Masih Flashback Yaaaa...
Dokter Lucky kembali ke ruang seminar dan melihat Daisy sudah berganti pakaian dengan baju warna hijau tua. Dokter itu pun mulai membrowsing harga gaun yang sudah kena kopi tadi. Wajah dokter Lucky memucat karena harganya sama saja dengan gajinya satu bulan di RS Bhayangkara !
Gaunnya harga 20 juta? Ya Allah ... Ini gaun atau apaan sih?
"Kenapa kamu ?" bisik AKP Victor.
"Harga bajunya sama dengan gaji aku sebulan ... " isak Dokter Lucky mendrama.
AKP Victor menggelengkan kepalanya. "Aku tahu karena waktu dik Shea dan Sandra cari baju barengan, aku dan Steven ikut. Aku jadi tahu harga baju dari butik Morr."
Dokter Lucky langsung lemas harus mengganti gaun pink itu dan limited edition pula ! Cari dimana ? Masa harus ke Milan ?
***
Daisy menoleh ke arah dokter Lucky yang tampak bingung sendiri dengan mengacak-acak rambutnya tanda dia kesal padahal dia berdandan rapih.
Dasar cowok kurang ajar !
Daisy Mancini adalah seorang dokter forensik seperti Opanya Sadawira dan Oomnya Naradipta. Bukan tanpa alasan Daisy memilih menjadi dokter forensik. Dia hanya tidak bisa menghadapi orang sakit dengan baik. Daisy adalah gadis yang kaku, dia tidak bisa berkomunikasi tanpa emosi ke pasien apalagi dengan pasien ngeyelan.
Akhirnya gadis itu banting setir ke forensik dan sangat menikmati proses rasa ingin tahunya kenapa mereka tewas dan bertekad mendapatkan perlakunya dengan bantuan para polizia Italia. Daisy bisa berkomunikasi dengan banyak orang hanya kepada pasien saja dia yang kurang dalam berkomunikasi.
Bisa dibilang Daisy adalah perpaduan Leia dan Emi Takara. Oma dan Oma buyutnya itu memang dikenal dengan wanita kaku dan badass. Meskipun Iris sang ibu tipe wanita ceria, tapi gen Leia dan Emi sangatlah kuat.
"Perché hai cambiato vestito? Cosa c'è che non va in quei vestiti? ( kok kamu ganti baju ? Memangnya baju yang tadi kenapa)?" tanya Miguel Santorini, rekan Daisy di Polizia Turin.
"Ho preso un caffè ( kena kopi )," jawab Daisy judes. "Sudah aku buang !"
Miguel menggelengkan kepalanya. "Dash, itu baju mahal kan ? Oh aku lupa, kamu anaknya siapa."
Daisy hanya tersenyum smirk. Iya terpaksa aku buang gara-gara makhluk brengseeekkk itu !
***
Sore harinya, Dokter Lucky merengek ke AKP Victor untuk mencari butik Morr di Turin. Asumsinya, tidak mungkin tidak ada butik di semua kota besar di Italia. Dirinya memang bukan orang kaya sekali tapi setidaknya, dia punya tabungan lumayan selama melajang karena dirinya bukan tipe membeli barang yang tidak penting. Semua itu harus sesuai dengan kebutuhan dan keperluan.
Akhirnya keduanya bersama dengan seorang tour guide dari hotel menuju butik Morr yang terletak di pusat perbelanjaan kota Turin. AKP Victor dan dokter Lucky pun menggunakan alat penerjemah agar tidak mendapatkan penipuan atau scam ke turis.
Dokter Lucky merasa kesal karena tidak mendapatkan gaun yang sama persis tapi setidaknya, warnanya mirip. Akhirnya dia terpaksa mengeluarkan uang hampir 19 juta untuk gaun Morr dengan warna yang sama tapi berbeda model.
Setelah mendapatkan gaun itu dan dokter Lucky keluar dari butik itu dengan bahu turun karena kartu platinum nya harus digesek dengan nominal aduhai, mereka pun membeli beberapa makanan dan minuman untuk dimakan di kamar.
***
"Signora ini namanya siapa ?" tanya Dokter Lucky ke seorang resepsionis.
"Oh, dokter Daisy Mancini. Apakah anda ada perlu?"
"SÌ Ho bisogno di parlargli ( Ya, aku perlu berbicara dengannya ). Kamar berapa ?" tanya Dokter Lucky yang sudah berusaha bisa berbahasa Italia.
"315."
"Grazie." Dokter Lucky tampak terkejut karena mereka berada di lantai yang sama.
Dokter Lucky pun bergegas menuju lantai kamarnya sementara AKP Victor sedang asyik mengobrol dengan Kapten Ismet dari kepolisian Diraja Malaysia.
Pria berkacamata itu memencet bel kamar Daisy dan tak lama pintu itu terbuka. Tampak wajah jutek Daisy dari balik pintu dan menatap tajam ke arah Dokter Lucky.
"Che cos'è ( ada apa )?" tanyanya judes.
"Ehem... In English please. Aku tidak bisa bahasa Italia. Kalau bisa bahasa Indonesia atau Jawa lebih Alhamdulillah..." jawab Dokter Lucky gugup.
Daisy hanya menatap datar tanpa ekspresi dengan mata hijaunya. "Kamu mau apa ?" tanya Daisy dengan bahasa Inggris.
"Aku hendak mengganti baju kamu yang kena kopi. Boleh aku masuk ?" pinta Dokter Lucky dengan wajah memelas.
Daisy memicingkan matanya namun dia mempersilahkan Dokter Lucky masuk namun gadis itu memilih membuka pintu kamar hotelnya.
"Kamu mau kasih aku apa ? Apakah kamu tahu harga baju aku ?" tanya Daisy judes.
"Tahu ... Seharga gaji aku sebulan ..." jawab Dokter Lucky sedih.
"Memang gaji kamu sebulan berapa ?"
Dokter Lucky menatap Daisy yang berdiri sambil bersedekap dan merasa gadis ini terbiasa dengan hidup mewah jadi sedikit meremehkan dirinya. Salah aku juga bilang seharga gaji aku sebulan.
"Dua puluh juta ..."
"Rupiah?"
"Iyalah ! Masa Dollar ... Kan tadi kita bertemu aku sedang ngobrol pakai bahasa Indonesia... Si neng gimana sih?" balas Dokter Lucky dengan bahasa campur aduk berusaha mencari celah mencari emosi dari Daisy namun gadis itu tampak tidak bergeming.
Sepertinya tidak tahu arti kalimat terakhir - batin Dokter Lucky.
Apakah Shea tahu orang reseh satu ini ? Bisa-bisanya bilang si neng gimana ? Memangnya aku tidak tahu artinya apa? Aku bisa bahasa Indonesia tapi aku tetap berusaha untuk tidak paham dia bilang apa. - batin Daisy.
"Ehem ... Aku tahu ini tidak persis sama tapi aku berusaha mencari warna yang sama ..." Dokter Lucky menyerahkan paper bag dengan tulisan 'Morr' disana.
Daisy menerimanya dengan ogah-ogahan lalu membuka paper bag itu dan mengambil gaun berwarna pink dengan warna yang sama dengan gaunnya yang sudah dia buang akibat kena kopi dan sudah pasti akan sulit hilang apalagi pink nya menjurus peach.
"Semoga ukurannya pas ya. Aku hanya mengira-ngira..." ucap Dokter Lucky.
Daisy langsung melirik judes.
"Dengar Signora Mancini, aku dokter juga tapi dokter umum di RS Bhayangkara yang biasanya dipanggil jika ada kasus ... Jadinya sedikit banyak aku bisa mengira-ngira ukuran seseorang," lanjut Dokter Lucky lagi.
"Ini ..."
"Kekecilan?" Dokter Lucky sudah panik saja. Masa iya aku sudah kehilangan kemampuan mengukur tubuh seseorang?
"Kebesaran satu nomor ... " jawab Daisy datar.
"A... Aku tukar dulu ..." ucap Dokter Lucky hendak mengambil gaun itu tapi Daisy menyembunyikan di balik punggungnya dan endingnya tangan Dokter Lucky menyentuh dadanya lagi.
"Ancora ? Ti piace davvero toccare il petto delle donne? Che dottore pervertito ( Lagi ? Kamu suka sekali sih menyentuh dada wanita? Dasar dokter meshum ) !" bentak Daisy lagi dan kali ini dia tanpa ragu meninju wajah Dokter Lucky.
Dokter itu pun terjatuh terkena tinju Daisy. "Duh, lama-lama aku geger otak ini ..." gumam Dokter Lucky sedikit pusing akibat ditinju Daisy.
***
Yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
英
berapa byk kena pukulan 🤣🤣🤣
2025-04-07
1
Murti Puji Lestari
sekali lagi kena tonjok dapat payung cantik kamu dokter lucky 😅😅😅
2024-09-17
1
awesome moment
2x kena😄😃😀
2024-09-12
1