Setelah 1 minggu berada di rumah sang ibu, kini Mila memutuskan untuk kembali ke rumahnya bersama Rega. Tentunya, setelah ia dan Arya juga Cika merencanakan sesuatu. Malam ini sepulang kantor, sengaja ia kembali ke rumah ibunya untuk berkemas lalu bergegas pulang ke rumahnya sendiri, diantar Arya.
Hingga pukul 9 malam, mereka baru sampai. Rega yang mengetahui ada mobil berhenti di depan rumahnya, bergegas keluar. Ia seakan tak berkutik kala melihat Mila keluar dari mobil itu bersama Arya, suami Selia.
“Mas Arya, terima kasih sudah diantar pulang,” ujar Mila lembut.
Arya pun tampak mengangguk ramah dan hangat, membuat Rega terbakar api cemburu.
Selesai Arya tancap gas, Mila masuk ke dalam rumah disusul Rega.
“Kok kamu bisa pulang diantar Arya?” tanya Rega penuh pertanyaan.
“Ya, kita ‘kan sekantor. Arah rumahnya dan rumah ini juga searah. Jadi, dia antar aku pulang. Tak masalah ‘kan?” jawab Mila santai sembari membongkar isi tasnya.
“Pantas saja waktu aku datang ke kantormu, temanmu bilang kamu sudah tidak kerja lagi di sana. Sejak kapan kamu kerja di kantor Arya? Kenapa kamu tidak pernah bilang?” cecar Rega.
Menghela nafas panjangnya, Mila mengaku tak ada kesempatan untuk mengatakan bahwa ia di PHK dari kantor sebelumnya. Hal itu lantaran Rega yang selalu sibuk dan pulang malam. Selain itu, Rega juga sudah banyak tak jujur padanya, jadi, malas pula rasanya jika apa-apa ia ceritakan pada suaminya itu.
“Mil, aku masih sah jadi suami kamu. Tolong, jangan begini. Apa-apa kamu harus ceritakan padaku. Aku tahu aku salah, tapi terbuka lah,” pinta Rega setengah memohon.
“Hm.” Mila mengangguk dan menjawab singkat permintaan suaminya.
Baru juga Mila akan masuk ke kamar mandi, Rega kembali mengajaknya bicara. Rega meminta Mila untuk tak bekerja di kantor Arya. Ia yang akan berusaha mencarikan pekerjaan baru untuk istrinya.
“Aku sudah nyaman di sana,” tutur Mila singkat.
Sementara itu, di rumahnya, Selia yang selama beberapa hari ini tak diindahkan oleh suaminya, semakin merasa gerah. Sikap dingin dan cuek Arya kemarin-kemarin saja sudah membuatnya jenuh. Terlebih, saat ini Arya semakin mengabaikannya.
Mereka benar-benar hanya bertemu dan bicara seperlunya.
Sesekali, Arya menghubungi Mila dan mereka pun saling bercanda. Selia yang awalnya tak tahu siapa perempuan yang menjadi lawan bicara suaminya dalam panggilan telepon itu, hanya bisa diam-diam menguping. Ada rasa kesal dalam dirinya, melihat sang suami bisa begitu lepas saat bicara pada perempuan lain.
“Oh ya, ya begitu lah si Ajeng itu. Tapi, dia asisten terloyalku. Dia tak pernah drama dan selalu bisa melakukan pekerjaannya dengan baik. Aku juga tahunya dia bersikap begitu formal saat di kantor. Aku tidak tahu kalau dia ternyata suka bercanda dan se-random itu pada karyawan lain. Aku malah baru tahu dari kamu hahaha. Mungkin dia segan jika berhadapan denganku. Tapi gara-gara kekonyolannya, membuat kamu betah ‘kan di kantorku?” Itu lah suara yang Selia dengar dari suaminya yang begitu banyak berkata-kata dan sesekali tertawa.
Berbeda sekali saat dengan dirinya, yang begitu irit bicara, tersenyum pun tidak.
Sama halnya dengan Mila, yang sebelum tidur juga sengaja berada di luar kamar untuk melakukan panggilan telepon dengan Arya, di depan Rega. Mila yang bicara seperlunya pada Rega, berbeda sekali saat menjawab telepon Arya. Mila bahkan tak terdengar ketus saat di telepon.
“Mil, sudah malam. Ayo tidur,” pinta Rega yang duduk di dekat istrinya di sofa depan televisi.
“Duluan saja, Ga. Aku belum ngantuk,” ujar Mila lalu yang masih menempelkan ponselnya di telinga.
Tak terima dipanggil nama oleh istrinya, Rega merebut ponsel Mila lalu mematikannya.
***
“Jadi, kamu terima Mbak Mila di kantormu? Kenapa kamu tidak pernah bilang tentang hal ini sama aku?” protes Selia ketika sedang sarapan bersama suaminya pagi ini.
“Itu ‘kan kantorku, bukan kantor kita bersama. Apa urusannya denganmu? Aku berhak menerima karyawan yang aku mau, tanpa perlu bicara padamu,” tukas Arya mengunyah rotinya.
Berdalih bahwa Mila adalah saudaranya, Arya seharusnya menghargai Selia dengan menceritakan hal ini padanya.
“Apa kamu pernah menghargaiku sebagai suami?” Arya yang sudah selesai sarapan, berdiri dan meninggalkan meja makan tanpa berpamitan pada istrinya.
Padahal dulu, sesibuk-sibuknya Arya, bahkan jika pun saat sarapan sembari mengangkat telepon, Arya masih sempat berpamitan dan mencium kening istrinya.
Selia yang kesal, buru-buru pergi berangkat ke kampusnya, karena pagi ini sudah ada janji dengan dosen pembimbingnya.
Hingga saat mobilnya tiba di parkiran fakultasnya, tak sengaja ia berpapasan dengan Rega yang juga baru saja memarkir mobilnya di parkiran khusus dosen.
“Istrimu itu benar-benar keterlaluan ya, Mas! Dia kerja di kantor suamiku tanpa beritahu aku! Aku curiga, jangan-jangan yang semalam teleponan sama Mas Arya itu dia!” ketus Selia tanpa jeda.
“Memang iya,” jawab Rega singkat sembari terus berjalan.
Seketika Selia menghentikan langkahnya dan mulai berpikir sesuatu.
“Apa jangan-jangan, mereka dekat karena tahu kita dekat?” tebak Selia.
“Bisa jadi. Aku tidak akan terima jika itu benar terjadi. Jaga suamimu agar tak mendekati istriku!” titah Rega yang berhenti sejenak, lalu kembali melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Selia.
Berlari menyusul Rega, Selia juga memperingatkan pak dosen itu untuk juga menjaga istrinya agar tidak menggoda suaminya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Wiwien
mulai cemburu si rega
2024-10-24
0
Iges Satria
pasangan selingkuh yg tak tau diri, lucu sekali kalian ber2
2024-10-18
1
niktut ugis
horre pak dosen & mahasiswi nya saling ribut padahal yg di ributin enjoy aj tuch 🤣
2024-09-27
1