Bab 18

"Pak Darren"

Sura itu menghentikan langkah Darren yang ingin kembali ke ruangannya, langkahnya terhenti ketika dia sudah hampir menaiki anak tangga. Darren menoleh pada Senja yang datang menghampirinya.

"Maaf Pak mengganggu waktu bapak" ucapnya lagi ketika sudah berdiri di hadapan Darren.

"Tidak apa-apa. ada apa Senja? "

Sebenarnya Senja sedikit malu membahas masalah ini, tapi bagaimanapun dia tetap harus mengucapkan terimakasih pada Darren. "Ini soal uang yang bapak berikan pada ayah saya". Senja menghentikan ucapannya sejenak, dia menatap Darren yang sepertinya tengah menunggu dia berucap kembali.

"Saya ingin mengucapkan terimakasih banyak pak, terimakasih sudah membantu keluarga saya" Sebenarnya ada begitu banyak yang ingin Senja ucapkan pada Darren sebagai ucapan terimakasih, tapi entah kenapa saat sudah berhadapan dengan bosnya itu tiba-tiba saja kata-kata yang sudah ia susun hilang begitu saja dari kepalanya.

Darren tersenyum, sebenarnya dia sudah tau apa alasan gadis itu memanggilnya tadi. apalagi jika bukan untuk mengucapkan Terimakasih, meski bagi Darren sebenarnya uang itu tidak seberapa tapi mungkin bagi orang yang membutuhkan uang itu sangat berarti. "Sama-sama Senja, saya Senang bisa membantu kamu"

Darren menatap Senja dengan lekat, entah kenapa hatinya merasa senang bertemu dengan gadis itu dan mengobrol secara langsung. "Bagaimana dengan kondisi ibu mu? "

Senja yang tadi sempat salah tingkah karena di tatap oleh Darren mendongakkan kepalanya, menatap wajah laki-laki yang tingginya lebih dari 180cm itu. "Alhamdulillah kondisi ibu saya membaik pak, kebetulan cuci darahnya bisa dilakukan besok"

"Oh jadi kalian sudah memutuskan untuk melakukan cuci darah? " ucap Darren yang mendapatkan anggukan dari Senja. "Baguslah jika kalian sudah memutuskan, saya do'akan semoga ibumu cepat sembuh"

"Terimakasih banyak pak atas do'a nya, kalau begitu saya pamit dulu mau kedepan lagi" keadaan Caffe itu memang sangat ramai, jadi Senja tidak bisa meninggalkan pekerjaannya lama-lama.

Darren mengangguk, mengiyakan ucapan Senja. "Senja" ucap Darren kembali ketika senja sudah beberapa langkah meninggalkan nya.

Senja menoleh kembali ke arah Darren. "Iya Pak? "

"Emmm.... jika kau butuh sesuatu, jangan sungkan untuk meminta bantuan pada saya"

Senja tersenyum dia tidak menyangka bosnya akan berucap seperti itu, dia sangat senang karena di kelilingi orang-orang yang baik di Caffe ini. "Baik Pak, terimakasih"

*****

Di sebuah lestoran mewah Luna sudah duduk di salah satu ruangan privasi bersama Rio, sudah hampir satu jam mereka menunggu Darren yang belum juga datang. makanan di piring Luna belum di sentuh sama sekali olehnya, sudah beberapa kali dia mengirim pesan pada Darren tapi tidak ada balasan juga dari lelaki itu, bahkan telponnya pun tidak di angkat.

"Makanlah, tidak perlu menunggu Darren nanti juga dia akan datang" ucap Rio yang sudah menghabiskan makanan di piringnya.

Luna menatap Rio dengan wajah kesal, sedari tadi laki-laki itu terus mengoceh Darren akan datang, tapi kenyataannya sampai saat ini Darren belum juga datang. "Bagaimana mungkin dia melupakan hari sepesial bagi ku"

Rio menatap wajah Luna. terlihat sekali gadis itu tengah kecewa saat ini. "Dia tidak akan lupa, kau tentu tau selama bertahun-tahun berteman dengannya dia tidak pernah lupa hari ulang tahun mu"

Luna hanya tersenyum getir mendengar ucapan Rio. ya.. Darren memang tidak pernah lupa dengan hari ulang tahunnya, tapi dia tidak pernah menjadi prioritas yang sepesial bagi Darren. hari ulang tahunnya adalah kemarin dan Darren baru mengucapkannya tadi pagi lewat pesan singkat setiap tahun memang selalu seperti itu, mereka akan berkumpul ketika Luna mengajak untuk merayakan ulang tahunnya.

"Tidak perlu kecewa, lagi pula ada gue di sini" ucap Rio mencoba untuk membuat gadis itu tidak terlalu sedih. sebenarnya Rio juga sedikit kesal pada Darren, tidak biasanya laki-laki itu seperti ini, jika pun tidak bisa datang biasanya Darren akan memberi kabar. "lagian apa bedanya sih gue sama Darren, Sama-sama temen lo kan"

"Beda lah" jawab Luna dengan cepet. "Darren itu sepesial bagi gue"

Rio berdecak. "Parah lo, pilih kasih sama gue"

Sebenarnya Rio tidak suka dengan pertemanan yang seperti ini, tidak bisakah mereka berteman tanpa ada perasaan lebih dari bersahabat. "Gue boleh kasih saran gak sama lo"

Luna meletakkan ponselnya yang sedari tadi ia gunakan untuk menghubungi Darren, gadis itu menatap Rio penuh tanya. "apa? ".

"Jangan terlalu menunjukan perasaan lo pada Darren, lo kan tau Darren gimana. gue tau sulit buat lo untuk ngebuang perasaan lo pada Darren, tapi gue yakin kalo lo punya tekat yang kuat lo pasti bisa"

Bagi Rio cinta bertepuk sebelah tangan yang sudah bertahun-tahun lamanya itu harus segera di akhiri, sudah cukup Luna merasakan cinta sendirian dan dia berhak mendapatkan laki-laki yang juga mencintainya, dan laki-laki itu bukan Darren, karena sepertinya sampai kapanpun Darren hanya akan menganggap Luna sebagai teman.

Rio menggenggam tangan Luna yang ada di atas meja, dia mencoba memberi keyakinan pada perempuan itu. "Lo cantik Lun. masih banyak laki-laki tampan di luaran sana yang tidak akan bisa menolak pesona seorang Luna"

"Lo bener Ri, udah banyak laki-laki yang gue tolak hanya karena Darren" mata Luna sudah berkaca-kaca, harapan yang dulu ia yakini bahwa suatu saat nanti Darren akan menyukainya belum juga terkabul, semakin hari ia merasa Darren malah semakin menjauh. "Tapi tetap saja gue maunya Darren" lanjutnya meski dengan suara serak menahan tangis.

Lagi dan lagi jawaban itu yang keluar dari mulut Luna, sudah bosan dia mendengar jawaban itu setiap kali dia menasehati Luna. Rio menghela nafas, dia melepaskan genggaman tangannya.

"Terserah lo saja deh. yang jelas gue cuma kasih saran kalau lo terus-terusan kaya gini itu cuma nyakitin diri lo sendiri, ingat Lun lo gak bisa maksa perasaan orang"

Luna terdiam dia tidak tau harus bagaimana menjawab ucapan Rio, karena semua yang di ucapkan laki-laki itu memang benar adanya. apa sih yang kurang darinya, kenapa begitu sulit bagi Darren untuk membuka hatinya. pesona Luna dari dulu maupun sekarang tidak pernah memudar, banyak laki-laki tampan yang memiliki latar belakang baik yang menyukainya tapi kenapa itu semua tidak bisa membuatnya melupakan Darren.

"Mau kemana? " tanya Luna saat Rio sudah berdiri dan memakai kembali jaketnya yang tadi sempat ia lepas.

"Pulang" jawab Rio singkat. namun dia berucap kembali ketika melihat raut wajah sendu Luna. "Gue mau ke suatu tempat, lo mau ikut? "

Luna mengangguk. Dia memang sudah yakin Rio tidak akan mungkin tega meninggalkan nya sendiri dalam keadaan seperti ini. dengan cepat Luna memasukan ponselnya kedalam tas dan menyusul Rio yang sudah lebih dulu keluar.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

LISA

LISA

Luna sama Rio aj 😊

2024-11-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!