Sebulan berlalu, Selia dan Rega semakin sering bertemu bahkan hampir setiap hari. Mereka juga tak hanya membahas soal kuliah, tapi lama-lama mereka merasa nyaman satu sama lain. Keduanya merasa sama-sama menjadi tempat yang tepat untuk saling bercerita dan berkeluh kesah. Hingga mereka pun tak malu berkencan, meski hanya sekadar menonton film di bioskop.
Arum, teman kampus Selia yang tak sengaja bertemu mereka saat di bioskop pun turut bertanya-tanya. “Tapi ‘kan yang jadi sepupunya Selia adalah istrinya Pak Rega, kenapa mereka yang malah dekat, sampai nonton berdua.”
Sementara itu di rumahnya, Mila yang sedari tadi menunggu suaminya pulang, terus menghubunginya. Akhir-akhir ini, Rega memang sering pulang terlambat. Suaminya itu pernah mengatakan bahwa kini ia dipercaya menjadi dosen pembimbing kedua, untuk membantu para mahasiswa tingkat akhir dalam menyusun skripsi.
“Tapi ini sudah jam 8. Mas Rega tak pernah ada jadwal mengajar malam. Bimbingan pun juga seharusnya dilakukan saat siang sampai sore hari saja,” pikirnya dalam hati.
Pikiran-pikiran buruknya pun mulai berkicauan. Selama suaminya itu menjadi dosen di kampus sebelumnya dan kampus barunya saat ini, memang baru kali ini ditugaskan menjadi dosen pembimbing. Hal itu pula lah yang membuat Mila sedikit banyak berprasangka buruk. Ia takut suaminya itu akan mengalami cinta lokasi dengan salah seorang mahasiswinya, karena mereka pasti akan sering berdua dalam momen bimbingan. Apalagi, Rega adalah dosen muda yang tampan dan menawan, mahasiswi mana yang tak tertarik dengannya.
Tak lama, terdengar suara mobil suaminya terparkir di depan rumah mereka.
Mila seketika langsung keluar rumah untuk menyambut suaminya. “Kok malam sekali, Mas, apa ada rapat atau jadwal bimbingan?”
Tersenyum sembari mengguratkan ekspresi wajah penuh lelah, Rega menghampiri istrinya. "Iya nih, ada beberapa mahasiswa yang bermasalah dengan skripsinya, sampai diminta ganti judul oleh dosen pembimbing pertama mereka. Jadi, aku ikut sibuk meladeni pertanyaan dan konsultasi mereka. Kasihan mereka, sudah mau semester 10 belum juga selesai tugas akhirnya.”
Lega dengan jawaban sang suami, Mila merasa bersalah karena telah berpikiran yang tidak-tidak. Ia lalu meminta Rega untuk bersih-bersih dan segera makan malam bersama. Tapi, lagi-lagi pak dosen itu menolak makan malam bersama, karena ia masih kenyang.
“Akhir-akhir ini kamu jarang makan malam di rumah. Kita jadi jarang ngobrol,” protes Mila membawakan masuk tas suaminya.
Menghela nafasnya perlahan, Rega dengan santai dan tenang menjelaskan bahwa akhir-akhir ini, setiap sore ia harus menjadi tamu dalam seminar proposal mahasiswanya, sehingga ia makan dari konsumsi yang diberikan. “Bagaimana malamnya tidak kenyang, kalau tiap sore selalu dapat nasi kotak. Mau tidak dimakan, tapi aku lapar. Apalagi kalau siang masih ngajar sampai tidak sempat makan siang.”
Mendengar penjelasan sang suami, ada rasa iba di hati Mila. Meskipun awalnya ia protes karena suaminya itu kini menjadi sangat sibuk, tapi ia merasa bersalah jika tak dapat memahaminya. Apalagi, Rega telah berjuang lolos seleksi hingga diangkat menjadi dosen di salah satu kampus swasta terbaik yang menjadi impiannya.
Meminta maaf karena merasa ia tak banyak waktu untuk Mila, Rega meminta pengertian istrinya itu. “Aku janji, liburan semester nanti, kita akan jalan-jalan ke luar kota.”
Mengangguk lalu memeluk suaminya, Mila merasa aman dan tenang karena Rega memang selalu bisa meluluhkan hatinya. “Aku cuma mau kamu tidak terlalu lelah sampai sakit.”
***
Keesokan harinya saat akhir pekan, Mila yang tengah sibuk menyiapkan sarapan, dibuat terkesiap melihat Rega yang sudah rapi dengan kemejanya.
“Mau ke mana Sabtu-Sabtu begini?” tanya Mila aneh.
“Maaf, Sayang. Aku lupa memberitahumu. Aku sendiri juga baru ingat subuh tadi, kalau hari ini ada workshop di Bandung. Kemungkinan nanti sore aku baru pulang. Aku jalan dulu ya, love you,” pamit Rega mencium kening sang istri.
Mila yang masih terdiam, dibuat melongo dengan sikap suaminya yang tampak terburu-buru itu, sampai tak sempat pula ia menawarkan sarapan.
Seketika ia berpikir, selama ini Rega selalu memberitahukan agenda apa pun kepadanya. Tapi akhir-akhir ini, suaminya itu selalu telat dalam mengabarkan jadwalnya, hingga Mila sendiri yang harus bertanya. Tak ingin berpikir negatif, Mila menggeleng-gelengkan kepalanya mengusir segala dugaan buruknya.
“Mas, kamu tidak bawa bekal? Ada yang ketinggalan tidak?” Mila mencoba menghubungi suaminya yang kini baru saja tancap gas.
“Nanti saja pasti dapat jatah makan siang dari kampus. Semua berkas ada di ponsel dan email kok, aman,” jawab Rega lalu izin mematikan telepon karena harus fokus menyetir.
Entah mengapa, Mila tiba-tiba ingin menghubungi Selia untuk menanyakan kebenaran acara workshop ini.
“Iya, Mbak. Sepertinya begitu. Karena kemarin saat bimbingan, aku dengar dosenku bicara dengan dosen lainnya tentang workshop hari ini di Bandung,” jawab Selia dalam panggilan telepon.
Merasa lega karena itu artinya suaminya tak bohong, Mila menutup teleponnya.
Sementara itu, Rega yang masih ada di jalan, berbelok ke salah satu hotel mewah dan segera menuju ke lobby selesai memarkir mobilnya.
Ia lalu setengah berlari menuju ke salah satu kamar.
“Hai, masuk, Mas,” sapa seorang perempuan yang baru saja membukakan pintu kamar.
“Maaf, aku terlambat,” ujar Rega meletakkan tasnya.
“Tidak apa-apa, tidak perlu terburu-buru. Oh iya, tadi istri Mas baru saja telepon aku, sepertinya dia sedang memastikan apa benar sedang ada workshop. Apa dia mulai curiga?” lanjut perempuan yang ternyata Selia itu.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
vj'z tri
oh wow ternyata sepupu sendiri yang berubah jadi ulat bulu 😤😤😤😤 emak2 +62 mulai meradang ini ....lanjut thor
2024-09-10
2
Ma Em
wah bibit pelakor sdh muncul meskipun sepupuan tapi bahaya semoga perselingkuhan Rega dan Selia segera diketahui Mila.
2024-08-22
3