Hembusan angin malam menusuk kulit mereka. malam yang semakin larut membuat suasana semakin sunyi, hanya terdengar isakan Luna yang masih di saksikan oleh Rio, laki-laki itu masih setia disana menemani temannya yang sedang galau karena patah hati.
"Gue harus apa Ri, gue juga pengen moveon dari dia tapi gue gak bisa. dia terlalu berharga di hati gue" Perempuan itu mengusap air matanya, dia mencoba untuk menguasai dirinya kembali.
"Lo cuma pengen moveon tapi lo gak pernah ngelakuin, itu masalahnya Lun" Rio mencondongkan tubuhnya, dia menatap Luna yang masih sembab karena menangis. "Kalo lo pengen moveon buka hati lo untuk orang lain, kasih orang lain kesempatan untuk bisa menggantikan posisi Darren"
"Udah malam, lebih baik lo pulang" Jawaban Luna benar-benar membuat Rio menghela nafas, bukannya beranjak laki-laki itu malah kembali menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.
"Lo kalau mau tidur masuk ajah, gue masih mau di sini"
Luna mengerutkan dahinya, dia benar-benar tidak habis pikir dengan laki-laki itu. "Ini rumah gue, kalau gue nyuruh lo pulang berarti gue lagi ngusir lo"
Rio malah memejamkan matanya dengan tangan yang di lipat di dada, tentu saja tingkahnya itu membuat Luna semakin kesal. "Terserah lo deh, gue mau tidur"
Rio membuka sebelah matanya, mengintip Luna yang sudah pergi dengan wajah kesal. setelah kepergian Luna Rio membuka kembali kedua matanya, dengan tubuh yang masih bersandar di kursi membuat dia leluasa menatap langit yang di penuhi bintang-bintang malam.
"Aku kangen sama kamu" sebutir air mata menetes begitu saja membuat dia segera menghapusnya.
******
Pagi sudah menjelang, Senja baru saja keluar dari ruangan ibu yang masih setia memejamkan matanya. mereka hanya bisa melihat ibu secara bergantian karena dokter membatasinya.
"Ayah sama Laras pulang saja, biar Senja yang nungguin ibu di sini" Senja duduk di sebelah ayah, dia mengeluarkan kunci rumah dari dalam tasnya dan memberikannya pada ayah.
"Memangnya kamu tidak kerja? biar ayah saja yang di sini kamu dan Laras yang pulang"
"Kebetulan hari ini Senja libur yah, jadi ayah dan Laras saja yang pulang. kita gantian nanti"
Ayah mengangguk, dia beranjak dari duduknya. "Kalau begitu ayah dan Laras pulang ya, nanti siang ayah balik lagi"
Ayah sudah berjalan lebih dulu meninggalkan ruang ICU dimana ibu berada, namun Laras masih bertahan di sana membuat Senja merasa bingung. " Ko kamu masih di sini, ayah udah pergi tuh" ucap Senja sambil menunjuk kearah ayah.
"Mmm... ka Sebenarnya____" Laras ragu untuk berucap, dia takut membebani kakaknya apalagi ibu dalam kondisi seperti ini.
"Kenapa Laras, ada yang mau kamu omongin" Senja menatap wajah adiknya yang terlihat ragu untuk berucap.
"Sebenarnya aku gak mau ngomong ke kaka tapi aku gak tau harus gimana lagi" Laras menatap wajah Senja, dia sebenarnya kasihan pada kakaknya yang bekerja keras untuk membantu perekonomian keluarga, itulah sebabnya dia berniat untuk mencari pekerjaan setelah lulus sekolah nanti. "Laras gak bakalan dapat kertas ujian ka kalau belum bayar SPP, Ini hari terakhir buat bayar"
Senja mengusap wajahnya, kenapa dia bisa lupa padahal Senja sudah menyiapkan uang itu saat gajian kemarin. "Kaka lupa Ras, kamu ambil ajah uangnya di kamar kaka ada di dalam lemari kaka udah siapin ko"
Laras memeluk kakaknya, dia beruntung sekali memiliki Senja sebagai kakaknya. Laras berjanji suatu saat nanti dia akan membanggakan kakaknya dan membalas semua kebaikan Senja. "Makasih ya ka, maaf Laras cuma bisa bikin kakak repot"
"Huss... gak ada yang ngerepotin kaka, yang penting kamu sekolah dengan baik" ucap Senja sambil mengusap rambut Laras. "Udah sana pulang, kasian ayah nungguin"
Laras mengangguk, dia beranjak dari duduknya. "kalau begitu aku pulang dulu"
Laras langsung pergi setelah mendapatkan anggukan dari Senja, namun baru beberapa langkah dia berpapasan dengan Aryo. Tentu Laras tau siapa Aryo, selain rekan kerja kakaknya Aryo juga sering mengantar Senja pulang.
"Laras, kamu mau pulang? " Aryo menyapa Laras, laki-laki itu tersenyum ketika melihat senja yang duduk sambil menatap kearahnya.
"Iya ka, kalau begitu aku duluan mau sekolah"
"Oh tunggu, ini" Aryo memberikan dua porsi bubur ayam yang di bungkus memakai styrofoam. "Aku sengaja membelikan juga untukmu dan bapak"
Laras meraih bubur ayam itu dan kembali pamit untuk pulang, tak lupa dia mengucapkan terimakasih pada Aryo.
Aryo duduk si samping Senja sambil mengeluarkan satu porsi lagi bubur ayam yang dia beli. "Sarapan dulu, aku yakin kau belum sarapan"
Senja tersenyum sambil meraih bubur ayam itu. "Terimakasih ka. untuk kakak mana? "
"Aku sudah sarapan di tempat" Aryo memberikan sendok plastik pada Senja, gadis itu membuka bubur ayamnya dan mulai melahap nya.
"Bagaimana ka Aryo tau ruangan ibu di sini? " ucap senja sambil mengunyah bubur ayam di mulutnya.
"Tadi ketemu ayahmu di depan" Aryo menatap Senja yang tengah menikmati sarapannya sambil mendengarkan ucapan Aryo, gadis itu cantik meski tidak memakai make-up bahkan dengan mata yang sedikit bengkak karena menangis semalam. "Bagaimana kondisi ibumu? "
Senja berdeham terlebih dulu, dia menghentikan suapan nya dan mulai meraih air kemasan yang sudah di buka oleh Aryo, setiap kali membahas kondisi ibu dada nya terasa sesak. "Emmm.... alhamdulillah ibu sudah melewati masa kritisnya. tapi masih belum sadar, dokter bilang ibu koma"
Sekuat tenaga Senja menahan tangisnya, dia tidak ingin lagi menunjukkan kesedihannya di depan orang lain, sudah cukup semalam dia menangis tersedu-sedu di depan bos nya.
"Kau harus sabar, dan yakinlah jika ibumu pasti akan sembuh kemabali" Aryo meraih tangan kiri Senja dan mengusapnya dengan lembut. "Jika kau butuh bantuan katakan padaku, aku siap membantu mu kapan saja"
Senja mengangguk, dia sebenarnya cukup risih dengan yang dilakukan Aryo sekarang, namun akan tidak sopan jika dia langsung menarik tangannya begitu saja. "Terimakasih ka"
"Makan kembali buburnya" Aryo melepaskan genggaman tangannya, laki-laki itu membiarkan Senja untuk menghabiskan sarapannya terlebih dulu.
Senja sudah menghabiskan sarapannya, dia masih duduk di depan ruangan ibu sambil menunggu Aryo yang tengah membuang sampah. Pikirannya mulai melayang memikirkan kondisi ibu, apa yang harus dia lakukan agar ibu bisa sembuh dan sadar kembali. Senja ingin sekali membawa ibu ke rumah sakit yang lebih bagus, tapi perawatan di rumah sakit ini saja dia hanya bisa mengandalkan BPJS.
Senja hanya bisa berdo'a semoga Tuhan mengangkat semua penyakit yang ibu derita, Senja tidak tega melihat ibu terbaring lemah di ranjang pesakitan dengan selang-selang medis di tubuhnya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
LISA
Yg kuat y Senja..Darren pasti menolongmu..memindahkan ibumu ke RS yg lebih besar
2024-11-20
0