Terperangkap

Tiga tahun menjalani pernikahan bersama Arslan, entah sudah berapa banyak air mata yang Arthazia buang. Hampir setiap hari dia menangis, meski bersamaan dengan itu hidupnya juga bergelimang harta. Arthazia teringat bagaimana dulu dia menjalani hari sebelum bertemu lelaki itu. Dia adalah gadis yang ceria meski kehidupannya sangatlah sederhana.

Arthazia pikir, semua penderitaan dan kesedihannya akan terlepas darinya jika dirinya dan Arslan berpisah. Ia bahkan sampai nekat bekerja sama dengan musuh bebuyutan Arslan demi sebuah perceraian. Memang benar tujuan Arthazia tercapai, tapi rupanya hal itu menjadi sesuatu yang amat disesali oleh Arthazia saat ini.

Logan, lelaki itu bahkan lebih licik dan berbahaya daripada yang Arthazia kira. Rupanya Logan tak puas hanya dengan merebut tender sebuah megaproyek yang harusnya menjadi milik Arslan, tetapi malah ingin benar-benar menghancurkan Arslan. Mirisnya, Arthazia yang membuka peluang bagi Logan untuk melakukan semua itu.

'Ada sebuah alasan kenapa aku membantu mantan kakak iparku berpisah, meski aku bersaudara dengan suaminya.' Itu adalah statement yang diunggah oleh Logan di tengah skandal yang tengah menimpa Arslan. Meski tak secara langsung menyudutkan, tetapi seolah membenarkan jika Arslan adalah sosok yang bermasalah, terutama berkaitan dengan urusan perempuan.

Situasi menjadi buruk untuk Arslan. Skema pembunuhan karakter yang Logan mainkan agaknya bekerja dengan sangat baik kali ini. Publik terprovokasi sehingga berimbas pada citra perusahaan, bahkan sampai pada level merosotnya harga saham. Bisa dibilang, kali ini Arslan benar-benar berada di ambang kehancuran.

"Tuan Logan, mari kita bertemu. Ada yang ingin saya bicarakan pada Anda." Akhirnya Arthazia tak memiliki pilihan selain kembali menghubungi Logan. Dia yang menyebabkan Arslan dalam masalah, maka dia bertanggung jawab untuk menyelesaikannya.

"Rupanya Anda sangat menyukai kejutan yang saya berikan, ya." Logan menyahut sambil terkekeh di seberang sana.

"Beritahu saya kapan Anda memiliki waktu." Tak ingin melayani basa-basi Logan lebih jauh, Arthazia langsung bertanya.

Kekehan Logan berhenti. "Malam ini, datanglah ke apartemen saya."

Logan mengakhiri panggilan telepon Arthazia, kemudian langsung mengirimkan alamat apartemennya, bahkan lengkap dengan password apartemen tersebut.

Arthazia tahu jika sekarang dia telah masuk semakin jauh ke dalam sarang buaya. Besar kemungkinan jika dirinya akan tercabik-cabik di sana, tetapi inilah resiko yang harus dia ambil karena telah menyebabkan semua kekacauan ini.

Pada jam yang telah ditetapkan oleh Logan, Arthazia datang ke apartemen lelaki itu. Logan bahkan hanya mengenakan jubah mandi dan sedang menikmati minuman keras saat Arthazia masuk.

"Akhirnya, kamu datang sendiri atas kemauanmu, mantan kakak ipar." Logan menyambut Arthazia dengan senyum kemenangan, seolah perempuan itu kini telah berada dalam genggamannya. Dia bahkan tidak repot-repot lagi menggunakan bahasa formal pada Arthazia.

"Kenapa Anda melakukan sesuatu di luar kesepakatan kita? Bukankah cukup hanya dengan tender megaproyek itu saja?" Arthazia langsung pada pokok permasalahan.

"Apa maksudnya?" tanya Logan santai.

"Jangan berpura-pura tidak paham, Tuan Logan. Bukankah kejutan yang Anda maksud adalah skandal yang saat ini menimpa Arslan? Sudah pasti Anda dalangnya, kan?"

"Kenapa kamu terlihat sangat marah? Bukankah kamu juga sangat membenci Arslan, sampai rela melakukan apa saja agar bisa bercerai darinya?" Logan balik mencecar.

Arthazia merasa sangat tertohok. Apa yang dikatakan oleh Logan barusan adalah hal yang sangat disesalinya saat ini. Hanya karena ingin bercerai, dia sampai tak menggunakan akal sehatnya lagi. Bahkan, sekarang rasanya dia tak pantas hanya untuk sekedar menelepon dan bertanya kabar pada Arslan.

"Ingin berpisah bukan berarti ingin menghancurkan, apalagi dengan cara memfitnah. Anda sungguh pengecut karena telah melakukan cara kotor seperti ini hanya untuk mengungguli Arslan." Arthazia menyahut tajam.

"Aku hanya mengambil peluang dari celah yang kamu ciptakan," sahut Logan masih dengan bersikap santai.

"Jadi betul jika skandal itu hanya rekayasa Anda saja? Saya sangat tahu jika Arslan tak pernah tertarik untuk bermain perempuan. Berbeda dengan Anda." Arthazia memprovokasi.

Logan tertawa renyah mendengar itu. "Memangnya kenapa kalau itu rekayasa? Toh, semua orang mempercayai foto-foto palsu itu. Bahkan, jika sekarang kamu muncul dengan memberikan klarifikasi, orang-orang hanya akan berasumsi jika Aslan menekanmu untuk melakukan itu."

Arthazia terdiam sejenak. Sepertinya dia sudah cukup mendapatkan pengakuan dari Logan, sehingga tak perlu berada di tempat itu lebih lama lagi.

"Sepertinya, saya hanya membuang-buang waktu saja di sini. Anda pasti tak punya keinginan untuk menghentikan apa yang sekarang Anda lakukan," ujar Arthazia sambil berbalik hendak pergi.

Akan tetapi. pintu apartemen Logan anehnya tak mau terbuka.

"Kenapa kamu sangat terburu-buru? Siapa bilang aku tidak mau berhanti? Aku bersedia membersihkan kembali nama Arslan jika kamu menerima penawaranku," ujar Logan sembari bangkit dan melangkah menuju Arthazia.

Arthazia kembali berbalik dan menatap Logan dengan sedikit mengerutkan keningnya. "Penawaran apa?"

Logan tak langsung menjawab. Lelaki itu tersenyum sembari meneguk habis minuman keras di tangannya.

"Menjadi wanitaku," ujar Logan kemudian.

Mata Arthazia membeliak sempurna. Lelaki di hadapannya ini benar-benar telah gila dan terobsesi menghancurkan Arslan dengan cara apapun.

"Tawaran yang luar biasa, tapi saya tidak berminat sama sekali," sahut Arthazia. Dia kembali berusaha membuka pintu apartemen Logan, tetapi tetap tak berhasil.

Logan kembali terkekeh melihat Arthazia yang mulai panik. Dengan satu isyarat dari lelaki itu, beberapa bodyguard langsung keluar dari persembunyian mereka dan menahan tubuh Arthazia.

"Apa-apaan ini?" Arthazia berontak tak terima, tapi sayang dia kalah jumlah, juga kalah tenaga.

Logan mendekat dengan seringai yang telihat semakin mengerikan.

"Aku mengagumi tekad dan keberanianmu, mantan kakak ipar," ujar logan sambil mengambil sesuatu dari saku mantel Arthazia. Sebuah pena yang juga berfungsi sebagai alat perekam.

Logan menyalakan hasil rekaman alat tersebut di hadapan Arthazia yang tampak semakin panik, dan semua percakapan mereka tadi langsung terdengar.

"Cerdik, tapi tidak cukup cerdik untuk mengalahkanku," ujar Logan sambil mematahkan pena tersebut menjadi dua bagian hanya dengan satu tangan.

"Kurung dia!" perintah Logan pada para bodyguardnya dengan ekspresi wajah yang berubah menjadi sangat mengerikan.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

inilah balasan atas Tekadmu dulu artazia

2024-09-27

0

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

mungkin akan lebih simpel, jika zia membuat pers conference yg membantah tentang semua fitnahan pada Arslan dari pada harus ketemu logan di apartemen nya. bahaya banget

2024-09-27

0

🌹Fina Soe🌹

🌹Fina Soe🌹

nunggu lanjutannya...tapi belum ada..

2024-09-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!