Warna merah jingga hadir diufuk timur, menandakan pagi akan segera datang. Nadine kambali menjalankan aktifitasnya seperti biasa. Tak lupa ia juga mengecek kembali ponsel jadulnya, berharap akan ada misscall atau sekedar pesan singkat dari Zayn. Namun beberapa menit kemudian, kecewa kembali dirasakannya. Tak ada pesan tak ada kabar apapun dari kekasihnya itu. Merasa sudah terlalu lama tanpa kabar, Nadine pun memutuskan untuk mampir ke rumah Zayn nanti setelah ia selesai bekerja.
****
"Pagi Nad." Sapa Lia dan Reno bersamaan.
"Pagi guys, maaf ya kemarin sempat nggak masuk." Sesal Nadine sambil merapikan meja kasirnya.
"Tak masalah, apa kondisimu sudah membaik?". Sahut Lia.
"Seperti yg kalian lihat, sudah sangat baik." Jawab Nadine menyunggingkan senyumnya. Bagaimana pun kondisinya, ia harus bisa terlihat tegar dan ceria. Luka di hatinya cukup ia saja yg tau, karena ia tak ingin merepotkan.
Kedua temannya itu juga cukup pengertian, mereka tidak menanyakan apapun perihal wanita sombong yg menindas Nadine kemarin. Bagi mereka, selama Nadine belum bercerita, mereka tidak akan bertanya lebih dulu, dan memilih diam dalam rasa penasaran mereka.
****
Sesuai rencana begitu pulang bekerja Nadine langsung bergegas ke rumah Zayn, meskipun dirinya belum sempat diajak masuk dan bertamu disana, setidaknya Nadine tau dimana alamat pria itu.
30 menit menggunakan ojek, Nadine sampai di rumah mewah bergaya eropa, dengan pagar besi yg menjulang tinggi mengelilinginya.
Setelah menghela nafas panjang berkali kali, ia memberanikan diri membunyikan bel rumah itu.
"Ada yg bisa saya bantu?". Bunyi seseorang dibalik pagar.
"Apa benar ini rumah Zayn Alvarendra?." Tanya Nadine.
"Benar, anda siapa?". Jawab orang itu.
"Saya temannya, apa dia ada?". Tanya Nadine lagi, harap harap cemas. Semoga Zayn ada dirumah dan baik baik saja.
"Tuan muda tidak dirumah, kemarin dia dikirim ke luar negeri, dan sepertinya akan menetap disana." Jelas orang itu.
"Baiklah terimakasih, saya permisi."
Bagai jatuh tertimpa tangga, perasaan Nadine hancur seketika. Zayn meninggalkannya, bahkan tanpa ada kata perpisahan, sama seperti yg ayah ibunya lakukan dulu.
Harapan dan mimpi untuk hidup bersama, menikah, memiliki anak dan menua bersama. Semua itu hanya angan saja. Mimpi indah yg seumur hidup tak akan bisa jadi kenyataan.
Mengapa kau coba aku seperti ini Tuhan, kau ambil satu persatu orang yg amat sangat ku cintai. Kau renggut mereka dariku. Apa kau sengaja tak ingin memberikanku kebahagiaan, apa aku harus menderita selamanya, katakan!! Katakan!!.
Nadine melangkah tak tentu arah, semangat hidupnya benar benar sudah tidak ada. Dia sebatang kara. Menjalani manis pahitnya kehidupan seorang diri, menanggung beban hidup tanpa ada yg mendampingi. Apa sebaiknya ia bunuh diri saja? Menyusul ayah ibu yg kini sudah disurga. Ya mungkin itu akan lebih baik.
Nadine yg tengah berjalan hampir kehilangan kesadarannya, jika tidak ada seseorang yg menegur lalu menarik tangannya kasar.
"Hey gadis bodoh, apa yg kau lakukan hah? Kau pikir aku akan membiarkanmu mati sebelum membayar hutang ayahmu." Ucap orang itu sambil sesekali mengumpat.
"Bayar hutangmu sekarang!!". Sahutnya lagi.
"Ma maafkan aku paman, aku belum punya uang. Aku janji akan bekerja lebih giat lagi dan segera melunasinya." Jawab Nadine. Ia tak menyangka pamannya akan datang disaat seperti ini. Sebelum meninggal ayah Nadine memang memiliki hutang pada adiknya, yg juga paman kandung Nadine. Awalnya hutang itu hanya 20 juta, namun karena tak bisa membayar dengan cepat. Paman Nadine pun menggandakan nominalnya menjadi 50 juta.
"Baiklah, jika besok kau masih belum bisa membayarnya, maka kau harus ikut aku dan bekerja di tempatku." Ujar pria baya itu, lalu bergegas pergi meninggalkan Nadine dengan senyum penuh arti.
Tbc.
Jangan lupa like, komen, n votenya ya guys.
See you.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Stefani Pandita
kasian bgt
2022-07-26
0
Tutun Imam
ya Allah nadia sabar ya
2021-07-17
0
Mom's Safira
auto nangis 😭😭
2021-01-03
0