Pernikahan yang kuat jarang tercipta dari dua orang kuat sekaligus.
Pernikahan yang kuat adalah suami dan isteri yang bergiliran menjadi kuat satu sama lain pada saat-saat ketika yang lain merasa lemah.
Kata mutiara dan motivasi diatas adalah cuplikan inti ceramah dari Ustadz yang telah mengisi di acara walimatul ursy pernikahan ku dengan Mas Arsyad. Sungguh aku tak akan melupakan nasehat itu karena ku yakin ada saatnya nanti aku dan Mas Arsyad akan menemui masa-masa sulit kami.
Acara demi acara telah usai dan entah mengapa sangat melelahkan bagi ku, atau mungkin karena diriku baru dinyatakan sembuh dan masih dalam masa pemulihan? sehingga membuat ku merasa lekas lelah dan mudah lemas seketika?
Aku tak ingin membuat semua orang yang sedang berbahagia kembali mengkhawatirkan diri ku. Akan lebih baik aku berusaha sekuat tenaga agar tak nampak lemah di depan mereka.
Terlebih di depan Mas Arsyad yang sudah berkorban banyak untuk ku. Ketika para tamu telah berkurang satu demi satu. Aku pun merasa lega karena acara malam ini bisa berjalan lancar.
"Sayang, apa yang kamu rasakan saat ini?" Tanya Mas Arsyad mengagetkan ku. Seolah dirinya bisa merasakan jua akan tubuhku yang kembali terasa lemas dan perlahan rasa mual juga menyerangku perlahan.
Dengan senyuman aku harap aku bisa mengelabuhi Mas Arsyad agar tak panik dan cemas akan keadaanku saat ini, "Jelas bahagia banget Mas, Alloh telah mengirimkan jodoh terbaik ku dalam hidup." ujar ku tanpa menatap mata Mas Arsyad.
Kemudian Mas Arsyad menggenggam tangan kanan ku seraya berkata "Jangan pernah tutupi apapun lagi dari Mas. Jika ada yang Hanum rasakan tidak enak, sampaikan saja! Mas ini sekarang kan sudah menjadi suami mu." perintahnya seakan tak mudah ku perdaya walau telah ku sembunyikan rasa yang sangat mengganggu ku itu.
"Maaf kan Hanum Mas, Hanum sebenarnya sudah sangat lelah dan juga lemas, hampir kehilangan tenaga dan perut ku rasanya sangat mual." ujar ku pada akhirnya yang harus jujur karena aku tak ingin berbohong di awal pernikahan ku.
Tanpa menjawab Mas Arsyad pun meraih tubuhku dan menggendongnya. Semua orang yang tersisa diruangan terkejut dan menatap kearah kami bersamaan.
"Ayah, Bunda..Arsyad izin mau bawa Hanum istirahat dulu yah, Hanum bilang dirinya sudah letih dan mual lagi. Arsyad takut jika nanti dipaksakan Hanum bisa drop lagi." pamitnya seraya menjelaskan sejujurnya pada Ayah dan Bunda ku.
"Bawalah Hanum ke kamar Nak, Hanum memang butuh istirahat!" perintah Ayah spontan mengetahui diriku yang sudah mulai terlihat pucat.
Tanpa berlama lagi Mas Arsyad pun melangkah dan menaiki anak tangga dengan sedikit berlari kecil. Sementara aku hanya bisa pasrah dalam gendongannya. Ku rebahan kepala ku di dada lapangnya. Detak jantungnya..aku bisa merasakannya. Harum parfum yang melekat di bajunya membuat sensasi relaks yang menyegarkan.
Dengan terus berjalan cepat Mas Arsyad sesekali menatap ku.
"Hanum, terus berdoalah agar Alloh memberi kekuatan lebih dan kesabaran yang luas untuk mu." ujarnya di tutup dengan mengecup kening ku lembut.
Seketika aku sangat tenang dan mata ku pun mulai terpejam.
Mas Arsyad membuka pintu kamar ku dengan siku lengannya, lalu merebahkan tubuhku diatas ranjang yang masih di penuhi patahan kelopak bunga mawar yang semerbak.
Kemudian Mas Arsyad menutup kembali pintu kamar, dan mendekati ku lagi. Diraihnya kaki ku dan melepas sepatu pesta ku. Lalu dilanjutkan dengan menyelimuti tubuh ku.
"Mas..." panggilku dengan suara yang parau.
"Iya Hanum, bagaimana sekarang? sudah mendingan atau masih sakit?" tanyanya terlihat sangat mengkhawatirkan ku.
Aku pun tersenyum dan meraih kedua tangannya.
"Maaf kan aku jika malam ini aku tak mampu untuk...." Belum sempat aku melanjutkan kata-kata ku, Mas Arsyad sudah menyela perkataan ku.
"Jangan pikirkan itu dulu. Mas tidak akan memintanya saat kondisi mu belum pulih. Mas masih bisa bersabar." jelasnya penuh pengertian.
"Harusnya Mas menikahi wanita yang sempurna. Bukan menikahi gadis yang berpotensi penyakitan seperti aku. Jadi Mas akan mendapatkan hak Mas secepatnya." ucap ku seraya meneteskan air mata, karena aku merasa sedih belum bisa membahagiakan suami ku. Sejak awal pernikahan hingga malam ini, aku hanya membuat Mas Arsyad repot mengurusi ku.
"Jangan pernah menyalahkan takdir alloh Sayang, Mas menikahi mu bukan karena kelebihan yang ada pada mu. Melainkan karena Mas melihat kekurangan mu, karena sebaik-baik manusia adalah yang bisa bermanfaat untuk orang lain. Mengerti?" jelas Mas Arsyad mencoba menenangkan ku.
"Mas, walau pun malam ini aku tidak bisa melakukan itu tapi Mas akan tetap menemani ku tidur disini kan?" tanyaku yang di jawab dengan tawa kecil Mas Arsyad.
"Ya..iyalah Sayang, masa Mas mau tidur aja harus pulang ke Sekaten? Jika iya Mas harus pulang ke Sekaten, Mas akan bawa kamu kesana juga. Tidur berdua diranjang yang sempit, mau..??" ledek Mas Arsyad.
"Nggak papa sempit, malah enak. Kan jadi lebih anget dipeluk Mas terus nanti." jawabku enteng.
Aku menggeser posisi tidur ku, agar Mas Arsyad ku bisa duduk lebih dekat disamping ku.
"Mas, aku mau tidur di pangkuan mu..apa boleh?" rengek ku manja.
"Minta yang lain juga boleh kok." jawab Mas Arsyad seraya membuat tempat ternyaman di pahanya.
Akupun langsung memposisikan tidur ku di pangkuan Mas Arsyad. Seperti tersetel otomatis tangan Mas Arsyad pun mulai mengelus-elus kepalaku. "Begini saja rasanya sudah sangat membuatku nyaman dan damai." bathin ku dalam hati.
Memang rasanya bak mendapatkan kekuatan lebih untuk melawan segala rasa sakit yang tadi nyaris menyerang ku.
"Gimana? Ada yang mau di minta lagi ndak?" tanya Mas Arsyad sedikit keluar logat Surabayanya.
"Emmmm, mau minta jatah bulan madu aja lah." jawab ku seraya tersenyum manis ke arah suami ku.
"Boleh, Mas juga sebenarnya sudah merencanakan itu sih. Tapi sebelum itu gantian Mas yang minta sesuatu boleh?" tanya Mas Arsyad meminta sesuatu pada ku.
Akupun langsung mengangguki permintaannya tanpa ku tahu apa yang Mas Arsyad mau dari ku.
"Lakukanlah test HBsAg, Mas ingin memastikan kondisi isteri Mas tercinta." bujuknya padaku untuk melakukan test seperti yang Dokter Widya sarankan sebelumnya.
"Jika nanti ternyata aku memang mengidap penyakit yang serius akan seperti apa reaksi Mas Arsyad?" tanya ku dengan mimik sedih teringat vonis yang dimungkinkan untuk diriku.
"Walau Mas sebelumnya belum pernah merasakan jatuh cinta kepada lawan jenis, namun Mas memiliki moto The power of love dalam islam ada 4 hal yaitu pertama berilmu, kedua yakin ketika mencintainya, Ketiga ikhlas ketika menjalaninya, dan terakhir jujur ketika melakukannya. Hanum mengertilah maksud Mas? Maas tidak akan mengurangi tekad Mas untuk selalu menjadi suami yang bertanggung jawab dalam keadaan tersulit sekalipun." jawab Mas Arsyad yang sangat menenangkan hati ku.
Aku pun akhirnya mantap untuk melakukan permintaan Mas Arsyad untuk menjalani test HBsAg.
🌺
🌺
🌺🌺🌺Bersambung.. .🌺🌺🌺🌺
#Akan ada hasil apa dari test yang akan dijalani Hanum nanti? Nantikan kelanjutan ceritanya di episode berikutnya...mohon terus dukungannya juga ya saay😚😙😁😎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments