Ep.10

Pagi hari berikutnya paman Nadine memulai rencana jahatnya. Ia meminta Nadine bersiap diri dan berdandan secantik mungkin, ia mengelabuhi gadis itu dengan dalih ingin membawanya pergi ke tempat kerja barunya. Nadine yg memang polos tidak curiga sama sekali, ia menuruti perintah sang paman, berdandan cantik dan memakai gaun terbaiknya.

Mereka pergi menggunakan taksi, setelah menempuh dua jam perjalanan, mereka sampai di sebuah rumah mewah, rumah yg terletak di pinggiran kota dan jauh dari pemukiman penduduk.

Kedatangan mereka disambut oleh wanita paruh baya yg terlihat cantik dengan dandanan menor dan pakaian seksi. Wanita itu didampingi beberapa pria berbadan tinggi besar, dan masih banyak pria pria lainnya yg juga berdiri di setiap sudut rumah itu.

"Selamat pagi madam, ini dia yg saya janjikan." Ujar paman Nadine menampilkan senyum smirknya.

"Paman, apa ini tempat kerjaku? Apa aku akan jadi pembantu disini?". Bisik Nadine yg hanya mendapat anggukan dari sang paman.

"Ayo ikut denganku cantik." Ajak wanita yg dipanggil madam itu lalu menggandeng Nadine mengikutinya.

Rumah itu benar benar mewah, memiliki dekorasi yg cantik, namun nampak sedikit aneh. Di dalam sana banyak sekali wanita muda nan cantik yg memiliki dandanan sama persis dengan si madam, juga terdapat mini bar yg mana banyak botol botol berjejeran rapi di atas mejanya.

Nadine di bawa ke salah satu kamar di rumah itu, di minta segera mengganti baju dan mempertebal riasannya. Menyadari semua keanehan ini membuat Nadine tak tahan lagi, akhirnya ia pun memberanikan diri untuk bertanya pada salah satu wanita muda yg tengah mempersiapkan riasan dan baju barunya.

"Maaf nona, sebenarnya ini tempat apa?". Tanya Nadine menghentikan aktifitas wanita itu sejenak.

"Apa kau benar benar tidak tau?" Jawab wanita itu heran.

"Iya aku sama sekali tidak tau, aku datang dari desa, dan pamanku yg membawaku kemari." Terang Nadine.

"Ini adalah tempat dimana para pria hidung belang memuaskan nafsu mereka, tempat kotor yg terpaksa ku datangi karena himpitan ekonomi." Jelas wanita itu.

Nadine tersentak seketika, apa benar yg dikatakan wanita cantik ini? Apa mungkin paman kandungnya sendiri tega melakukan hal jahat padanya?

"Apa kau serius nona?". Tanya Nadine lagi ingin memastikan, semoga saja dugaannya salah, dan dia hanya dijadikan pembantu saja disini.

"Tentu saja, apa kau ditipu untuk datang kemari?". Ucap si wanita meyakinkan.

"Ya Tuhan, bagaimana ini? Paman tidak mengatakan apapun, dan aku pikir dia hanya akan menjadikanku pembantu di rumah besar ini."

Rasa cemas, takut, juga kecewa bercampur jadi satu. Tak menyangka kebaikan dan kepolosannya justru dimanfaatkan oleh sang paman, ia baru menyadari bahwa dirinya kemari untuk dijual, dijadikan pemuas nafsu bagi para pria bejat itu.

"Nona tolong aku, bantu aku pergi, aku tidak mau menjual harga diriku seperti ini. Tolong aku nona."

Nadine berusaha mengiba dan mencari simpati wanita itu, ia menangis, memohon, bahkan berlutut dikakinya. Ia lebih memilih mati daripada harus menjual tubuhnya sendiri.

"Maafkan aku, jika kamu sudah masuk kemari, maka sudah tidak ada lagi jalan keluar. Mereka tidak akan melepaskan barang bagus sepertimu, jadi maaf aku tak bisa membantu."

Setelah mengatakan beberapa hal pada Nadine, wanita itu bergegas pergi meninggalkannya. Bukan karena tidak ingin membantu, namun dia sendiri pun juga terjebak dalam sangkar ini, bahkan sudah lebih dari 5 tahun, ditahan dan dipaksa menjadi pekerja **** di tempat laknat ini.

Nadine hanya mampu bersimpuh dengan isak tangisnya, semua pintu, jendela, akses keluar masuk dijaga dengan sangat ketat. Sama sekali tidak ada jalan keluar baginya.