Senja dan ibunya sudah berada di klinik dari jam sepuluh pagi, saat ini sudah jam setengah satu siang dia masih menunggu antrian. sebenarnya niat awalnya Senja ingin membawa ibunya ke rumah sakit tapi ibunya menolak, dengan alasan malas mengantri jika di rumah sakit, padahal di rumah sakit maupun di klinik sama saja, Sama-sama mengantri.
Senja melihat kembali nomor antrian di tangannya, dua pasien lagi bagian ibunya di periksa dia melirik ibunya yang duduk di sampingnya. "Ibu haus? Senja beli minum dulu ya ke luar"
Ibu Sumyah menggeleng "Tidak usah, nanti saja kalau ibu sudah selesai di periksa "
Nomer antrian Senja sudah di panggil, dia dan ibunya segera masuk. Senja mulai menceritakan kondisi ibunya pada dokter muda di hadapannya. dokter itu mempersilahkan ibu Senja untuk berbaring dan mulai memeriksa kondisi ibu Senja. selesai di periksa ibu duduk kembali di samping Senja.
"Bagaimana dok kondisi ibu saya? " ucap Senja.
"Begini mbak, rabun yang terjadi di sebelah mata ibu karena tekanan gula darahnya sangat tinggi. Normal gula darah sebelum makan itu 90-130mg dan normal gula darah setelah makan itu 140mg, tapi gula darah ibu Sumyah sudah mencapai 300mg" Dokter itu meletakan pulpen yang sedari tadi ia pegang. "memiliki riwayat diabetes itu harus sering mengontrol gula darah, makanya juga harus di jaga. kapan terakhir kali ibu kontrol gula darah"
Senja menatap ibunya sebelum menjawab pertanyaannya dokter itu. "Satu bulan yang lalu dok"
Dokter itu menggeleng sambil tersenyum. "Ibu Sumyah kan sudah lama menderita diabetes, kalo gula darah dan pola makannya di biarkan saja itu bisa menyebabkan komplikasi"
"Lalu apa rabun mata ibu saya bisa di obati dok?"
"Bisa mbak. mata ibu bukan katarak, melainkan ada kotoran di matanya akibat gula darah yang tinggi. jadi bisa melakukan operasi kecil untuk membersihkan mata"
Senja dan ibu saling memandang, Senja benar-benar tidak menyangka penyakit diabetes yang di derita ibunya sudah separah itu hingga menyebar sampai ke mata, senja takut jika penyakit ibu semakin di biarkan malah akan semakin parah.
"Ibu tidak mau oprasi" mendengar kata oprasi membuat ibu Sumyah takut, dia sudah membayangkan bagaimana matanya akan di bedah oleh alat-alat tajam.
Senja mengerti dengan ketakutan ibunya, dia menggenggam tangan keriput wanita yang sudah melahirkan nya itu. "Tenang bu, itu hanya oprasi kecil tidak seperti yang ada di pikiran ibu" Senja menatap kembali ke arah dokter itu. "Jadi kapan saya bisa melakukan oprasinya dok? "
"Saya menyarankan ibu Check-up dulu dengan rutin untuk menurunkan gula darahnya, karena dokter manapun tidak akan mau melakukan operasi jika gula darah pasien tinggi, setelah kondisi ibu cukup baik saya akan merekomendasikan rumah sakit untuk ibu melakukan operasi"
****
Senja dan ibunya sudah keluar dari klinik itu, saat ini mereka tengah berada di pinggir jalan untuk menunggu angkutan umum. jika saat berangkat tadi mereka menaiki taxi online maka sekarang senja dan ibunya memilih untuk naik angkutan umum.
"Pesen taxi online lagi ya bu" Senja tidak tega pada ibunya, karena jika menaiki angkutan umum mereka hanya akan di antarkan sampai jalan raya saja, setelah itu mereka masih harus berjalan lagi untuk sampai rumah.
"Udah naik angkot saja ibu tidak apa-apa ko, kalo pesen taxi online lama lagi nunggunya" ibu menghentikan angkot yang lewat, mereka akhirnya menaiki angkutan umum itu meski senja sebenarnya tidak setuju.
