Pagi hari yang cerah Darren baru saja turun dari kamarnya, hari ini kedua orang tuanya sudah akan kembali ke kota. sebenarnya jarak kota dan desa itu tidak terlalu jauh hanya membutuhkan waktu satu jam saja di perjalanan. Saat ini mereka tengah berada si sebuah rumah mewah yang baru satu tahun di beli oleh Darren dari uang pribadinya sendiri. Tentu Darren merasa bangga, dia tidak hanya mengandalkan kekayaan orang tuanya saja. Darren mulai berbisnis dari dia masih kuliah, awalnya dia hanya menanam saham di lestora milik teman kuliahnya di kota, lalu lama kelamaan Darren mulai tertarik untuk berbisnis sendiri, dan sampai saat ini laki-laki itu masih menekuni nya.
Darren duduk di meja makan. di sana sudah ada mamah dan papahnya. Darren mulai melahap nasi goreng buatan mamahnya, sungguh nasi goreng buatan mamah memang tidak ada duanya. seenak apapun makanan rumahan di luaran sana, tidak ada yang bisa menadingi lezatnya masakan mamahnya menurut Darren.
"Papah dengar dari Luna katanya kamu mau membangun penginapan di dekat pantai, benar itu? "
Darren mengangguk sambil menyuapkan kembali nasi goreng kedalam mulutnya.
"Papah tidak melarang kamu untuk berbisnis. tapi bagaimana dengan tawaran papah, apa kamu tidak ingin memikirkan nya terlebih dulu sebelum menolak"
Darren menelan nasi goreng yang masih ada di dalam mulutnya. "Tidak perlu di pikirkan lagi pah, sedari awal aku memang tidak tertarik" Darren meneguk air putih yang ada di samping kanannya, Tiba-tiba saja makanan itu menjadi seret ketika papahnya mulai membahas soal politik.
"Papah tau kan alasan Darren membeli rumah di desa ini. Karena Darren ingin pokus pada bisnis Darren membangun penginapan di sini"
Papahnya menghela nafas dengan berat, Darren memang sangat berbeda dengan Damar. putra sulungnya itu masih bisa di bujuk olehnya untuk masuk ke dunia politik. tapi Darren sangat sulit, pendiriannya itu sangat kuat dan tidak bisa di ganggu gugat.
"Sudah-sudah. tidak perlu berdebat masalah politik dan bisnis di meja makan" kali ini mamahnya yang berucap. wanita itu sangat pusing ketika mendengar anak dan suaminya memperdebatkan hal yang masih itu-itu saja.
Darren tersenyum pada mamahnya, karena dia yakin jika mamahnya sudah berkata seperti itu papahnya tidak akan berani melanjutkan perdebatan tadi. bisa di bilang papahnya itu suami-suami takut istri jika di dalam rumah. casing nya saja terlihat gagah dan sangar di luaran sana, tapi jika sudah di dalam rumah apalagi di depan mamahnya papahnya akan berubah menjadi kucing anggora.
"Sayang bagaimana sengan Luna? " Kening Darren berkerut mendengar ucapan mamahnya. "Mamah denger orang tua Luna membeli salah satu rumah di komplek ini, dan akan di tinggali oleh Luna"
Lagi-lagi Darren hanya mengangguk. ada dua hal yang tidak Darren sukai jika berkumpul bersama kedua orang tuanya. yang pertama papahnya yang selalu membujuknya untuk masuk ke dunia politik, dan yang kedua mamahnya yang sepertinya sangat terobsesi untuk menjodohkannya dengan Luna.
"Ko bisa kebetulan gitu ya beli rumahnya satu komplek, Jangan-jangan kamu memang jodoh sama dia"
Tuh kan Darren sudah menduga, ujung-ujungnya pasti tentang perjodohan. baru saja Darren ingin menjawab ucapan mamahnya, namun papahnya sudah terlebih dulu berucap membuat Darren mengurungkan niatnya.
"Itu bukan kebetula apa lagi jodoh mah, wajar saja orang tua Luna membeli rumah di komplek ini karena rumah neneknya Luna memang ada di desa ini, apalagi Luna juga membuka cabang butik nya di sini"
Mamahnya Darren berdecak sebal pada suaminya, Kenapa setiap kali dia membahas tentang Luna suaminya itu selalu saja mencela, seolah-olah dia tidak suka jika Darren di jodoh-jodohkan dengan Luna. bukankah seharusnya suaminya juga ikut senang jika Darren menikah dengan Luna, keluarga Luna juga keluarga terpandang kedua orang tuanya juga menekuni bidang yang sama dengan suaminya, apalagi suaminya berteman cukup dekat dengan papahnya Luna.
Keluarga Darren adalah keluarga terpandang, papahnya bernama Harry Hartono, dia memiliki istri bernama Lidya Hartono. keluarga Hartono memang sudah terjun di dunia politik di mulai dari kakek nya Darren, dan itu di teruskan oleh papahnya yang memang anak tunggal dan juga kakaknya Damar Clay Hartono yang sudah menjabat sebagai wali kota. hanya Darren Nicol Hartono yang tidak tertarik dengan dunia politik, bahkan adiknya Hanna Putri Hartono juga di tuntut untuk masuk ke dunia politik meski tidak terlalu di paksa seperti dirinya dan ka Damar, Hanna juga belum menentukan pilihannya karena masih kuliah.
Keluarga Hartono dan keluarga Aditama ayahnya Luna cukup dekat, karena bisa di bilang papahnya dengan papahnya Luna berteman di dunia politik. tapi entah mengapa Harry Hartono seperti tidak menyukai ketika istrinya menjodoh-jodohkan Darren dengan Luna, padahal jika Darren dan Luna menikah kekuatan mereka di dunia politik akan semakin kuat. Harry Hartono memang tidak pernah memilih-milih dalam urusan menantu, yang terpenting bibit bebet bobotnya jelas dan tidak mencoreng nama baik Hartono.
Seperti halnya Damar, kakak nya itu menikah dengan seorang model bernama Maureen, tapi karena keluarga Maureen juga keluarga baik-baik dan juga ayah Maureen dalah seorang Aktor senior di industri hiburan maka tidak ada alasan untuk keluarga Hartono menolaknya. Intinya meski Harry Hartono tidak pilih-pilih dalam mencari calon menantu tapi dia ingin keluarga Calon menantunya itu juga dari keluarga cukup berada agar bisa menyeimbangi keluarganya.
Acara sarapan bersama itu selesai, saat ini Darren tengah mengantar orang tuanya masuk kedalam mobil karena harus kembali kerumah nya yang ada di kota.
"Sering-sering lah pulang, jarak dari sini ke kota tidak jauh" mamahnya berucap dengan nada menyindir. memang semenjak Darren membeli rumah di desa itu dan memutuskan tinggal di sana, putranya itu jarang sekali pulang. padahal jarak dari desa itu ke kota hanya membutuhkan waktu duap jam saja jika memakai kendaraan.
"Iya nanti Darren pulang" Darren memeluk mamahnya dengan erat.
Lidya memukul punggung Darren. "kapan? sebulan sekali? "
"Akhir-akhir ini Darren pasti bakalan lebih sibuk, karena seminggu lagi pembangunan Villa Darren akan di mulai" Darren melepaskan pelukannya, dia melirik papahnya yang sudah menunggu di dalam mobil yang sepertinya sudah bosan melihat drama ibu dan anak itu. "Udah buruan masuk, papah udah nunggu tuh"
Mamahnya mengangguk, dia mencium pipi putranya lalu masuk kedalam mobil.
"Meski sangat sibuk sempatkan untuk pulang Darren" kali ini papanya yang berucap.
Darren menatap mobil Alphard berwarna putih milik orang tuanya keluar dari gerbang rumah, laki-laki itu baru masuk kedalam rumah ketika mobil itu sudah tidak terlihat lagi. Darren berjalan kearah dapur untuk menemui asisten rumah tangga yang ia pekerjaan untuk membersihkan rumah itu, mereka ada dua karena untuk membersihkan rumah itu tidak bisa di lakukan hanya dengan satu orang, kedua asisten rumah tangga itu tidak menginap mereka akan pulang setelah pekerjaan mereka selesai.
"BI.. saya mau keluar, nanti tolong isi bahan makanan yang kosong di kulkas" Darren mengeluarkan uang ratusan beberapa lembar dari dalam dompetnya.
Darren bukan tipe laki-laki yang hobi memasak. hanya saja dia lebih suka jika isi kulkasnya penuh, jadi jika dia kelaparan tengah malam dia tidak perlu pusing karena tidak ada bahan makanan di dalam kulkasnya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments