Nama ku Arsyad Maulana Malik. Terlahir dari kedua orang tua yang amat baik dan luar biasa bagi ku. Abdul Malik nama Abi ku dan Zaenab nama Umi ku. Aku memiliki dua adik perempuan yang duduk di bangku kelas 2 SMA dan kelas 1 SMP. Putri Maesaroh Malik dan Putri Fatimatul Malik nama adik-adik ku. Aku sekeluarga tinggal di desa sekaten, desa yang mayoritas berprofesi sebagai petani sayur mayur. Abi ku sendiri bekerja sebagai guru madrasah dan siang hari dilanjutkan menggarap ladang yang ditanami sayur kubis dan kentang peninggalan abah (orang tua abi). Desa kami termasuk desa yang jauh dari hiruk pikuk aktivitas perkotaan. Butuh waktu 2 jam untuk sampai di kota Surabaya. Jadi intinya desa ku cukup terpencil dari pusat kota. Tapi pesona desa kami betul betul masih asri dan asli adanya. Sangat sejuk dan Indah dengan banyaknya ladang yang terbentang hijau segar. Bisa menimbulkan kesan relaksasi jika dipandang.
Aku sendiri baru lulus kuliah 2 bulan yang lalu, dari Universitas Negeri di Surabaya. Aku mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam. Aktivitasku saat ini sama seperti abi. Ikut menggarap ladang peninggalan abah untuk membantu abi. Hanya saja Aku belum seberani abi untuk mengajarkan agama di madrasah. Tapi baru 1 minggu yang lalu aku memutuskan menerima tawaran dan permintaan pak Dodi selaku ketua Rt di desa ku untuk mengajar ngaji anak anak di masjid Nurul Qolbi yang tak jauh dari rumah orang tuaku. Jaraknya cukup berjalan kaki kira kira 10 menit dari rumah ke masjid tersebut.
🌻🌷Dan inilah kisahku ketika mengenal gadis kota yang kini menjadi calon isteri ku.
Suatu ketika, rutinitasku seperti biasa alarm ponsel ku berdering nyaring pukul 02.30 dini hari. Aku bergegas bangun dan langsung mengambil handuk lalu keluar kamar menuju kamar mandi. Tentulah niatku untuk mandi sebelum aku pergi ke masjid. 20 menit kemudian aku pun selesai dan melanjutkan melangkah keluar untuk pergi ke masjid.
Pak Darmo si marbot masjid kami sedang sakit. Beliau saat ini tengah pulang kampung. Jadi aku yang dengan senang hati menggantikan tugas beliau yang biasanya Adzan awal saat jam 03.00 dini hari.
**** Arsyad Maulana Malik****
Saat aku sampai di masjid langkahku menuju tempat berwudhu laki laki yang berada di lorong belakang masjid, dekat dengan ruangan marbot masjid. Sungguh tak terduga aku akan menemui hal yang amat mengejutkan.
Selesai berwudhu aku kembali ke area depan untuk memasuki ruang utama masjid. Namun Tiba tiba aku menabrak sosok mahluk wanita yang entah dari mana asalnya.
Jantungku hampir copot mendapati sosok yang berada tepat di hadapanku. Bahkan aku telah menabraknya. Untunglah kami tak lantas jatuh bersamaan.
"Astaghfirullohaladzim.....", ucapku spontan ketika perlahan mundur melihat siapa yang baru saja ku tabrak tak sengaja.
"Mas ini Malaikat yah?" tanya si mahluk yang aku sendiri belum tahu rupanya.
Suaranya begitu lembut dan merdu. "Dia perempuan.", batinku dalam hati.
"Mbak nya ini siapa toh?", tanya ku memberanikan diri untuk memastikan. Aku masih menunduk karena takut dengan apa yang akan aku lihat jika aku berani menegakan pandangan.
"Jawab dulu pertanyaanku, apa kamu ini Malaikat yang bertugas menjaga masjid ini?", desak wanita itu.
Aku melihat kakinya yang menapak lantai masjid terbuka tanpa penutup. Pastilah pakaian yang dikenakan tidak sampai menutupi kakinya yang masih termasuk aurat untuk kaum hawa. Lantas adakah alasan lain untuk ku untuk tidak takut memandang lawan bicara ku saat ini.
Sibuk dengan ketakutan ku sendiri aku sampai tak tahu jika wanita yang berhadapan dengan ku sedang berkeliling bak orang thoaf mengitari sekelilingku. Entah apa yang ia cari.
"Heeehh kenapa malah diam aja sih? Malaikat apa bukan?", desaknya lagi mengagetkanku.
"Maaf Mbak, aku iki bukane malaikat, podo koyo mbak iki. mung manusia biasa", jelas ku berusaha untuk sedikit lebih tenang dan tetap pada posisiku yang masih menundukkan kepala dengan sesekali memejamkan mata, berusaha meminta perlindungan dari sang pencipta, jika memang yang sedang dihadapinya adalah suatu cobaan keimanan.
Dari caranya berbicara aku menerka wanita ini berasal dari kota. Caranya bertanya dan mungkin berpakaian yang tidak menutup kakinya menandakan dirinya bukan berasal dari desa Sekaten.
"Lantas siapa kau ini? kenapa malam malam begini keluyuran di masjid dan bermain air kran diujung sana.", tanya wanita itu lagi. Seakan menaruh rasa curiga terhadapku dan ingin terus mengintrogasi diriku.
Dalam hati, aku sedikit menggerutu. Seharusnya akulah yang bertanya demikian kepadanya. Siapa dirinya dan dari mana asalnya. Mengapa berada di masjid ini? Tapi sudahlah, aku tak ingin berlama lama mengurusi hal yang lebih baik di hindari.
"Maaf Mbak saya mau masuk dulu.", ucapku tegas seraya bergegas meninggalkannya.
Tetapi wanita itu justru seperti hendak memegang tangan ku untuk menghentikan langkahku. Buru buru aku menangkis dan terus berdoa memohon bantuan agar imanku tetap pada posisi di hatiku.
"Jangan sentuh aku, Mbak.", tegasku seraya mundur dari langkah yang sepertinya kurang dari 1 meter.
"Kenapa, aku ini bukan hantu atau setan, aku sama seperti mu. Coba lihat ini!! kaki ku napak, pakaianku lengkap, apa ada yang salah dengan ku? Kenapa dari tadi kamu hanya menunduk seperti orang ketakutan macam itu? Apa malaikat seperti mu alergi berdekatan dengan wanita cantik seperti ku?", cerocosnya tanpa titik dan koma.
"Iya Mbak, saya takut.", jawabku singkat seraya berlari menjauh dan memutar balik kearah semula untuk mengambil air wudhu kembali. Aku yakin wudhu ku tadi sudah batal karena menabrak dan tak sengaja bersentuhan dengan tangan wanita tadi.
Agaknya wanita tadi mengerti apa mau ku. Dirinya kurasa sudah berlalu pergi setelah aku tinggal berwudhu lagi.
Setelah selesai berwudhu dan memastikan wanita tadi sudah tak terlihat lagi baru lah aku melangkah masuk kedalam masjid. Aku berharap wanita itu benar-benar tidak mengikuti ku lagi. Jam ditangan ku sudah menunjukkan pukul 02.59 Wib. Lebih baik aku bersiap untuk adzan awal, agar hati dan pikiran ku kembali tenang setelah mendapat kejutan tak terduga seperti tadi.
"Bismillahirohmanirohim...." hening sejenak kemudian ku lanjutkan dengan memandang adzan awal disambung talkhim.
Usai menunaikan tugas ku, aku kemudian duduk bersila setelah sebelumnya mengambil kitab suci Al-quran yang tersimpan di dalam lemari kaca di sudut masjid. Aku memutuskan untuk mengaji saja sembari menunggu waktu subuh tiba.
🍀
🍀
🍀
****Bersambung*****
#Lanjut episode berikutnya yah guys..
silahkan bagi yang mau berbaik hati ikut mengoreksi tulisan ini yang masih acakadul nda karuan...
Mohon vote dan dukungannya juga..! Biar lebih semangat dan terus melanjutkan karya ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Yeni Eka
Like lagi
2021-01-13
0
RANGGA PRAGOLA
semangar thor
2020-11-29
0