Satu minggu sudah berlalu pembangunan Resort Darren juga sudah berjalan, urusan dengan pemilik Coffee shop juga sudah selesai. awalnya Darren tidak berniat untuk membeli Caffe itu tapi jika di pikir-pikir kembali akan lebih menguntungkan Resort nya jika dia membeli Caffe itu. awalnya juga pemilik Caffe tidak mau menjual Coffee shop itu, namun saat Darren menawarkan harga dua kali lipat untuk membeli Caffe itu, sang pemilik Caffe langsung menyetujuinya tanpa ber pikir-pikir kembali.
Semenjak urusan jual beli Caffe itu selesai Darren belum menginjak kakinya lagi ke Caffe itu, dia harus pergi kerumah orang tuanya karena mamahnya menelpon waktu itu menyuruhnya untuk pulang.
Hari ini dia akan pergi ke tempat pembangunan Resort sekaligus melihat perkembangan Caffe yang baru saja dia beli, sekalian memperkenalkan diri pada para karyawan di sana walaupun Darren yakin para karyawan di sana sudah tau jika pemilik Caffe itu adalah dia, Darren Hartono.
Darren keluar dari mobilnya saat ini dia sudah berada di depan butik Luna untuk menghadiri pembukaan butik tersebut walaupun sebenarnya dia sudah terlambat, Darren berjalan membuka pintu kaca transparan di depannya.
"Darren.. kenapa kamu baru datang" Luna berucap ketika melihat Darren baru saja masuk.
Darren melangkah mendekati Luna, dengan raut wajah bersalah dia berucap. "Sorry Lun aku bangun kesiangan karena bergadang tadi malam"
Luna yang tidak ingin membuat Darren merasa tidak enak pun menarik lengan laki-laki itu untuk duduk di sofa. "It's okay, lagipula ini hanya acara kecil-kecilan" ucapnya yang kini sudah membawa Darren duduk di atas sofa.
Butik Luna sudah memiliki nama yang cukup di kenal di kota, itu sebabnya dia membuka cabang di sana karena para mengunjung di sana bukan hanya turis lokal tapi juga banyak turis luar yang berlibur. Luna ingin mengembangkan butik nya agar tidak hanya di kenal oleh turis lokal saja. itu salah satu alasan Luna membuka cabang butik nya di sana, tentu saja alasan utamanya karena dia tidak ingin jauh dari Darren.
"Apa Rio sudah kesini? " ucap Darren.
Luna mengangguk, dia mendekatkan botol minum kemasan yang baru saja di bawa karyawan nya ke arah Darren. "Sudah... tapi jam sebelas tadi dia sudah pergi, katanya ingin mengecek pembangunan Resort mu"
"Aku juga tidak bisa lama-lama, karena harus kesana juga"
Luna menghela nafas, dia sebenarnya masih ingin bersama Darren karena beberapa hari tidak bertemu laki-laki itu membuat dia merindukan nya. tapi mau bagaimana lagi jika dia memaksa Darren untuk tetap di situ meski sebentar saja, Darren pasti tidak akan suka karena laki-laki itu tidak bisa di paksa.
Luna menatap mobil Darren yang sudah melaju meninggalkan butik nya, jarak dari butik ke tempat pembangunan Resort sebenarnya tidak jauh hanya memerlukan waktu sepuluh menit saja jika memakai kendaraan. Luna menghembuskan nafas dengan berat sebenarnya dia ingin ikut dengan Darren ke tempat pembangunan Resort, tapi karena hari ini adalah hari pertama butik nya di buka Luna tidak bisa meninggalkan nya begitu saja, mungkin besok dia akan datang ke tempat pembangunan Resort Darren sekalian dia ingin mengajak laki-laki itu untuk makan siang bersama.
******
"Selamat datang di Sunset Caffe pak Darren, kami sangat senang dan antusias menyambut kedatangan anda" ucap pak wiyon saat Darren masuk kedalam Caffe itu, pak wiyon sengaja mengumpulkan para karyawan untuk menyambut kedatangan Darren karena kebetulan Caffe itu juga sedang tidak terlalu ramai.
"Saya juga senang bisa bergabung di Sunset Caffe" ucap Darren sambil tersenyum. "Sebagai pemilik baru di Caffe ini saya harap kalian bisa bekerja sama dengan saya dengan baik" lanjutnya.
Para karyawan di sana mengangguk dengan tersenyum sopan, mereka senang sepertinya Bos barunya cukup ramah dan baik, merka sudah beberapa kali melihat Darren di berita sebagai keluarga Hartono, sifatnya terlihat dingin dan angkuh, saat mengetahui Caffe itu di beli oleh Darren Hartono para karyawan di situ sempat was-was, tapi ternyata sifat laki-laki itu tidak terlalu buruk seperti yang di tampilkan di berita, Darren cukup ramah meski sangat minim ekspresi.
Pak wiyon mempersilahkan para karyawan di sana untuk memperkenalkan diri pada Darren, hingga satu persatu karyawan itu mulai memperkenalkan dirinya masing-masing, Darren menatap gadis yang tadi paling terakhir memperkenalkan diri, gadis yang saat itu sudah menolong nya mengambil ponselnya yang jatuh kedalam kolam ikan. nama gadis itu adalah Senja, gadis mungil dengan rambut di gelung ke atas juga ada poni tipis yang menutupi dahinya, cukup manis dengan lesung di pipi kirinya meski tidak terlalu putih tapi kulit gadis itu terlihat bersih.
"Ruangan bapak ada di lantai dua, apa bapak mau melihatnya? "
Suara pak wiyon yang berucap membuat Darren mengalihkan pandangannya dari Senja. "Boleh.. sekalian saya mau istirahat sebentar"
Pak wiyon mempersilahkan Darren untuk berjalan mengikutinya, dia ingin mengantarkan langsung Bos barunya ke atas.
Setelah kepergian bos baru itu Senja dan teman-temannya kembali bekerja, karena hari ini tidak terlalu ramai pengunjung mereka bisa sedikit bersantai. Senja berdiri di samping meja kasih untuk melihat apakah ada pelanggan yang datang atau tidak, karena dari tempat itu ia bisa melihat leluasa pelanggan yang datang maupun yang keluar.
Darren menatap sekeliling ruangan yang tidak terlalu besar itu, di dalam ruangan itu hanya ada sofa yang ukurannya tidak terlalu besar, sebuah rak kecil dan juga meja kerja. tidak ada yang mewah di dalam ruangan itu, sepertinya dia harus mengganti semua barang-barang itu agar terasa lebih nyaman, karena sebelum Resort nya selesai ruangan itu akan menjadi ruangan kerja Darren.
Darren berjalan kearah jendela yang langsung memperlihatkan keindahan pantai, setidaknya ruangan ini memiliki view yang indah untuk membuatnya tidak merasa suntuk selama berada di ruangan kecil ini.
"Tolong ganti semua furnitur di ruanga ini, aku ingin ruangan ini lebih nyaman untuk ku" Darren menunjuk kearah sofa. "Ganti sofa itu dengan sofa bad" lanjutnya.
Pak wiyon mengangguk, mengerti dengan ucapan Darren. "Baik Pak... apa masih ada lagi pak? "
"Tidak ada" jawab Darren singkat.
"Kalau begitu saya permisi keluar dulu pak"
Darren mengangguk mempersilahkan pak Wiyon untuk keluar, tapi baru beberapa langkah pak Wiyon berjalan Darren berucap kembali. "Tolong bawakan saya espresso" Matanya terasa berat, dia butuh kopi pahit untuk menyegarkan kembali matanya.
Pak Wiyon mengangguk dengan sopan. "Baik Pak" ucapnya, setelah itu dia keluar dari ruangan itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments