Akhirnya tiba juga hari dimana aku bisa kembali kerumah, tapi kali ini aku kembali dengan menggandeng suami baru. Sungguh ini tak pernah ku duga sebelumnya. Walau Mas Arsyad menikahi ku di rumah sakit, hal itu tak lantas mengurangi kebahagiaan ku yang telah menyandang status baru ku sebagai isteri laki-laki yang sangat ku cintai.
Jam 10 aku dan Mas Arsyad telah tiba di rumah Ayah. Mas Arsyad memapahku setelah turun dari mobil dan mendudukanku di kursi roda yang telah di sediakan. Dengan santai Mas Arsyad mendorong kursi roda ku mendekati pintu utama rumah Ayah.
"Mas, mengapa sepi sekali rumah Ayah?"
Tanya ku sedikit menaruh rasa kecewa lantaran sepertinya tak ada lagi yang memperdulikan ku selain Mas Arsyad. Pasalnya sejak semalam nomer Ayah dan Bunda nyaris selalu sibuk jika ku hubungi.
"Berpikirlah positif sayang, Ayah dan Bunda pasti memiliki alasan mengapa dirinya tak bisa datang kerumah sakit." jawab Mas Arsyad dengan bijak sambil mengusap kepala ku.
Ketika Mas Arsyad mengetuk pintu, Bik Inah asisten rumah tangga yang sudah 5 tahun bekerja di keluarga ku membukakan pintu dan memberi salam hangat kepada ku dan suami ku.
"Asalamualaikum Bik." sapa ku pada bibik yang terlihat senang mendapati kepulangan ku setelah 4 hari di rawat di Rumah Sakit.
"Wa'alaikumsalam. Wah syukur alhamdulillah Non Hanum sudah sehat lagi." tutur Bik Inah seraya menyalami ku.
Aku senang, setidaknya ada Bik Inah yang gembira melihat kepulangan ku.
"Non, ini pasti Den Mas Arsyad toh, suami Non Hanum?" tanya Bibik dengan melirik Mas Arsyad yang berada di belakang kursi roda ku.
Aku hanya mengangguk dan tersenyum manis pada Bibik. "Gimana Bik, ganteng kan orangnya?" tanya ku kemudian, meledek Bibik yang sepertinya terpana juga oleh ketampanan Mas Arsyad.
"He'eh Non, Den Mas Arsyad guuanteng tenan e!!" jawab Bibik begitu jujur dengan logat Jawanya yang selalu medhok.
"Mas, kenalin.., ini Bik Inah, beliau bekerja di sini sudah 5 tahunan." ucapku memperkenalkan Bik Inah pada Mas Arsyad.
Mas Arsyad tersenyum dan menyalami Bik Inah. Setelah itu lalu Bik Inah mempersilahkan aku dan Mas Arsyad untuk masuk sementara Bibik menurunkan barang-barang ku dari bagasi mobil.
"Selamat datang pengantin baru." ucap serentak beberapa orang yang ku kira tadinya tak ada siapapun di dalam.
Sontak aku dan Mas Arsyad terkejut. Tak menyangka di ruang tamu ku banyak sekali orang. Semua orang terdekat ku ada disana. Tak terkecuali Mas Pram dan dua sahabat baik ku, Dewi dan Leni.
Semua berkumpul dan memberi ku kejutan kecil yang tak terduga sebelumnya. Ayah, Bunda, Abi, Umi, Maesaroh, Fatimah, dan masih banyak anggota keluarga yang lain yang tak bisa ku tuliskan satu persatu namanya. Sungguh ini membuat ku bahagia.
"Hanum sayang, selamat yah atas pernikahan terunik mu, dan ngomong-ngomong suami mu sangat tampan." ucap Leni seraya mengerlingkan matanya untuk menggoda ku.
Aku tersenyum senang dan memeluk erat sahabat ku lantaran sudah rindu sekali kepadanya dan berkata, "Buruan tobat biar dapet yang seperti itu." bisik ku di sela-sela pelukan ku padanya.
"Jika dirimu sudah bosen dengan Mas Arsyad mu ini, aku mau jadi yang ke dua untuknya." goda Leni yang sepertinya sengaja membuatku jengkel.
Aku mencubit hidung Leni "Enak saja, yang satu ini tak akan ku lepas untuk wanita mana pun." tegas ku kemudian.
Leni pun tertawa dan Mas Arsyad yang mungkin mendengar ledekan Leni hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala.
Selanjutnya Dewi yang memeluk ku dan memberi ku selamat. "Nikahnya di ruang rawat, terus malam pertamanya mungki di ruang operasi yah say...?"
Aku melotot mendengar pertanyaan Dewi. Aku sama sekali belum kepikiran mengenai malam pertama ku nanti dengan Mas Arsyad akan bagaimana dan dimana? Muka ku jadi memerah membayangkan itu. Dan ekspresi ku terbaca oleh Dewi yang memang tak kalah rese dari Leni.
"Mas Arsyad sepertinya Hanum lagi mikirin mal......" sebelum Leni sempat melanjutkan ucapannya yang ngawur buru-buru aku berdiri dari kursi roda ku dan membungkam mulutnya.
Mas Arsyad hanya tersenyum melihat tingkah ku dan dua sahabat ku. Namun mungkin karena aku masih terlalu lemas dan kaki ku masih gemetaran aku nyaris terjatuh saat mencoba berdiri untuk membungkam mulut Dewi tadi. Tapi dengan sigap Mas Arsyad segera menangkap tubuh ku dan mendekapnya erat. Momen itu membuat pandangan ku dan Mas Arsyad bertaut dan saling beradu. Bak ada remote kontrol yang mem-pouse adegan selanjutnya.
Semua orang pun seakan mengerti akan keadaan dan memberi ku dan Mas Arsyad kesempatan untuk saling jatuh cinta dalam pandangan. Mas Arsyad pun seperti tak sadar jika dirinya dan diriku tengah jadi pusat perhatian saat ini.
"Tidak papa? apakah ada yang sakit lagi?" tanya Mas Arsyad tanpa merubah posisinya yang mendekap tubuh ku.
Aku tersenyum bahagia karena kini Mas Arsyad bebas menyentuhku dan setiap sentuhannya akan memberi ku pahala dan ganjaran jika suami ku ridho akan diriku.
"Iya Mas, hanya kaki ku masih sangat lemas dan tak kuasa untuk berdiri lebih lama."
Lalu Mas Arsyad memapah ku dan mendudukan ku lagi di kursi roda. "Hanum belum sepenuhnya pulih, jadi lebih baik Hanum duduk manis dulu di sini." perintahnya penuh perhatian.
Aku mengangguk dan tersenyum senang suami ku sangat memperhatikan ku dan mengkhawatirkan aku. Itu tandanya Mas Arsyad benar-benar sangat mencintai aku.
"Eeeghem.." Suara Ayah berdehem, lalu Ayah berkata, "Sepertinya ada yang sudah ingin berduaan saja nih, sampe-sampe kita yang hadir disini dianggurin." timpal Ayah seraya melirik ke arah ku.
Semuanya ku lihat memandang ku dan Mas Arsyad seraya tersenyum. Aku yang tersipu malu saling beradu pandang lagi dengan Mas Arsyad dan tersenyum bersama menatap pada para tamu yang menyambut kedatangan ku dan Mas Arsyad.
Ayah dan Bunda mendekati ku dan memeluk ku bersamaan. Bunda berkata "Bahagialah selamanya bersama suami mu Sayang, Bunda hanya berharap satu dari mu dan Arsyad, cepat beri kami cucu yah." lagi-lagi ada saja yang meledekku. Eh tapi omongan Bunda bisa juga menjadi doa bagi ku dan Mas Arsyad.
"Terima kasih atas segalanya Bun, Bunda dan Ayah selalu membuat hati Hanum bercampur aduk." ucapku dan tak terasa air mata mengalir di pipi ku.
"Iya Sayang, Bunda yakin Arsyad suami yang baik untuk mu, berbakti dan patuhilah Arsyad selalu." kali ini nasehat bijak keluar dari mulut Bunda.
Ayah gantian memeluk Mas Arsyad untuk memberi selamat dan ku dengar Ayah juga memberi nasehat dan mandat untuk selalu menyayangiku selalu. Dan dengan rasa hormat Mas Arsyad pun berjanji pada Ayah akan selalu berusaha semaksimal mungkin memberi ku rasa nyaman dan aman bersamanya.
Aku di dorong oleh Bunda mendekati Umi Zaenab dan Abi Malik. Lalu Umi pun merangkulku dan juga memberi ku ucapan selamat atas biduk rumah tangga ku dengan Mas Arsyad yang baru akan dimulai.
"Jika Arsyad memiliki kekurangan, sempurnakanlah dirinya dengan doa dan cinta mu Nak, dan jika Arsyad memiliki kelebihan, jadi kan itu sebagai penutup ketidaksempurnaan mu, karena kalian bersatu untuk saling melengkapi satu sama lain." nasehat Umi sangat mengena dihati ku. Aku akan selalu mengingatnya dalam hati dan pikiran ku...
🌺
🌺
🌺🌺🌺Bersambung....!!🌺🌺🌺
#Sekian dulu episode hari ini kawan, Nantikan lagi keseruan episode selanjutnya yah... jangan lupa mohon terus dukungannya juga.!!😁😎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments