Setelah lelah berbincang dengan ku di pangkuan ku, Hanum pun akhirnya tertidur. Aku memandang wajahnya yang sepertinya sangat lelah dan sayu. Esok akan ku niat kan membawa Hanum ke rumah sakit untuk menjalani serangkaian test HBsAg.
Setelah membenarkan posisi tidur isteri ku aku memutuskan untuk menemui Ayah dan Bunda mengenai rencana ku itu. Aku keluar dari kamar Hanum setelah memastikan Hanum sudah tertidur pulas. Lalu aku melangkah menuju lantai bawah tepat diruang utama dimana sanak saudara dan kerabat keluarga Hanum masih berkumpul. Kecuali Dewi dan Leni, mereka sudah pamit dari sebelum Hanum ku bawa ke kamar.
"Arsyad, bagaimana kondisi Hanum?" tanya Ayah Surya begitu melihat ku menghampirinya.
"Hanum baik-baik saja kan Syad?" tanya Bunda ikut bertanya mengenai kondisi putri mereka.
"Hanum sudah tidur, sebelumnya Arsyad sudah memberinya obat." jelas ku singkat. Lalu aku merapatkan duduk ku dengan ayah dan Bunda, "Yah, Bunda, Arsyad ingin berbicara sesuatu tapi tidak disini. Karena ini mengenai kondisi Hanum." pinta ku agar Ayah dan Bunda mengerti jika aku tak ingin menganggu suasana di antara kerabat keluarga yang lain.
"Baiklah, mari kita ke ruang kerja Ayah." perintah Ayah yang langsung dituruti oleh oleh ku dan juga Bunda yang mengekor dibelakang Ayah.
Begitu sesampainya disebuah ruangan yang berdesain minimalis dengan dinding bercat putih cerah, lengkap dengan meja kerja dan komputer serta kursinya ruangan itu juga dipenuhi buku-buku yang tersusun rapi bak perpustakaan. Ayah mempersilahkan ku duduk di sofa yang juga ada di ruang itu.
"Silahkan Nak Arsyad, apa yang hendak kamu sampaikan pada kami." ucap Ayah setelah melihat ku duduk dan bersiap untuk memberi tahu kondisi Hanum.
"Begini Ayah, Bunda.., terakhir Arsyad bertemu Dokter Widya, beliau menyarankan agar Hanum secepatnya melakukan test dan pemeriksaan mengenai penyakitnya. Dan setelah melihat gejala yang dialami Hanum Dokter Widya menduga Hanum menderita Hepatitis B." jelas ku sedih membayangkan rasa sakit yang dialami oleh isteri ku saat ini.
"Astaga, Ayah..Hanum anak kita terkena Hepatitis? ini tidak mungkin...!" Hardik Bunda yang sangat syok mendengar kabar dari ku.
Sedangkan Ayah Surya hanya tertunduk lemas dan tak bergeming. Aku sangat memahami perasaan mereka, karena saat ini aku pun merasakan hal yang sama. Perih tak tertahan melihat orang yang ku cintai telah diuji oleh suatu keadaan yang membuatnya sangat lemah.
"Besok Arsyad akan membawa Hanum untuk menjalani Test HBsAg di Rumah Sakit. Arsyad ingin secepatnya memastikan kondisi Hanum agar kita bisa memberi pertolongan yang tetap yang sesuai dengan yang Hanum butuhkan untuk melawan penyakitnya." ujar ku lagi.
"Lakukanlah yang menurutmu baik Syad, Ayah percayakan Hanum kepada mu, Ayah dan Bunda akan selalu mendukung dan berusaha memberi Hanum yang terbaik juga." jawab Ayah sembari mengusap air mata yang tak terasa mengalir pelan di ujung matanya.
"Ayah dan Bunda jangan putus berdoa yah, minta kepada Dzat yang maha menyembuhkan segala penyakit. Arsyad sangat yakin Hanum bisa sehat seperti sedia kala atas izinNya."
"Iya Nak, Bunda akan selalu mendoakan kesembuhan untuk Hanum, maaf kan putri Bunda yah, jika di awal pernikahan kalian bukan kebahagiaan yang kau dapat, melainkan harus repot merawat Hanum seperti ini." air mata Bunda pun tumpah tak terbendung lagi.
"Arsyad menikahi Hanum secepat ini karena inilah tujuan Arsyad Bun, Arsyad ingin merawat wanita yang sudah mengajari Arsyad cinta. Arsyad ingin berguna untuk orang yang Arsyad cinta."
Suasana pun berubah menjadi haru biru penuh emosial yang mengharapkan tak kan terjadi hal buruk pada Hanum.
Setelah usai aku berbincang dengan Ayah Bunda, aku pun berpamitan untuk kembali ke kamar Hanum.
Hanum masih tertidur begitu pulas. Aku duduk di sebelahnya dan memandangi wajah ayunya.
"Ya Alloh, sungguh kami berlindung pada Mu dari hilangnya kenikmatan yang telah Engkau karuniakan, sirnanya kesehatan dari Mu, datangnya kesengsaraan dari Mu, dan dari segala kemurkaan Mu." pinta ku dalam hati seraya mengelus-elus kepala Hanum. Ku cium kening nya sebagai wujud rasa sayang ku yang semakin bertambah untuknya.
Hari ini akan segera berlalu dengan datangnya esok pagi. Aku berharap esok akan membawa ku dan Hanum pada hal-hal terbaik yang akan lebih mendekatkan kami pada sang pencipta.
🍀🍀Jam menunjuk kan pukul 04.20 Wib🍀🍀
Aku terbangun dan ku dapati pertama kali ada seorang gadis yang terbaring bersama ku. Sungguh indah kenikmatan yang kau berikan pada ku ya Alloh. Bangun pagi sudah bisa memandang isteri ku sayang. Batin ku dalam hati.
Aku bergegas membersihkan diri ke kamar mandi sekalian berwudhu. Lalu kemudian ku lanjutkan untuk pergi ke mushola terdekat untuk sholat subuh berjamaah. Kebetulan kemaren ku lihat tak jauh dari rumah Ayah terdapat mushola yang terletak kurang lebih 2 meter dari rumah Ayah.
Ku sengaja membiarkan Hanum tertidur tanpa membangunkannya, biar nanti setelah aku pulang sholat subuh baru akan ku bangunkan dirinya. Suasana rumah Ayah pun masih sangat gelap dan sunyi, hanya beberapa lampu tidur di atas meja yang menyala sepanjang malam.
Hanya Bibik yang ku temui di ruang dapur yang sudah sibuk untuk memulai aktivitasnya.
"Bik, aku izin mau sholat subuh dulu di mushola depan nggeh." ujar ku berpamitan pada Bik Inah.
"Oh nggeh Den, monggo kerso can bagus." jawab Bik Inah.
Aku pun langsung bergegas keluar rumah dan menuju mushola.
🍀🍀Beberapa saat kemudian..
Keadaan rumah sudah terang bendenderang dengan banyaknya lampu utama seluruh ruangan yang menyala. Aku pun terkejut melihat isteri ku yang sudah terbangun dan menggunakan mukena dan sedang bermunajat kepada sang Khaliq. Pemandangan yang sangat menyejukkan hati dan jiwa ku.
Ketika ku kembali menutup pintu kamar, Hanum rupanya menyadari kehadiran ku dan berbalik badan lalu berdiri menghampiri ku. Dirinya mengulurkan tangan untuk menyalami ku. Tangan ku dengan senang hati meraih uluran tangannya. Dilanjutkan dirinya lantas mencium tangan kananku.
"Mas, kenapa tidak membangunkan aku? Aku minta maaf ya Mas, belum apa-apa sudah ada banyak kesalahan yang ku perbuat." ucapnya lirih.
Dengan tersenyum lalu mencium keningnya lalu akupun menjawab, "memangnya kesalahan apa yang Hanum perbuat?" tanya ku padanya.
"Semalam aku tertidur begitu pulas karena kecapekan, sekarang akupun bangun terlambat. Bukankah itu suatu kesalahan? harusnya aku akan tidur saat suamiku sudah tertidur sebelum aku, lalu aku bangun sebelum suami ku terbangun." jawab Hanum membuat ku terkesan dengan pengetahuannya mengenai adab tidur suami isteri.
"Mas meridhoi tidur mu Sayang, jadi itu tidak dianggap sebagai kesalahan." jelas ku.
Hanum dan aku pun tersenyum dan berpelukan dalam kondisi masih rapi dengan mukena dan aku mengenakan baju koko.
"Pelukan di pagi hari akan memberi kita semangat untuk menjalani hari." ujar ku di telinga Hanum.
"Benarkah?? kalau begitu peluk aku lebih lama lagi Mas....!!" pinta Hanum.
Aku pun mengeratkan pelukan ku. Rasanya tak ingin ku lepas lagi.
Selanjutnya kita akan bersiap untuk menjalani proses tes HBsAg Hanum. Semua termasuk aku dan Hanum berharap tak akan ada hasil buruk yang akan terjadi nanti.
🌺
🌺
🌺🌺🌺 Bersambung...🌺🌺🌺
#Episode selanjutnya mungkin akan lebih menguras emosi para readers...jangan sampe ketinggalan yah.. mohon dukungannya juga say..😎😍😙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments