Bab 9

Mobil Darren berhenti di depan rumah sederhana yang hanya berukuran 9x6m persegi, rumah itu terlihat sangat asri dan bersih karena memiliki pekarangan yang cukup luas, banyak tanaman bunga yang membuat rumah sederhana itu terlihat indah.

Ibu Sumyah memang senang sekali memelihara tanaman baik sayur maupun bunga, semenjak menderita diabetes ibu berhenti bekerja sebagai buruh cuci baju karena suaminya dan senja melarang, apalagi keadaan tubuhnya yang semakin melemah juga membuat dia tidak kuat lagi untuk bekerja.

Senja dan ibu turun dari mobil itu yang di ikuti oleh Darren, Darren menatap sekeliling rumah itu. hanya rumah sederhana yang pagarnya saja terbuat dari bambu, tapi terasa sangat sejuk dan asri.

"Mampir dulu pak Darren, biar ibu bikinin minum" ucap bu Sumyah dengan sopan.

"Panggil Darren saja bu, gak usah pake pak" Tidak enak rasanya mendengar orang tua memanggilnya dengan sebutan "pak".

" Tapi kan Pak Darren atasannya Senja?" jawab bu Sumyah kembali.

"Tapi kan saya bukan atasan ibu"

Sumyah tersenyum mendengar ucapan Darren, bagi dia jarang sekali ada anak muda kaya yang memiliki sifat sopan dan baik. "Ya sudah kalau begitu ibu panggil nak Darren saja ya? "

Darren mengangguk sambil tersenyum. bu Sumyah mengajak Darren kembali untuk mampir kerumahnya, Darren tidak bisa menolak karena rasanya tidak sopan menolak ajakn tuan rumah, takut jika Senja dan ibunya merasa tersinggung.

Ibu Senja masuk kedalam rumah untuk membuatkan minuman, mereka masih berdiri di teras rumah sebelum akhirnya Senja menyuruh Darren untuk duduk di kursi kayu yang ada di sana. "Duduk pak, maaf rumahnya kecil"

"Tidak apa-apa, rumahmu cukup nyaman " jawab Darren sambil mendudukkan tubuhnya di atas kursi.

Tidak lama ibu Sumyah datang kembali dengan membawa secangkir teh. "Di minum dulu nak Darren, maaf tidak ada apa-apa" bu Sumyah meletakan teh itu di atas meja bundar yang hanya memiliki dua kursi.

"Tidak apa-apa bu, maaf sudah merepotkan"

Bu Sumyah mengibaskan tangannya. "Tidak, , yang ada ibu dan senja yang merepotkan nak Darren" Bu Sumyah sangat senang dengan Darren yang begitu baik dan sopan. "ibu tinggal kedalam ya nak Darren, ibu mau istirahat dulu"

Seperginya ibu Sumyah, Darren dan Senja hanya terdiam, Senja merasa sangat sungkan duduk berdua dengan laki-laki yang menjadi bosnya itu. "Di minum pak" ucapnya dengan nada yang di buat sangat sopan.

Darren mengangguk, dia mengangkat cangkir teh itu lalu menyeruput nya pelan karena teh itu masih panas. "Kau hanya berdua dengan ibu mu? "

"Tidak pak. ada ayah dan adik perempuan saya juga"

"Lalu dimana mereka? "

"Adik saya masih sekolah pak, kalau ayah lagi benerin jaring di rumah temannya" Senja melepaskan tas sorennya yang belum sempat ia lepas tadi.

"Ayah kamu nelayan? "

Senja mengangguk sambil tersenyum. "Sebagian besar laki-laki di sini menjadi nelayan pak, meskipun tidak semua karena banyak anak muda yang memilih bekerja atau merantau ke kota"

Topik pembicaraan mereka mulai menarik, Darren semakin ingin tau apa saja yang di lakukan orang-orang di sana selain menjadi nelayan. Apalagi saat ini ia tengah mengembangkan bisnisnya di desa itu. "Kalau saya boleh tau selain menjadi nelayan apalagi yang di lakukan orang-orang di sini? "

"Hmmmm.... ada juga yang berkebun sayuran, atau buah-buahan" Senja menatap wajah Darren. "Biasanya berkebun itu untuk orang-orang yang memiliki lahan tanah yang cukup luas"

Wajah Senja terlihat sangat antusias saat bercerita, rasa canggung nya sedikit menghilang saat Darren membuka percakapan yang cukup nyaman untuk dia jawab.

"Lalu dimana biasanya ayahmu menjual ikan hasil tangkapannya" Darren berniat mencari pasokan bahan pokok dan pangan untuk Resort dan caffe nya dari petani dan nelayan di sana, itu akan sangat menguntungkan untuk kedua belah pihak.

"Biasanya di tempat pelelangan ikan pak" Senja menghentikan ucapannya sejenak, dia sedikit bingung kenapa bosnya terlihat sangat tertarik dengan aktivitas orang-orang di sana. "Memangnya ada apa pak? bapak berniat untuk membeli ikan di sana? "

Darren mengangguk. Darren yakin ikan hasil tangkapan nelayan di sana pasti akan sangat fresh, untuk saat ini mungkin tidak akan ada pasokan bahan pangan untuk Resort nya karena pembangunan Resort belum selesai, tapi Darren berniat untuk memperbanyak menu makanan di caffe nya, dia ingin baik buah, sayuran maupun makanan laut di ambil dari para petani dan nelayan di sana. Darren juga akan membangun lestoran di dalam Resort, jadi makanan pokok nusantara ataupun luar negri akan Darren utamakan ada di lestoran nya.

Darren menceritakan niatnya pada senja yang ingin menarik pasokan bahan baku dari para petani dan nelayan di sana, tentu saja niat Darren itu mendapat dukungan yang baik dari senja. selama ini jarang sekali ada pengusaha yang mau bekerja sama dengan para petani di sana, padahal hasil panen buah maupun sayur di sana cukup bagus dan berkualitas, hasil tangkapan ikan di sana juga cukup melimpah dan tak kalah berkualitas nya juga, jadi jika Darren berniat mengisi pasokan bahan pangan untu Resort dan Caffe, Senja yakin Darren tidak akan kecewa.

"Bagaimana? saya harap kamu bisa membantu saya untuk membuka akses pada nelayan dan petani, yang bisa memberi kualitas baik untuk setiap bahan pangan yang saya beli"

Tentu saja Senja mau, ini adalah salah satu contoh untuk para pendiri rumah makan maupun lestoran di sana untuk bekerja sama dengan nelayan dan petani di sana. "Tentu saja saya setuju pak, lalu apa yang bisa say bantu? "

Darren tersenyum menatap wajah manis senja yang menunjukkan lesung pipi setiap kali gadis itu tersenyum. "Saya ingin melihat langsung ke tempat pelelangan ikan apakah ikan dan seafood di sana benar-benar Fresh atau tidak, apa kau bisa mengantarkannya"

"Tentu saja bisa pak, saya juga akan membicarakan hal ini pada ayah saya agar bapak bisa mendapatkan harga yang cocok, biasanya mereka akan memberikan harga miring jika kita datang bersama orang asli sini pak"

Darren setuju denga ucapan Senja, memang itu yang dia inginkan. "kabari saya jika ayahmu bersedia bertemu dengan saya"

"Baik Pak" jawab Senja dengan semangat.

Darren akan memberi tau Rio tentang hal ini, karena bagaimana pun dia yang akan menguras semua ini. Darren melirik jam di tangannya, tidak terasa sudah hampir satu jam dia mengobrol dengan Senja. astaga dia sampai lupa dengan janjinya untuk bertemu denga Luna di butik perempuan itu. Darren beranjak dari duduknya, dia berpamitan pada senja sekaligus menitip salam pada ibu Sumyah karena tidak bisa berpamitan secara langsung.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!