NovelToon NovelToon

Janji Untuk Senja

Bab 1

Hidup terlalu sulit bagi orang-orang yang kurang bersyukur dengan nikmat yang Tuhan berikan. sebagai manusia selalu merasa kurang dengan apa yang dia miliki. hingga mereka lupa masih banyak orang di luaran sana yang penuh dengan kekurangan tapi hatinya penuh dengan rasa syukur pada Tuhan

Begitupun dengan seorang gadis yang hidup pas-pasan di sebuah desa pinggiran kota dekat pantai. Ayahnya hanya seorang nelayan sedangkan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga biasa, yang sudah sakit-sakitan karena penyakit diabetes yang di deritanya lima tahun yang lalu.

Senja Rianti.. Adalah anak pertama dari pasangan Daryo dan Sumya. dia memiliki adik perempuan bernama Laras yang masih sekolah kelas dua SMA, sedangkan Senja dia sudah lulus satu tahun yang lalu dan tidak melanjutkan sekolahnya ke bangku kuliah. Gadis yang saat ini berusia sembilan belas tahun itu memilih untuk bekerja di sebuah kedai Coffee shop di pinggir pantai, demi untuk membantu perekonomian keluarganya.

Gaji di Coffee shop itu tidak terlalu besar, namun sulitnya mencari pekerjaan membuat Senja tetap bertahan bekerja di Coffee shop itu. rasa syukur yang selalu membuat gadis itu tidak pernah mengeluh dengan jalan hidupnya yang serba pas-pasan itu.

Saat ini Senja tengah bekerja. hari ini adalah hari weekend jadi pengunjung Caffe itu lebih ramai dari hari biasanya. Senja yang bekerja sebagai waiters harus lebih extra lagi melayani pengunjung yang terus berdatangan, suasana pantai yang indah dan masih tampak asri itu membuat para pengunjung terus berdatangan untuk sekedar berlibur.

Jam kerja di Caffe itu di bagi menjadi dua Shift. Shift satu bekerja di mulai dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore dan shift dua mulai bekerja dari jam 2 siang sampai jam 10 malam. di Caffe itu memiliki satu orang Leader untuk memantau mereka bekerja, jam kerja seorang Leader di mulai dari jam 10 pagi sampai selesai.

"Senja"

Senja menoleh, dia berjalan kearah Aryo dengan cepat. "Iya ka. ada apa? "

"Itu di meja outdoor nomor sembilan, ada pengunjung baru datang kayanya dia mau mesen" Aryo menunjuk kearah luar yang langsung di angguki oleh Senja.

"Baik Ka. senja ambil buku menu dulu" gadis itu langsung pergi, mengambil buku menu di meja dekat kasir.

Aryo adalah Leader di Caffe itu. laki-laki muda yang baru berusia dua puluh tiga tahun itu sangat di kagumi oleh karyawan perempuan di sana. sikapnya yang baik dan tegas itu membuat dia mudah di sukai oleh para karyawan laki-laki maupun perempuan. apalagi pada karyawan wanita, laki-laki itu selalu bersikap lembut.

"Permisi mas mbak, mau pesan apa? " Senja meletakkan buku menu itu dengan sopan di atas meja. saat ini dia sudah ada di meja outdoor nomor sembilan.

Coffee shop itu menghadap langsung kearah pantai hingga memanjakan mata para pengunjung dengan keindahan pantai itu.

"Emm.. Saya mau pesan ini dong mbak, sama ini" perempuan itu menatap laki-laki yang duduk di hadapannya. "Kamu mau pesan apa? " ucap perempuan itu dengan lembut.

Sungguh suaranya seindah wajahnya. itu yang ada di fikiran Senja saat ini, menatap kagum wajah cantik perempuan itu. sangat serasi dengan laki-laki tampan yang duduk di hadapannya.

"Aku pesan Eclair sama espresso saja" ucap laki-laki itu.

Pesanan yang cukup baik. rasa manis dari kue bisa menyeimbangi rasa pahit dari kopinya.

"Apa ada lagi? " ucap senja setelah mencatat semua pesanan dua orang itu.

Setelah mendapatkan gelengan kepala dari sang wanita, Senja langsung pergi dengan sopan meninggalkan pasangan cantik dan tampan itu.

"Kamu kenapa sih Ren? " ucap perempuan itu pada laki-laki yang duduk di hadapannya.

Laki-laki bernama Darren itu menghela nafas dengan berat. "Menurutmu apalagi yang membuat mood ku hancur seperti ini"

"Papah mu lagi? "

Darren mengangguk. dia menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi dengan melipat tangannya. "Dia mulai memaksa ku lagi untuk masuk ke dunia politik, mengikuti jejaknya dan ka Damar"

Ya.. orang tua Darren adalah salah satu politisi yang memimpin salah satu partai. dia anak kedua dari tiga bersaudara, kakanya sudah menikah dan mengikuti jejak papahnya dan menjadi seorang walikota di kota itu, dan adik perempuan nya masih kuliah.

Usia Darren saat ini sudah menginjak dua puluh delapan tahun. itu sebabnya papahnya semakin mendesaknya untuk masuk kedunia politik karena usianya sudah cukup matang. Darren sama sekali tidak tertarik dengan dunia itu, dia lebih senang berdiri menjadi seorang pembisnis, seperti saat ini dia tengah merencanakan untuk membangun sebuah penginapan di dekat Coffee shop itu. bukan papahnya tidak mendukung Darren dalam hal bisnis hanya saja menurut papahnya jika bisa melakukan keduanya kenapa harus memilih salah satu.

Sungguh manusia itu sangat serakah dengan kepuasan bukan.

"Aku juga bingung kenapa kau tidak tertarik dengan dunia politik, padahal hampir seluruh keluargamu terjun ke dunia itu"

Darren menatap Luna dengan lekat, wanita yang sudah menjadi temannya sejak mereka duduk di bangku SMK. "Kau tentu tau bagaimana sikapku! jika aku sudah tertarik dengan sesuatu maka aku akan menjalaninya dengan serius dan tidak akan mudah goyah dengan hal lain" Darren melipat tangannya di atas meja. "Apalagi aku sama sekali tidak tertarik dengan dunia politik, itu hanya akan membuang-buang waktuku saja"

Luna tau itu. Darren selalu konsisten dengan keputusan dan keinginannya sejak dulu. Luna masih ingat dengan jelas saat awal mula mereka dekat, Darren adalah kakak kelasnya dan Luna adalah anak pindahan di sekolah itu. awal-awal dia menjadi murid baru di sekolah itu Luna selalu di bully dengan teman perempuan di kelasnya. tentu saja karena Luna sangat cantik hingga menarik perhatian para laki-laki di kelas itu, dan sekelompok murid perempuan di kelasnya merasa tidak suka karena merasa tersaingi. Hari-hari Luna sangat berat karena selalu di bully oleh mereka, hingga akhirnya Darren yang melihat pembullyan itu datang menolong Luna.

Entah apa yang Darren lakukan pada mereka, semenjak kejadian itu mereka tidak pernah lagi membully Luna, mereka juga selalu ketakutan setiap kali melihat Darren. Sejak saat itu hubungan Luna dan Darren menjadi dekat sampai saat ini.

Kenapa Luna bisa yakin dengan kekonsistenan Darren dalam mengambil keputusan dan keinginannya. karena saat kuliah dulu Luna pernah dua kali menyatakan perasaannya pada Darren, dan laki-laki itu masih konsisten dengan penolakannya yang hanya menganggap Luna sebagai teman. untung saja hubungan mereka masih baik-baik saja sampai sekarang meski sempat ada kecanggungan dulu saat cintanya di tolak oleh Darren.

Bersambung...

Bab 2

Senja meletakkan pesanan Darren dan Luna di atas meja, gadis itu dengan telaten menyusun makanan itu.

"Mbak.. saya mau pesan lagi Cappucino ice satu sama kentang goreng buat temen saya, satu lagi belum dateng"

"Baik mbak. apa ada lagi? "

"Sudah tidak ada, terimakasih ya mbak" Ucap Luna.

"Sama-sama" Senja menjawab dengan tersenyum, setelah itu dia kembali ke dalam.

Senja masuk ke dalam kitchen, di sana ada temannya bernama Rara yang kebetulan baru saja masuk untuk bergantian shift. "Ra nanti tolong anterin pesenan ini ya di meja outdoor nomor sembilan" Senja memberikan catatan pesanan di tangannya. "aku mau pulang dulu"

Rara mengangguk. memang seharusnya senja sudah pulang satu jam yang lalu, hanya saja karena Caffe ini sangat ramai, senja memilih bertahan sebentar untuk membantu temannya yang keteteran.

"Yaudah hati-hati di jalan ya, udah mulai gelap soalnya" ucap Rara merasa khawatir, karena dia tau senja pulang kerumahnya jalan kaki.

Jarak rumah Senja dengan Coffee shop itu tidak terlalu jauh, hanya memerlukan waktu dua puluh menitan untuk sampai di rumahnya jika berjalan kaki. Senja bukan tidak memiliki kendaraan pribadi, ada motor matic milik ayahnya di rumah. namun Senja lebih memilih berjalan kaki, karena jarak rumahnya dengan tempat kerja juga tidak terlau jauh, ayahnya juga kadang sering menjemputnya jika sempat tapi jika tidak maka Senja akan jalan kaki seperti sekarang.

"Oke, tenang saja sudah biasa ko"

Senja berjalan kearah loker untuk mengambil baju ganti, setelah itu dia masuk ke ruang ganti. tidak butuh waktu lama Senja sudah keluar lagi, dia mengambil tasnya yang ada di dalam loker. gadis itu melipat baju seragamnya untuk di masukan kedalam tas.

Besok ia bekerja shift dua, jadi Senja bisa santai untuk malam ini dan pagi harinya. Senja keluar dari Coffee shop itu lewat pintu khusus karyawan, namun tiba-tiba saja seseorang memanggilnya.

"Senja" laki-laki itu berjalan mendekati senja. "Sudah mau pulang? "

"Iya nih ka" jawab Senja dengan tersenyum.

"Saya antar ya. sudah gelap. saya khawatir jika kamu pulang jalan kaki"

Senja kembali tersenyum, sudah delapan bulan dia bekerja di Caffe ini dan satu bulan terakhir Aryo sang leader itu selalu memberikan perhatian lebih padanya. tepatnya setelah laki-laki itu putus dengan pacarnya.

Senja membenarkan tas selempang nya. "Tidak usah ka, lagian sekarang belum waktunya kaka pulang"

Biasanya kalau Senja shift dua terkadang dia mau saja di antara oleh Aryo, jika ayahnya tidak menjemput. tapi jika seperti sekarang Senja tidak mau, bukan hanya mengganggu pekerjaan laki-laki itu tapi juga tidak enak pada karyawan yang lain.

"Tidak apa-apa senja hanya sebentar, jika pakai motor tidak akan sampai dua puluh menit saya sudah kembali lagi ke sini"

Senja berfikir sejenak, dia tidak enak menolak Aryo yang sedikit memaksa ingin mengantarkannya pulang. akhirnya mau tidak mau senja mengangguk.

Aryo terlihat sangat senang, laki-laki itu berjalan mendahului Senja untuk mengambil motor Ninja berwarna hijau miliknya yang ada di parkiran.

Setelah senja naik, motor itu melaju meninggal Coffee shop yang masih ramai pengunjung itu. sepanjang perjalanan senja hanya diam dia hanya berucap ketika Aryo bertanya saja. jalanan di sana masih cukup ramai, jika Senja berjalan kaki pun tidak akan merasa takut sebenarnya, apalagi di pertengahan jalan itu ada perumahan elit yang tentunya banyak security yang berjaga di sana. meskipun desa yang Senja tinggali berada di pinggiran kota, tapi desa itu banyak di minati oleh orang-orang kota untuk berlibur dan berbisnis, karena tempatnya dekat dengan pantai dan juga pemandangannya masih sangat asri.

Contohnya perumahan itu, meskipun perumahan itu tidak terlalu banyak rumahnya tapi Senja tau yang memiliki rumah di situ tentu saja buka orang sembarangan, rumah di perumahan itu sangat besar dan mewah namun sang pemilik pribadinya kebanyakan hanya menempati rumah itu jika mereka sedang berlibur saja.

Tidak terasa motor itu sudah sampai di depan rumah Senja, senja turun dari motor itu seraya berucap. "Terimakasih banyak ya ka"

"Sama-sama Senja" jawab Aryo tanpa mematikan mesin motornya "kalau begitu aku langsung pamit ya"

Senja mengangguk. Aryo langsung memutar balikkan motor nya dan motor itu melaju kembali meninggalkan pekarangan rumah Senja, Senja masih menatap kepergian Aryo sebelum akhirnya dia masuk kedalam rumah.

Hari ini dia sangat lelah karena keadaan Caffe begitu ramai, Senja mendudukkan tubuhnya di atas sofa tua yang ada di ruang tamu. dia menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa.

"Ko tumben telat pulangnya? "

Senja mengalihkan pandangannya kearah perempuan paruh baya yang baru saja keluar dari dapur.

"Iya bu.. hari weekend kan emang selalu ramai"

Senja menidurkan kepalanya di pangkuan sang ibu yang sudah duduk di sampingnya. ibuny itu terlihat lebih tua di usianya yang belum sampai empat puluh lima tahun, mungkin karena penyakit diabetes yang menggerogoti tubuhnya hingga membuat ibunya terlihat lebih tua, karena berat badannya terus menurun.

"Mandi dulu sana, setelah itu makan! ibu sudah masak sup ikan kesukaan kamu" Sumya mengusap rambut senja dengan lembut.

"Bentar bu. isi baterai dulu" Senja memeluk pinggang ibunya, menghirup aroma tubuh wanita yang sudah melahirkan nya itu, entah kenapa aroma tubuh ibunya selalu membuat Senja merasa tenang.

"Mandi dulu ka. bau tau badan nya,kasian ibu" Laras menutup pintu kamar, dia mendudukkan tubuhnya di atas sofa sambil menyalakan remot TV.

Senja beranjak dia menatap ibunya. "Makan dulu ya bu, Senja laper"

"Terserah kamu! yang penting setelah itu kamu mandi, biar seger badannya"

Senja tersenyum, dia langsung pergi kearah dapur untuk mengambil makanan. Senja tidak menanyakan keberadaan Ayahnya yang tidak ada di rumah, ayahnya seorang nelayan biasanya jika ayahnya tidak ada di rumah saat malam, berarti laki-laki itu tengah menangkap cumi-cumi, biasanya menangkap cumi-cumi itu memang lebih bagus di malam hari, itu yang para nelayan yakini.

Ingat..ayah senja adalah seorang nelayan, jadi untuk makan jenis ikan dan seafood yang paling enak dan mahal sekalipun meraka tidak harus mengeluarkan uang sepeserpun.

Meskipun penghasil ayahnya sebagai nelayan dan gaji Senja di Coffee shop hanya mencukupi untuk kebutuhan mereka sehari hari saja,tapi untuk lauk pauk keluarga mereka tidak perlu mengeluarkan uang belanja, itu yang selalu keluarga mereka syukuri, dalam keadaan sesulit apapun.

Bersambung...

Tolong untuk yang sudah membaca tinggalkan jejak like dan coment nya, karena cuma itu satu-satunya untuk mendukung karya author. TERIMAKASIH.

Bab 3

Pagi hari yang cerah Darren baru saja turun dari kamarnya, hari ini kedua orang tuanya sudah akan kembali ke kota. sebenarnya jarak kota dan desa itu tidak terlalu jauh hanya membutuhkan waktu satu jam saja di perjalanan. Saat ini mereka tengah berada si sebuah rumah mewah yang baru satu tahun di beli oleh Darren dari uang pribadinya sendiri. Tentu Darren merasa bangga, dia tidak hanya mengandalkan kekayaan orang tuanya saja. Darren mulai berbisnis dari dia masih kuliah, awalnya dia hanya menanam saham di lestora milik teman kuliahnya di kota, lalu lama kelamaan Darren mulai tertarik untuk berbisnis sendiri, dan sampai saat ini laki-laki itu masih menekuni nya.

Darren duduk di meja makan. di sana sudah ada mamah dan papahnya. Darren mulai melahap nasi goreng buatan mamahnya, sungguh nasi goreng buatan mamah memang tidak ada duanya. seenak apapun makanan rumahan di luaran sana, tidak ada yang bisa menadingi lezatnya masakan mamahnya menurut Darren.

"Papah dengar dari Luna katanya kamu mau membangun penginapan di dekat pantai, benar itu? "

Darren mengangguk sambil menyuapkan kembali nasi goreng kedalam mulutnya.

"Papah tidak melarang kamu untuk berbisnis. tapi bagaimana dengan tawaran papah, apa kamu tidak ingin memikirkan nya terlebih dulu sebelum menolak"

Darren menelan nasi goreng yang masih ada di dalam mulutnya. "Tidak perlu di pikirkan lagi pah, sedari awal aku memang tidak tertarik" Darren meneguk air putih yang ada di samping kanannya, Tiba-tiba saja makanan itu menjadi seret ketika papahnya mulai membahas soal politik.

"Papah tau kan alasan Darren membeli rumah di desa ini. Karena Darren ingin pokus pada bisnis Darren membangun penginapan di sini"

Papahnya menghela nafas dengan berat, Darren memang sangat berbeda dengan Damar. putra sulungnya itu masih bisa di bujuk olehnya untuk masuk ke dunia politik. tapi Darren sangat sulit, pendiriannya itu sangat kuat dan tidak bisa di ganggu gugat.

"Sudah-sudah. tidak perlu berdebat masalah politik dan bisnis di meja makan" kali ini mamahnya yang berucap. wanita itu sangat pusing ketika mendengar anak dan suaminya memperdebatkan hal yang masih itu-itu saja.

Darren tersenyum pada mamahnya, karena dia yakin jika mamahnya sudah berkata seperti itu papahnya tidak akan berani melanjutkan perdebatan tadi. bisa di bilang papahnya itu suami-suami takut istri jika di dalam rumah. casing nya saja terlihat gagah dan sangar di luaran sana, tapi jika sudah di dalam rumah apalagi di depan mamahnya papahnya akan berubah menjadi kucing anggora.

"Sayang bagaimana sengan Luna? " Kening Darren berkerut mendengar ucapan mamahnya. "Mamah denger orang tua Luna membeli salah satu rumah di komplek ini, dan akan di tinggali oleh Luna"

Lagi-lagi Darren hanya mengangguk. ada dua hal yang tidak Darren sukai jika berkumpul bersama kedua orang tuanya. yang pertama papahnya yang selalu membujuknya untuk masuk ke dunia politik, dan yang kedua mamahnya yang sepertinya sangat terobsesi untuk menjodohkannya dengan Luna.

"Ko bisa kebetulan gitu ya beli rumahnya satu komplek, Jangan-jangan kamu memang jodoh sama dia"

Tuh kan Darren sudah menduga, ujung-ujungnya pasti tentang perjodohan. baru saja Darren ingin menjawab ucapan mamahnya, namun papahnya sudah terlebih dulu berucap membuat Darren mengurungkan niatnya.

"Itu bukan kebetula apa lagi jodoh mah, wajar saja orang tua Luna membeli rumah di komplek ini karena rumah neneknya Luna memang ada di desa ini, apalagi Luna juga membuka cabang butik nya di sini"

Mamahnya Darren berdecak sebal pada suaminya, Kenapa setiap kali dia membahas tentang Luna suaminya itu selalu saja mencela, seolah-olah dia tidak suka jika Darren di jodoh-jodohkan dengan Luna. bukankah seharusnya suaminya juga ikut senang jika Darren menikah dengan Luna, keluarga Luna juga keluarga terpandang kedua orang tuanya juga menekuni bidang yang sama dengan suaminya, apalagi suaminya berteman cukup dekat dengan papahnya Luna.

Keluarga Darren adalah keluarga terpandang, papahnya bernama Harry Hartono, dia memiliki istri bernama Lidya Hartono. keluarga Hartono memang sudah terjun di dunia politik di mulai dari kakek nya Darren, dan itu di teruskan oleh papahnya yang memang anak tunggal dan juga kakaknya Damar Clay Hartono yang sudah menjabat sebagai wali kota. hanya Darren Nicol Hartono yang tidak tertarik dengan dunia politik, bahkan adiknya Hanna Putri Hartono juga di tuntut untuk masuk ke dunia politik meski tidak terlalu di paksa seperti dirinya dan ka Damar, Hanna juga belum menentukan pilihannya karena masih kuliah.

Keluarga Hartono dan keluarga Aditama ayahnya Luna cukup dekat, karena bisa di bilang papahnya dengan papahnya Luna berteman di dunia politik. tapi entah mengapa Harry Hartono seperti tidak menyukai ketika istrinya menjodoh-jodohkan Darren dengan Luna, padahal jika Darren dan Luna menikah kekuatan mereka di dunia politik akan semakin kuat. Harry Hartono memang tidak pernah memilih-milih dalam urusan menantu, yang terpenting bibit bebet bobotnya jelas dan tidak mencoreng nama baik Hartono.

Seperti halnya Damar, kakak nya itu menikah dengan seorang model bernama Maureen, tapi karena keluarga Maureen juga keluarga baik-baik dan juga ayah Maureen dalah seorang Aktor senior di industri hiburan maka tidak ada alasan untuk keluarga Hartono menolaknya. Intinya meski Harry Hartono tidak pilih-pilih dalam mencari calon menantu tapi dia ingin keluarga Calon menantunya itu juga dari keluarga cukup berada agar bisa menyeimbangi keluarganya.

Acara sarapan bersama itu selesai, saat ini Darren tengah mengantar orang tuanya masuk kedalam mobil karena harus kembali kerumah nya yang ada di kota.

"Sering-sering lah pulang, jarak dari sini ke kota tidak jauh" mamahnya berucap dengan nada menyindir. memang semenjak Darren membeli rumah di desa itu dan memutuskan tinggal di sana, putranya itu jarang sekali pulang. padahal jarak dari desa itu ke kota hanya membutuhkan waktu duap jam saja jika memakai kendaraan.

"Iya nanti Darren pulang" Darren memeluk mamahnya dengan erat.

Lidya memukul punggung Darren. "kapan? sebulan sekali? "

"Akhir-akhir ini Darren pasti bakalan lebih sibuk, karena seminggu lagi pembangunan Villa Darren akan di mulai" Darren melepaskan pelukannya, dia melirik papahnya yang sudah menunggu di dalam mobil yang sepertinya sudah bosan melihat drama ibu dan anak itu. "Udah buruan masuk, papah udah nunggu tuh"

Mamahnya mengangguk, dia mencium pipi putranya lalu masuk kedalam mobil.

"Meski sangat sibuk sempatkan untuk pulang Darren" kali ini papanya yang berucap.

Darren menatap mobil Alphard berwarna putih milik orang tuanya keluar dari gerbang rumah, laki-laki itu baru masuk kedalam rumah ketika mobil itu sudah tidak terlihat lagi. Darren berjalan kearah dapur untuk menemui asisten rumah tangga yang ia pekerjaan untuk membersihkan rumah itu, mereka ada dua karena untuk membersihkan rumah itu tidak bisa di lakukan hanya dengan satu orang, kedua asisten rumah tangga itu tidak menginap mereka akan pulang setelah pekerjaan mereka selesai.

"BI.. saya mau keluar, nanti tolong isi bahan makanan yang kosong di kulkas" Darren mengeluarkan uang ratusan beberapa lembar dari dalam dompetnya.

Darren bukan tipe laki-laki yang hobi memasak. hanya saja dia lebih suka jika isi kulkasnya penuh, jadi jika dia kelaparan tengah malam dia tidak perlu pusing karena tidak ada bahan makanan di dalam kulkasnya.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!