kenapa Dek? "

Bukannya menjawab pertanyaan Senja Laras malah menatap Darren, merasa bingung karena kakanya tiba-tiba saja membawa laki-laki tampan. "Siapa ka? pacarnya ka Senja? " ucap Laras sedikit berbisik di telinga Senja namun masih bisa di dengar oleh Darren meskipun samar-samar.

"Huss jangan mikir aneh-aneh" Senja melirik kearah Darren sekilas lalu kembali menatap Laras. "Ini bos kakak namanya pak Darren, dia mau jenguk ibu"

Laras mengangguk-nganggukan kepala nya sambil ber oh ria. Darren hanya tersenyum pada Laras, dia tidak perlu memperkenalkan diri lagi karena Senja sudah memberi taunya.

"Oh ya, ada apa? kenapa kamu keluar Dari ruangan dokter" ucap Senja, kini raut wajahnya menjadi lebih serius.

Laras pun sama raut wajahnya berubah menjadi sendu. "Ini ka tadi dokter bilang, dokter sudah memeriksa kondisi keseluruhan ibu tapi karena aku tidak tau harus bagaimana jadi aku meminta dokter untuk menjelaskan nya pada ka Senja saja" Tadi saat Laras masuk keruangan dokter dan dokter ingin menjelaskan kondisi ibu, Laras meminta dokter untuk menunggu Senja saja, karena jujur saja Laras takut jika harus mendengar kondisi ibunya sendirian, dia lebih memilih mendengar kondisi ibu dari Senja nanti.

"Memang ayah di mana? " Senja bingung kenapa bukan ayahnya yang masuk keruangan dokter.

"Ayah di bawah lagi makan ka, kasian wajahnya pucat aku takut ayan nanti malah ikut sakit"

Senja mengangguk, Senja tau dari semalam ayahnya belum tidur karena menjaga ibu, bahkan sampai tadi pagi ibu di bawah kerumah sakit pun ayah belum tidur. "Ya sudah biar kakak sekarang temui dokternya, kamu jaga ibu saja" Senja melirik kearah Darren yang berdiri di sampingnya. "Bapak bisa ikut dengan adik saya dulu jika ingin menjenguk ibu, nanti saya menyusul"

"Tidak Senja, biar saya temani kamu menemui dokter" Jawab Darren dengan santai tapi berhasil membuat Senja dan Laras melongo.

"Bapak mau ikut saya bertemu dokter? "

Darren mengangguk. "Suruh adikmu cepat masuk, bukankah ibu mu sendirian"

Benar kata Darren ibunya sendirian di kamar inap, tidak ingin mengulur waktu Senja menyuruh Laras untuk segera pergi menemani ibu, dan mereka masuk kedalam ruangan dokter.

Senja dan Darren sudah duduk menghadap dokter yang sudah memeriksa kondisi ibu, ada rasa takut di hati Senja namun dia mencoba untuk tenang.

Darren yang menyadari hal itu pun membisikkan sesuatu di telinga Senja. "Tarik nafas Senja, kau harus yakin ibumu baik-baik saja"

Senja tersenyum sambil mengikuti perkataan Darren sebelum akhirnya mereka mendengarkan penjelasan dokter.

"Penyakit diabetes yang di derita ibu sumyah sudah komplikasi, saya sudah melakukan pemeriksaan secara menyeluruh dan ini hasil CT scan jantung nya" Dokter menyodorkan hasil scan jantung ibu Sumyah dan mulai menjelaskan apa yang terjadi. "Ibu Sumyah harus melakukan pemasangan ring pada jantungnya karena terdapat penyumbatan di sini" dokter itu menunjuk pada bagian jantung ibu yang bermasalah.

Wajah Senja menjadi pias mendengar penjelasan dokter. "Apa___apa pemasangan ring jantung aman untuk kondisi ibu saya saat ini dok" suara Senja terdengar sedikit serak, entah kenapa tenggorokan nya terasa tercekat setelah mendengar penjelasan dokter tadi.

"Saya bisa menjamin pemasangan ring jantung ini aman untuk ibu Sumyah jika gula darahnya sudah stabil" ucap dokter itu.

Senja melirik wajah Darren dengan sedikit tersenyum, dia merasa cukup lega mendengar penjelasan dokter, namu dokter itu berucap kembali. "Hanya saja bukan hanya jantung ibu Sumyah yang bermasalah tapi juga pada ginjalnya"

Mendengar ucapan dokter itu membuat wajah Senja menjadi pias kembali, baru saja dia merasa lega tapi sekarang sudah di hempaskan kembali oleh kenyataan pahit.

"Maksudnya bagaimana dok? " kali ini bukan Senja yang berucap tapi Darren.

"Akibat gula darah yang tinggi penyakit diabetes yang di derita ibu Sumyah sudah komplikasi, penyakit itu bukan hanya sudah menjalar pada jantung tapi juga pada ginjalnya, Sebelum kami melakukan pasang ring pada jantung kami harus melakukan tindakan dulu pada ginjalnya agar tidak terlalu beresiko"

"Jadi apa tindakan medis selanjutnya? " Senja membiarkan Darren yang berbicara karena dia sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk sekedar berucap.

"Kami harus melakukan cuci darah terlebih dulu untuk membersihkan ginjalnya, setelah kondisi ibu Sumyah cukup kuat maka kami baru akan melakukan pemasangan ring pada jantung nya"

Darren dan Senja saling menatap, jujur ini pertama kalinya Darren melihat wajah Senja yang seperti itu dan entah mengapa Darren merasa kasihan.

Senja menghembuskan Nafas dengan berat, jujur ia takut jika ibu harus melakukan cuci darah. apa ibu akan kuat?. "Bagaimana jika tidak melakukan cuci darah dok? "

Dokter tersenyum mendengar ucapan Senja, memang masih banyak orang-orang yang masih takut melakukan cuci darah apalagi orang-orang yang hanya mendengarkan cerita dari orang lain. "Jika tidak melakukan cuci darah maka pemasangan ring jantung akan sangat beresiko, dan kami tidak bersedia untuk melakukan nya"

Bagai di sambar petir hati Senja sangat hancur mendengar penjelasan dokter, ternyata penyakit diabetes ibu sudah separah itu. senja tidak menyangka penyakit itu sangat menakutkan padahal selama ini ibu terlihat baik-baik saja.

"Saya akan kompromi dulu dengan ayah dan adik saya dok" Senja tidak bisa mengambil keputusan ini sendiri, dia harus meminta persetujuan ayah dan Laras.

Senja keluar dari ruangan dokter itu dengan langkah gontai, hatinya sangat hancur dan takut menerima kenyataan ini. Senja duduk di kursi tunggu yang ada di depan kamar inap ibunya, dia bahkan tidak sadar masih ada Darren di samping nya jika saja laki-laki itu tidak mengusap pundak Senja. Senja menatap Darren dengan wajah Sendu dia ingin sekali menangis saat ini.

"Menangislah jika kau ingin menangis" ucap Darren pelan, karena dia tau sejak di ruangan dokter tadi Senja sudah menahan air matanya untuk tidak menangis. "Tidak apa-apa Senja"

Seperti sebuah sihir air mata yang sudah Senja tahan sedari tadi keluar begitu saja, hati Senja terasa sesak. tangis Senja semakin pecah ketika Darren mengusap punggungnya. untuk saat ini dia tidak peduli menangis di depan bosnya, dia ingin meluapkan rasa sesak yang dari tadi sudah mendera di dadanya.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!