🌺Aku tersadar dari tidur panjang ku. Entah mengapa walau mungkin mata ku terpejam untuk beberapa jam saja, rasanya sangat lama dan melelahkan seluruh tubuh ku. Aku sangat bosan dengan keadaan ku seperti ini. Tidak bisa berbuat banyak lantaran hanya terbaring tak bertenaga di atas ranjang rumah sakit.
Yaah...! lagi-lagi aku harus merasakan jarum infus melekat di nadi tangan ku. Dua hari yang lalu aku di bawa oleh Ayah Bunda ku ke rumah sakit. Lantaran aku jatuh pingsan saat aku tengah mencoba gaun pengantin yang nantinya akan aku kenakan. Aku sengaja menyuruh orang butik langganan aku mendesain sendiri gaun pengantin yang aku ingin kan. Dan setelah gaun itu selesai Bu Dian datang kerumah untuk menunjukan gaun tersebut pada ku.
🌺Saat hendak mencoba gaun pengantin ku itu, rasa sakit dan nyeri di sekujur persendian ku kambuh lagi, setelah sebelumnya aku merasakan rasa mual yang amat berat. Dan akhirnya seketika aku lunglai dan jatuh tersungkur. Aku hilang kesadaran dan begitu aku tersadar, aku sudah berada di ruang IGD RS. Medica Jaksel.
🌺Aku melihat ke sekeliling ku. Tak ku temui siapa pun, badan ku yang lemah tak bisa ku gerakan lantaran nyeri yang masih ku rasakan di sekujur tubuhku.
"Dimana Ayah dan Bunda? Mengapa mereka tidak ada?" batin ku dalam hati mencari ke dua orang tua ku yang entah kemana.
Aku terus berusaha menggerakan tangan ku dengan mencoba meletakkan Al-quran yang tadi ku dekap erat dalam tidur. Walaupun rasa nyeri terus menjalar diseluruh persendian ku, akhirnya aku berhasil meletakan Al-quran ku di atas meja.
🌺Aku haus sekali, rasanya ingin tangan ku meraih gelas bening yang berada tepat di samping ranjang ku. Tapi semakin kuat aku berusaha semakin sakit dan nyeri rasanya persendian ku. Entah karena terlalu keras aku memaksakan diri untuk bergerak atau karena aku tak memiliki cukup tenaga, aku terus berusaha agar aku bisa meraih gelas itu, hingga akhirnya aku pun terjatuh dari atas pembaringan.
"Ya Alloh.., mengapa sekujur tubuh ku rasanya sangat sakit dan nyeri, mengapa aku tak memiliki daya untuk menggerakan tubuhku. Penyakit apa yang sebenarnya sedang hamba lawan." batin ku merintih hingga membuat tumpah air mata di pipi ku.
🌺Tiba-tiba datang sepasang tangan yang meraih pundak ku dan membantu ku berdiri. Aku sangat terkejut melihat sosok yang tengah membantu ku bangkit dan melawan rasa sakit ku. Sosok laki-laki yang hadir tiba-tiba itu lalu menggendong ku dan menempatkan ku di posisi semula ku. Dilanjutkan dirinya lalu menyelimuti ku. Aku tertegun menyaksikan kekasih ku datang menolongku ketika aku terjatuh tadi.
"Hanum, kamu tidak papa?" tanyanya yang terlihat sangat mengkhawatirkan diriku.
Aku yang masih tak percaya kini Mas Arsyad ada di depan ku masih terdiam dan menatap lelaki yang seharusnya berada di Surabaya.
"Maaf Mas terpaksa menggendong mu tadi, karena Mas tak tega melihat kondisi mu." ucapnya dengan wajah tertunduk. Aku bisa memahami situasi ini.
Mas Arsyad tidak mungkin mau menyentuhku sedikitpun, jika tidak dalam keadaan terdesak seperti ini. Dan aku sangat yakin kini dalam hatinya Mas Arsyad sedang memohon ampun kepada sang Maha Pencipta karena telah menyentuh wanita yang belum syah menjadi muhrimnya.
Aku masih tak menjawabnya, namun aku menatapnya dan tersenyum menutupi rasa sakit yang merambat dan menjalar di tubuh ku. Aku tak ingin melihat kekasih ku semakin sedih dan terluka jika aku mengatakan yang sejujurnya.
"Jika kamu membutuhkan sesuatu, kamu bisa memencet bel untuk memanggil suster." ucapnya seraya duduk di samping ku dan terus menatap ke arah ku.
"Mas, aku sedang tidak bermimpi kan? Kapan Mas Arsyad datang?" akhirnya aku bersuara dan bertanya kepada calon suami ku yang tiba-tiba hadir dan menolongku tadi.
"Mimpi mu sudah berlalu, sekarang Mas nyata ada di depan mu. Jawab Mas dengan jujur, apa yang Hanum rasakan saat ini? bagian mana yang sakit?" tanya Mas Arsyad yang terlihat sangat khawatir akan kondisi ku.
Mendengar pertanyaan Mas Arsyad aku menangkap ada rasa khawatir yang teramat di wajah Mas Arsyad setelah melihat kondisi ku. Aku tak ingin melihatnya lebih susah lagi jika harus memikirkan aku. Aku harus kuat melawan penyakit apapun yang sedang menyerang dan membuat tubuhku seperti ini.
"Melihat Mas ada disini, sudah cukup menyembuhkan semua rasa sakit ku Mas." jawabku berusaha mengalihkan perhatian Mas Arsyad agar tak terus menanyai ku tentang penyakit ku. Sekuat tenaga aku berusaha menutupi rasa sakit ku agar tak terlihat oleh kekasih ku.
Tapi sepertinya usahaku tak berhasil menepis kekhawatiran Mas Arsyad atas kesehatan ku. Dirinya terus menatap ku seakan mencoba mencari tahu keadaan yang sebenarnya.
Belum sempat Mas Arsyad bertanya lagi tiba-tiba pintu kamar di ketuk dan masuklah seorang Dokter wanita bersama susternya.
"Mba Hanum Stefanny, bagaimana kondisi mu saat ini? Apa masih merasa sakit di seluruh persendian mu?" tanya Dokter Widya kepadaku seraya mendekati ku dan memeriksa ku dengan stetoskopnya. Sementara si suster berada di sebelah kanan ku dan memeriksa tekanan darahku.
Kali ini aku tak bisa berbohong karena ada Dokter yang tengah memeriksa ku. Mas Arsyad pasti akan semakin cemas jika tahu aku serapuh ini nanti.
Aku tak menjawab dan hanya mengagguk tanda mengiyakan pertanyaan dokter Widya.
"Mba Hanum, sebaiknya Mba secepetnya bersedia melakukan test yang telah saya rekomendasikan kemaren, melihat kondisi Mba yang semakin drop saya khawatir jika telat mendapatkan penanganan yang tepat maka akan berakibat fatal nantinya." jelas Dokter Widya yang ku lihat sukses membuat Mas Arsyad kaget sekaligus semakin cemas akan kondisi ku.
Aku berusaha terus menatap Mas Arsyad dengan diam tak menjawab nasehat dokter.
"Test apa yang sebaiknya dilakukan oleh Hanum Dok?" tanya Mas Arsyad yang sepertinya ingin tahu lebih jelas tentang penyakit ku.
"Test HBsAg atau test Hepatitis B Survace Antigen, itu karena saya curiga sakit yang Mba Hanum alami bukan lah sakit nyeri sendi biasa karena di iringi dengan rasa mual dan muntah hingga membuat Mba Hanum sering jatuh pingsan. Saya menduga Mba Hanum mengalami peradangan hati atau biasa disebut hepatitis B."
Penjelasan Dokter Widya bagaikan petir yang mampu menelan suara alam yang gemuruh. Mas Arsyad pasti tak akan menduga sebelumnya jika aku, calon isterinya bisa saja adalah penderita hepatitis B. Aku sangat miris dengan keadaan ku saat ini.
Kini aku yang tertunduk lemas tak berdaya, semangat ku seakan rontok terbawa dugaan Dokter Widya jika aku berpotensi mengalami sakit hepatitis B. Aku tak berani menatap Mas Arsyad ku saat ini.
"Baiklah Dok, insyaalloh Hanum akan melakukan test itu secepatnya." jawab Mas Arsyad dan tak lama setelah itu Dokter Widya berlalu meninggalkan kami.
Untuk beberapa saat kami sama-sama membisu. Disibukkan oleh pikiran masing-masing. Entah apa yang sedang Mas Arsyad pikirkan saat ini. Tapi yang jelas pikiran ku terfokus untuk mencari cara agar secepatnya aku bisa normal kembali menjadi Hanum yang selalu ceria dan semangat, apalagi menjelang hari pernikahan aku dan Mas Arsyad yang tinggal menghitung hari lagi.
💐
💐
💐💐💐Bersambung....💐💐💐
#Terimakasih untuk kalian yang sudah setia mengikuti kisah yang aku tulis hari ini. mohon terus dukung yah...agar Aku pun terus semangat berkarya lagi😎😙😷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments