🌸🌸Jauh di dalam lubuk hati ku, aku telah diajarkan agar selalu menanamkan keyakinan jika Alloh selalu berada dekat dengan hamba-hambanya yang ingin dekat kepada-Nya. Dan kini aku ingin menjalani hidup sebagai manusia yang ingin selalu dekat kepada sang pencipta-Nya.
🌸🌸🌸 Sepertinya Alloh memberi ku penyakit sudah sepakat dengan obatnya. Terbukti saat aku terpuruk dalam perasaan takut menghadapi kenyataan pahit akan diriku yang mungkin berpotensi menderita penyakit yang tidak biasa, Alloh juga mengirimkan Mas Arsyad datang untuk menolong dan memberi ku semangat. Terlebih setelah aku mendengar ucapan Mas Arsyad yang siap menikahi ku secepatnya. Semangat ku meluap lagi agar cepat sembuh dari rasa sakit yang menyerangku.
Hari telah berganti. Pagi pun datang menjelang. Aku terbangun ketika suster mencoba untuk memberi ku pemeriksaan lagi. Aku menoleh ke arah jam dinding yang berada di kiri atas, jam sudah menunjukan pukul 05.05 menit. Setelah memeriksa ku suster itu berlalu keluar dari ruang rawat ku. Aku menelisik pandangan di sekitar.
"Kenapa masih sepi, kemana semua orang?" tak berselang lama Bunda ku datang seorang diri, lalu menghampiri ku.
"Sudah bangun rupanya calon pengantinnya Arsyad." sapa Bunda ketika mendekati ku kemudian duduk satu ranjang dengan ku.
Aku tersenyum dan berkata "Bunda, dari mana saja sih? Ayah kemana? kok dari semalam Hanum tidak melihat Ayah?" tanya ku berusaha menutupi hati ku yang tersipu malu karena bunda menyapa ku dengan menyebut ku calon pengantinnya Mas Arsyad.
"Eeehhh, mulai hari ini kamu harus membiasakan diri untuk tidak mencari Ayah dan Bunda lagi. Karena sebentar lagi ada Arsyad yang akan merawat dan menjaga mu. Bunda sama Ayah kemaren sempet pulang karena harus mengurus beberapa hal di rumah. Lagian ada Arsyad dan Uminya disini. Jadi Bunda tidak was-was meninggalkan mu disini." jelas Bunda dengan mengelus kepala ku penuh sayang.
"Umi Zaenab ada di sini juga? kok aku belum melihatnya? di mana beliau sekarang?"
"Mungkin masih di mushola, terakhir beliau dan Arsyad berpamitan untuk sholat subuh tadi."
Aku terdiam setelah mendengar penjelasan Bunda.
"Hanum, Bunda ingin bertanya kepada mu, apakah kamu sudah siap menjadi seorang isteri?" tanya Bunda seolah-olah ingin memastikan kemantapan ku.
"Pernikahan ku dengan Mas Arsyad sudah dekat Bun, tinggal menghitung hari saja. Dan untuk itu aku sudah mempersiapkan lahir batin ku untuk menyandang status baru ku nanti." jawab ku santai sembari tersenyum ke arah Bunda.
"Syukurlah sayang, jika memang siap seperti itu, restu Ayah dan Bunda mu selalu menyertai kalian. Patuh dan nurutlah sama suami mu. Apapun yang diperintahkan jangan kamu jadikan beban, jadikan perintah suami mu sebagai ladang pahala bagi mu." Bunda menasehati ku seolah-olah ini hari pernikahan ku sudah tiba.
Aku mengangguk dan berusaha bersandar dengan bantuan Bunda. Setelah bersandar Bunda mencoba melepaskan kerudung ku dan mengambil kerudung yang sangat indah.
"Arsyad ingin kau memakai kerudung ini, sayang!" ucap Bunda seraya mendandani ku.
Bunda mengelap tubuhku dan mengganti pakaian seragam pasien ku dengan seragam pasien yang baru. model seragamnya sama tapi hanya warnanya saja yang berbeda. Seragam yang kini ku kenakan berwarna pink pias, sedangkan kerudung yang kata bunda pemberian dari Mas Arsyad berwarna merah bermotif bunga-bunga yang cantik.
"Hanum apa yang sakit saat ini?" tanya Bunda ku memastikan kondisi ku dan tak berhenti mengelap dan merapikan tubuhku.
"Masih sedikit sakit Bun jika aku terlalu aktif bergerak, tapi tak sesakit kemaren." jawabku anteng di dandani oleh Bunda.
Entah mengapa tiba-tiba Bunda membuka tas kecil yang berisikan alat make up komplit. Aku bingung melihatnya. Untuk apa Bunda mendandani ku seperti ini.
"Bun untuk apa dandan semenor ini?" tanyaku tetap pasrah Bunda mulai mendandani wajah ku.
"Untuk Arsyad." jawab Bunda singkat.
Setelah selesai mendandani ku aku pun duduk bersandar bantal.
"Nah.., begini kan cantik." kata Bunda menetap ku dan tersenyum.
Dalam hati bertanya-tanya kemana gerangan Mas Arsyad dan Umi Zaenab. Ayah juga kenapa tak tampak? batin ku bertanya-tanya dalam hati.
Jam sudah menunjukan pukul 07.00 Wib, pintu di ketuk dan di buka oleh seseorang dari luar.
Ayah dan Umi Zaenab rupanya datang berbarengan. Umi Zaenab baru bertemu dengan ku. Beliau langsung menghampiri ku dan aku pun langsung menyalami beliau dan mencium tangannya yang terulur. Rasanya masih sedikit nyeri di beberapa titik persendian ku. Karena itulah aku sedikit meringis menahan sakit ku.
Melihat ku kesakitan Umi merangkul tubuhku dengan hangat.
"Ndo, cah ayu..seng kuat tho Ndo, mugi-mugi sakite cah ayu cepet mantun." ucap Umi yang sepertinya tak kalah khawatirnya dengan Mas Arsyad.
"Umi jangan khawatir, Hanum sudah sembuh kok." jawabku berusaha tegar. Mendengar jawaban ku Umi kembali memeluk ku erat.
Tapi dimana Mas Arsyad? hati ku terus bertanya-tanya.
"Ayah mana Mas Arsyad?" tanya ku pada Ayah.
"Lho kenapa tanya Arsyad ke Ayah, Ayah kan baru sampe sini. Ada Uminya kenapa nggak tanya langsung sama Uminya?" jawab Ayah malah membuatku malu.
"Lihat anak kita Bun, belum apa-apa Arsyad terus yang dicariin." ledek Ayah sembari mendekat pada Bunda. Kata-kata Ayah benar-benar membuatku semakin tersipu malu di depan Umi. Sementara itu Umi hanya tersenyum dengan terus mendekap ku.
Tak selang beberapa menit pintu kembali di ketuk dan masuklah sosok orang yang sedari tadi aku tunggu-tunggu. Mas Arsyad datang dengan sangat rapi dan tampan tentunya. Dirinya hari ini benar-benar lebih gagah dari biasanya. Dengan kemeja putih dan celana hitam dilengkapi dengan tatanan rambut yang rapi membuat Mas Arsyad sangat memukau diriku.
Tapi yang membuatku bingung, Mas Arsyad datang bersama 2 orang yang belum ku kenal sebelumnya. Orang yang datang bersama Mas Arsyad pun terlihat rapi dengan setelan baju batik dan celana hitam pula.
"Asalamualaikum.." sapa Mas Arsyad pada semua orang di ruang rawat ku.
Serentak semua pun menjawab "Wa'alaikumsalam.."
Aku dan Mas Arsyad sejenak saling beradu pandang dan melempar senyum. Mata kami seakan bertemu di suatu titik yang membuat kami saling jatuh cinta lagi dan lagi.
"Bagaimana keadaan mu Hanum?" tanya Mas Arsyad pada ku.
"Alhamdulillah jauh lebih baik dari sebelumnya Mas." jawabku dengan tetap menatapnya.
"Alhamdulillah, jika memang sudah membaik."
"Mas dari mana sih? kenapa baru datang?" tanya ku sedikit kesal dan ingin tahu apa yang Mas Arsyad lakukan di luar sana, hingga membuatnya mengabaikan ku.
"Maaf Mas ada urusan penting yang mesti Mas urus secepatnya." jawab Mas Arsyad tanpa menjelaskan lebih mengenai urusan apa yang ia lakukan. Ingin bertanya lebih lanjut aku sadar akan statusku yang belum syah menjadi isteri Mas Arsyad. Jadi tidak ada alasan ku untuk menuntut Mas Arsyad menceritakan segala urusannya kepadaku.
🌺
🌺
🌺🌺 🌺Bersambung....🌺🌺🌺
#Episode selanjutnya akan ada kejutan dari Arsyad untuk Hanum.. kejutan apakah itu??? terus nantikan kelanjutan kisahnya ya guys..mohon dukung dan sarannya untuk karya ku ini...😍😎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments