"Jeng Daisy... Ada apa ?" tanya Dokter Lucky sambil mengelus punggung istrinya.
Daisy tidak menjawab namun berusaha menenangkan dirinya karena meskipun di Turin kejahatan ya banyak tapi yang ini membuatnya sedih.
Dokter Lucky menunggu sampai istrinya tenang lalu melepaskan pelukannya. Pria itu memegang wajah Daisy yang sembab dengan hidung merah dan pipi basah.
"Kamu baik-baik saja ? Apakah dibentak Dokter Wayan ?" tanya Dokter Lucky membuat Daisy menatapnya judes. "Oke, bukan dokter Wayan. Apa kamu melihat hantu ?"
Daisy semakin menatap galak pada suaminya.
"Oke... Jeng Daisy bukan Shea atau pak Lachlan. Apa..."
"Autopsinya bikin miris ..." jawab Daisy akhirnya.
Dokter Lucky lalu menggandeng tangan Daisy dan mereka duduk di kursi tunggu. Dokter Lucky menunggu Daisy tenang dulu dengan mengusap pipi istrinya dengan saputangannya dan gadis itu tidak menolak.
"Autopsinya kenapa Jeng Daisy ?" tanya Dokter Lucky concern. "Aku tidak akan ember karena ini kasus aktif."
"Dua anak lelaki itu ... Du burnya ada luka dan itu ... Sudah..." Daisy tidak bisa melanjutkan.
Dokter Lucky melongo. "Astaghfirullah... Jadi mereka ... "
Daisy mengangguk sambil terisak dan dokter Lucky menggenggam tangan Daisy.
"Siapa pelakunya?" tanya Dokter Lucky.
"Aku dan Dokter Wayan menduga ayahnya ..."
Dokter Lucky mengangguk. "Ditunggu saja hasil penyelidikan si Fariz bukan RM itu. Yang penting kan kamu sudah mendapatkan penyebab kematian plus beberapa hal yang bisa motif kenapa peristiwa ini bisa terjadi."
"Oom Rayyan tidak memegang ya?"
Dokter Lucky menggelengkan kepalanya. "Pak Rayyan itu hanya kasus yang tidak terpecahkan sekian lama. Kalau kasus begini, kita akan berhubungan dengan banyak polisi ... Sama kan seperti di Turin."
Daisy mengangguk.
"Kamu masih mau disini atau pulang ?" tawar Dokter Lucky.
"Masih disini. Kamu masuk shift sore kan? Sampai jam berapa?"
"Sampai jam sebelas malam. Aku tidak jaga IGD juga kok, Jeng Daisy."
Daisy tampak bingung karena sudah pasti akan sampai malam di ruang autopsi.
"Nanti pesan ojek online saja kalau aku tidak bisa menjemput. Atau aku minta tolong..." Dokter Lucky melihat Iptu Steven yang sedang berjalan bersama dengan Kombes Jarot. "Steven !"
Kedua polisi itu menoleh dan menghampiri pasangan pengantin baru itu.
"Ada apa Dok ? Hai Daisy ..." sapa Kombes Jarot. "Aku Kombes Jarot, biasa dipanggil bang Jarot." Daisy dan Kombes Jarot saling bersalaman.
"Daisy Mancini," senyum Daisy manis.
"Ada apa Dok Lucky ?" tanya Iptu Steven saling bersalaman dengan Daisy.
"Aku titip Jeng Daisy ya. Dia masih membantu Dokter Wayan tapi aku masih ada shift sampai jam sebelas malam. Kalau kalian sudah selesai, dan Jeng Daisy juga sudah selesai, tolong diantar ke RS Bhayangkara ya?" pinta Dokter Lucky.
Iptu Steven mengangguk. "Nanti aku antar. Kebetulan aku masih lembur sampai jam tujuh. Daisy tidak apa-apa kan aku kemari sesudah jam tujuh?"
Daisy tersenyum. "Tidak apa-apa, Steven."
"Oke, masalah terpecahkan. Aku balik dulu." Dokter Lucky mengangguk ke arah dua rekannya di tim kasus dingin. "Aku pergi dulu Jeng Daisy..."
"Iya."
Dokter Lucky hendak mencium kening Daisy tapi diurungkan karena takut istrinya tidak suka dan memilih berjalan menuju parkiran mobil.
Kedua perwira itu menatap Daisy. "Kamu dapat kasus yang mana, Daisy?" tanya Iptu Steven.
"Pembunuhan satu keluarga..." jawab Daisy.
"Oh yang tadi pagi di dekat Kebayoran Baru ya?"
Daisy menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu nama daerahnya tapi yang memegang kasus itu Iptu Fariz."
Iptu Steven dan Kombes Jarot. "Iya. Kasusnya di Kebayoran Baru."
***
Ruang Kerja Dokter Lucky
Dokter Lucky masuk ke ruang kerjanya setelah membantu rekannya yang mendapatkan korban penusukan akibat tawuran. Pria itu melihat istrinya sudah ada di ruang kerjanya di kursi depan meja panjang tempat biasa para dokter berdiskusi.
"Halo Jeng Daisy ..." sapa Dokter Lucky ke istrinya yang sedang membaca sesuatu di iPadnya. "Baca apa ?"
"Laporan kematian... Aku sedang membuatnya." Daisy menatap Dokter Lucky. "Masih lama ?"
"Masih. Ini baru jam sembilan..." jawab Dokter Lucky sambil melirik jam Tissot nya.
"Ya sudah. Aku buat laporan dulu. Sedikit berbeda dari di Turin." Daisy pun kembali fokus dengan laporannya.
"Jeng Daisy, sudah makan ?" tanya Dokter Lucky.
"Sudah tadi. Diajak makan Steven dan Kombes Jarot. Motornya Kombes Jarot bocor ban, terus nebeng ke Steven. Lalu kita makan nasi ayam goreng."
Dokter Lucky tampak manyun karena istrinya sudah makan dengan pria lain sementara dirinya keroncongan.
"Kamu tidak ..."
"Tuh di meja kamu ada nasi ayam goreng dan teh hangat... karena sudah dari tadi setelah sebelumnya panas," potong Daisy.
Dokter Lucky tampak terharu karena Daisy tidak melupakan dirinya.
"Alhamdulillah... Ada makanan. Aku lapar ..." Dokter Lucky lalu menuju wastafel dan mencuci tangan. "Jeng Daisy... mau makan lagi ?"
"No."
"Jeng Daisy ..."
"Hhhmm..."
"Aku disuapi dong ..."
Daisy menoleh ke arah Dokter Lucky yang tersenyum sok imut. "What are you ? Five ?"
"Hah ?"
"Memangnya kamu balita ? Minta disuapi ?" jawab Daisy judes.
Dokter Lucky manyun. Kok judes lagi? Padahal tadi sudah peluk-peluk macam Tingky Winky dan Lala...
***
Yuhuuuu Up Sore Yaaaaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Ninik Rochaini
ancen membagongkan dokter Lucky iki...jd pengen jitak ae/Facepalm/
2025-02-19
1
Tri Yoga Pratiwi
🤣🤣🤣
2024-09-16
2
Noey Aprilia
Udh mau peyuk aja alhmdullh kli,drpd d tnjok.....kl mau d suapi,nnti y nunggu daisy bka htinya....
sabarrrr....
2024-09-15
3