Butuh waktu lima belas menit untu mereka turun dari angkot itu, senja memberikan uang sepuluh ribuan kepada sopir. dia memegang lengan ibunya, mereka harus jalan sekitar tujuh ratus meter lagi untuk sampai kerumah. "Ibu kuat kan? "
"InsyaAllah kuat, ibu gak kenap-kenapa nak"
Mereka mulai berjalan sambil mengobrol, sesungguhnya Senja merasa sangat khawatir dengan kondisi ibunya, Senja tidak suka dengan sikap ibunya yang selalu bertingkah seolah-olah baik-baik saja padahal senja tau ibunya sedang tidak baik.
Sudah hampir seratus meter mereka berjalan tiba-tiba saja suara klakson mobil di belakang mengagetkan senja dan ibunya. Senja dan ibunya menoleh pada mobil mewah berwarna hitam yang sudah berhenti, dia mengerutkan dahinya karena tidak tau siapa pemilik mobil itu.
"Pak Darren"
Darren turun dari dalam mobilnya, dia menghampiri Senja dan ibunya. Saat melihat dua wanita beda usia itu berjalan Darren merasa kasihan karena si wanita paruh baya sepertinya kelelahan, saat dia membunyikan klakson mobilnya Darren belum menyadari jika salah satu wanita itu adalah karyawan di caffe nya.
"Kamu___ Senja kan? " Ucapnya setelah turun dari mobil.
Senja mengangguk dengan sopan. "Iya Pak"
"Kenapa berjalan kaki di cuaca panas seperti ini? Ini____? " Darren menunjuk ibu Sumyah yang berdiri di samping kanan Senja.
"Oh... ini ibu saya pak" Senja menatap ibunya. "Ibu ini pak Darren, bos Senja"
"Oh bos kamu" ucap bu Sumyah.
Darren bersalaman dengan ibu Sumyah, laki-laki itu mencium tangan wanita paruh baya itu. "Habis dari mana bu, memangnya rumah Senja dekat sini? "
"Ibu abis dari klinik, Rumah ibu dekat komplek baru itu pak" jawab bu Sumyah.
Darren melirik kearah senja. "Bagaimana kalau saya antar saja sampai rumah, masih lumayan jauh jika harus jalan kaki"
"Gak usah pak, nanti ngerepotin bapak" Senja tidak enak jika harus merepotkan bos barunya itu, dia juga tidak menyangka akan bertemu Darren di sini.
"Tidak apa-apa Senja lagi pula kita searah, rumah saya di komplek baru itu"
Sungguh Darren adalah laki-laki paket komplit. sudah tampan, baik, sopan pada orang tua. Senja yakin di luaran sana pasti banyak sekali wanita yang menginginkan laki-laki itu untuk menjadi kekasihnya. meskipun wajah Darren terbilang minim ekspresi tapi dia adalah laki-laki yang baik. Terlepas dari laki-laki itu anak dari politisi terkenal yang berwajah tampan, pasti banyak wanita yang menyukai Darren karena kebaikan dan kesopanan nya.
Senja akhirnya menerima tawaran Darren, dia saat ini sudah berada di dalam mobil laki-laki itu. sungguh sangat canggung rasanya berada satu mobil dengan bosnya, meskipun di situ ada ibu tapi posisi senja yang duduk di sebelah kursi kemudi membuat dia mati kutu.
Tidak ada pembicaraan di dalam mobil, sebelum akhirnya ibu memecahkan keheningan dengan berucap. "Ibu ko kaya pernah liat wajahnya pak Darren, tapi di mana ya? "
Darren hanya tersenyum, tentu saja wajahnya tidak asing karena sesekali wajahnya sering berseliweran di berita televisi sebagai anak dari Harry Hartono, meski tidak sesering papahnya dan Damar tapi terkadang stasiun televisi juga sesekali mencari berita tentang dirinya.
Senja ingin menjawab pertanyaan ibunya tapi dia merasa tidak sopan jika menjelaskan siapa laki-laki itu, takut jika Darren merasa tidak suka setatus nya sebagai anggota keluarga Harry Hartono di umbar-umbar.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments