Kompensasi Perceraian

Hari di mana hakim memberikan putusan akhirnya tiba. Seperti yang telah diperkirakan, kali ini Arthazia memenangkan gugatan. Permohonan perceraian yang dia ajukan disetujui oleh hakim.

Arthazia dan Arslan duduk berdampingan mendengarkan putusan yang dibacakan oleh hakim. Saat ketuk palu terdengar, secara bersamaan mereka menunduk dalam. Bahtera yang dijalani selama tiga tahun itu akhirnya karam. Kini keduanya kembali menjadi orang asing yang tak memiliki ikatan satu sama lain.

Arslan bangkit lebih dulu dan pergi meninggalkan ruang persidangan tanpa menoleh ke arah Arthazia lagi. Seperti halnya malam itu, Arthazia hanya bisa menatap punggung Arslan yang menjauh dengan perasaan yang tak dapat dijabarkan dengan kata-kata.

Arthazia pikir, setelah berhasil bercerai dengan Arslan, dirinya akan merasa lega dan bebas, tetapi yang mendominasi hatinya saat ini justru perasaan sakit dan sedih yang tak tertahankan. Serasa ada hal berharga yang hilang dan membuat hatinya kosong.

"Selamat, Kakak Ipar, Anda akhirnya memenangkan gugatan dan berhasil bercerai." Logan memberikan selamat saat dia dan Arthazia keluar dari ruang persidangan. "Oh, kalau begitu, sekarang saya tidak perlu memanggil Anda dengan sebutan kakak ipar lagi."

Arthazia menghentikan langkahnya sejenak, lalu menoleh ke arah Logan yang juga ikut berhenti. Senyum tipis yang sedikit dipaksakan terulas di bibir Arthazia. Inilah saatnya dia mengakhiri hubungan kerja samanya dengan lelaki di hadapannya itu.

"Terima kasih untuk bantuan Anda, Tuan Logan. Karena proses perceraian saya sudah selesai, dengan berat hati saya menyampaikan jika kerja sama kita juga telah selesai. Kita sudah impas dan tak memiliki hutang satu sama lain," ujar Arthazia.

Logan tertegun sejenak mendengar penuturan Arthazia yang begitu tegas. Meski sejak awal dia bisa melihat jika perempuan itu bukanlah perempuan yang mudah digoda, tetapi dia tak menyangka jika Arthazia akan menarik garis pembatas sejelas itu. Karena itulah, keinginannya untuk memiliki Arthazia menjadi semakin besar.

"Kalau begitu saya permisi dulu, Tuan Logan. Sekali lagi terima kasih atas kerja samanya belakangan ini." Arthazia pamit undur diri.

"Tunggu dulu." Logan menahan, sehingga Arthazia kembali menoleh.

"Saya ingin menawarkan Anda kerja sama yang lain. Bagaimana kalau setelah ini Anda bergabung di perusahaan saya?" tawar Logan. Dia pikir, setelah ini Arthazia pasti akan membutuhkan pekerjaan untuk melanjutkan hidup tanpa Arslan. Itu sebuah kesempatan emas. Pasti sangat menyenangkan jika Arthazia menjadi sekretaris pribadinya.

"Terima kasih atas tawarannya, Tuan Logan, tetapi saya sedang tidak tertarik untuk bekerja di manapun. Saya punya rencana sendiri. Permisi." Arthazia berlalu setelah memberikan penolakan yang tegas pada Logan.

Logan tak berusaha menahan Arthazia lagi. Lelaki itu hanya menatap kepergian Arthazia sembari tersenyum asimetris.

"Kau bisa menolak tawaranku hari ini, Arthazia. Tapi di hari lain, kau sendiri yang akan datang padaku," gumam Logan dengan seringai yang agak menakutkan.

Sementara itu, Arthazia sendiri berjalan kaki menyusuri trotoar, lalu berhenti di sebuah halte bus. Ia memilih untuk duduk dan menunggu bus di sana. Namun, sebelum bus selanjutnya datang, sebuah mobil berhenti tepat di depan Arthazia.

"Nyonya Arthazia, bisa kita bicara sebentar?" Seorang lelaki paruh baya turun dari mobil tersebut. Dia tak lain adalah kuasa hukum Arslan.

Arthazia ingin menolak, tetapi lelaki paruh baya itu terlihat sedikit memohon, sehingga Arthazia pun memilih untuk berbicara dengan kuasa hukum Arslan tersebut. Mereka kemudian pergi ke sebuah restoran yang berada tak jauh dari sana.

"Apa yang ingin Anda bicarakan? Bukankah semuanya sudah selesai?" tanya Arthazia membuka percakapan.

Kuasa hukum Arslan tak langsung menjawab, melainkan mengeluarkan beberapa berkas dan diberikan kepada Arthazia.

"Apa ini?" tanya Arthazia dengan kening yang sedikit mengerut.

"Itu semua adalah kompensasi perceraian yang diberikan Tuan Arslan untuk Anda," sahut lelaki paruh baya itu.

Dengan wajah yang masih sedikit bingung, Arthazia membaca satu persatu dokumen yang diberikan padanya. Matanya membeliak saat mengetahui jika semua itu adalah surat kepemilikan beberapa aset berharga milik Arslan, mulai dari sebuah perkebunan seluas ratusan hektar, sebuah vila dan sebuah apartemen mewah, juga tabungan dalam bentuk deposito.

"Anda tinggal menandatangani surat serah terima ini, nanti saya yang akan mengurus proses balik nama semua dokumennya," ujar kuasa hukum Arslan lagi sambil menyodorkan sebuah surat serah terima kepemilikan aset.

Arthazia masih terperangah tak percaya dibuatnya.

"Saya ... saya tidak menginginkan semua ini. Saya tidak pernah menginginkan harta Arslan," ujar Arthazia kemudian sembari menggeleng beberapa kali. Sungguh, sekarang rasanya seperti dia bercerai untuk merampok lelaki itu.

Bersambung ....

Maaf baru update. Sodara ngadain hajatan, masih terasa capeknya.

Terpopuler

Comments

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

agak ngeri liat logan. zia janda kaya, selain semua kompensasi perceraian tadi, bukankah zia dulu punya usaha toko bunga warisan keluarganya, kan ya? masih adakah?

2024-09-26

0

Yuyun Yunita

Yuyun Yunita

akhir ny bisa membaca novel lagi setelah beberapa hari HP harus di servis😔

2024-09-19

1

Dewi Sariyanti

Dewi Sariyanti

Dimaklumin kak, sekarang lg musim hajatan. Tetap setia nungguin up nya

2024-09-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!