Hanum Stefanny Soebandi, satu nama yang kini slalu terselip dalam setiap doa doa ku. Dirinya berhasil memenangkan hati dan cinta ku dengan caranya yang tak pernah ku duga sebelumnya. Aku akui sebagai lelaki yang normal ketika dia menemui ku pertama kali aku sangat terpana akan kecantikannya, namun itu semua tak serta merta membuat ku langsung menerima cintanya dan mau menikahinya secepat ini.
Entahlah setelah aku mengenalnya, mengapa namanya selalu terngiang di pikiran ku. Wajah ayunya selalu menghampiri sebelum aku terpejam.
Setelah usaha Hanum mencoba meyakinkan ku akan cintanya selama 1 minggu, dengan segala macam jerih payahnya, akhirnya aku memutuskan untuk datang kepadanya serta melamarnya.
Aku tersentak dari lamunanku akan calon isteri ku karena dering ponsel ku berbunyi. Dan ketika aku melihat nama orang tua Hanum yang tertera, ayah Surya yang menghubungi ku. Lalu segera ku raih ponsel ku lantas ku tekan tombol hijau di layar ponsel.
"Asalamualaikum." sapa ku mengangkat telfon Ayah Surya.
"Wa'alaikumsalam Nak Arsyad. Ayah menelfonmu karena ingin memberi kabar kurang baik kepada mu mengenai Hanum." Ucapnya dengan suara getir yang ku rasa.
"Kabar apa Yah? Ada apa dengan Hanum?" tanyaku mulai terusik rasa panik akan keadaan calon isteri ku. Aku sudah memanggil kedua orang tua Hanum Ayah dan Bunda. Sama seperti Hanum yang sudah membiasakan dirinya memanggil kedua orang tua ku Abi dan Umi.
"Untuk ke 3 kalinya dalam bulan ini Hanum masuk IGD lagi Nak, semalam Hanum muntah-muntah dan mengeluh sakit perut, hingga dirinya pingsan dan akhirnya kembali masuk rumah sakit lagi." jelas Ayah Surya pada ku.
Aku kaget sekaligus khawatir dengan kondisi Hanum saat ini. Seperti yang Ayah Surya tadi katakan di telfon. Ini kali ke 3 nya Hanum kembali masuk ruang IGD.
"Ya Alloh gusti. Lindungilah Hanum serta segeralah angkat penyakitnya." pintaku dalam doa yang tak terucap.
"Ayah, sebenarnya apa yang terjadi dengan Hanum? mengapa dirinya sering drop seperti ini?" tanya ku pilu mendengar kondisi calon isteri ku.
"Entahlah Nak, Ayah tak tahu penyakit apa yang saat ini menyerang tubuh Hanum. Setiap kali dokter menyarankan agar Hanum di periksa secara detail agar bisa mengetahui penyakitnya, Hanum selalu menolak. Makanya Ayah ingin tolonglah bujuk Hanum agar mau di periksa, Hanum sangat mencintai mu Nak, jadi pasti dia mau mendengarkan saran mu." pinta Ayah pada ku.
Jelas aku tak bisa menolak permintaan Ayah Surya. Aku akan ke Jakarta dan melihat langsung kondisi Hanum. Mungkin saat Hanum masuk rumah sakit yang pertama aku belum sedekat ini atau bahkan belum mengenalnya. Karena aku dekat dengannya dan menjadi sepasang calon suami dan isteri baru 2 minggu yang lalu setelah aku datang melamarnya waktu itu. Ketika kali keduanya aku mendengar kabar Hanum masuk rumah sakit ketika hari sebelum dimana aku melamanya. Tepat 2 hari setelah dirinya pulang dari Surabaya. Saat itu aku tak berani datang menjenguknya. Hanya lewat ponsel aku bisa melihat kondisinya. Tapi kali ini aku memutuskan untuk datang menjenguknya. Bagaimana pun juga hati ku sangat mengkhawatirkan gadis yang selalu terlihat ceria, gadis yang telah membuat ku jatuh cinta pertama kali.
"Baiklah Yah, aku akan datang ke Jakarta." ucapku singkat karena terlalu khawatir akan kesehatan calon isteri ku tercinta.
"Terima kasih Nak. Hati-hati di jalan. Ayah dan Bunda akan menunggu mu disini."
"Iya Yah, pasti Arsyad akan berhati-hati. Arsyad titip Hanum ya Yah. Kabarin Arsyad jika ada kabar tentang Hanum ya Yah!" pinta ku sebelum akhirnya telfon berakhir.
Setelah itu aku segera memberi tahu Abi dan Umi mengenai kondisi Hanum. Mereka sama kagetnya dengan ku, bahkan setelah aku mengatakan akan datang ke Jakarta, Umi meminta ikut dengan ku. Abi juga sebenarnya ingin ikut serta menjenguk calon menantunya. Tapi Abi tidak bisa mengabaikan tanggung jawab mengajar di madrasah. Akhirnya tanpa menunggu lama lagi aku dan Umi bersiap-siap untuk berangkat ke Jakarta.
Aku memilih menyewa mobil dari tempat teman ku untuk datang ke Jakarta bersama Umi. Bagi ku itu akan lebih cepat sampai ketimbang jika aku menggunakan Bus. Aku bisa menyetir mobil, karena dulu aku sempet menjadi supir angkot ketika aku kuliah dulu.
Waktu tempuh ku dari Surabaya ke Jakarta hanya 8 jam 30 menit. Aku tiba di rumah sakit Medika Jakarta selatan pukul 19.45 Wib, karena aku berangkat dari rumah pukul 11 siang.
Sesampainya di ruang rawat VIP Bougenvil, aku bertemu Ayah Surya yang tengah duduk seorang diri. Aku lekas menghampirinya bersama Umi.
"Asalamualaikum Ayah." sapa ku padanya, seraya meraih tangan Ayah Surya dan menyalaminya.
Terlihat wajah lelah dan lesu Ayah Surya yang tersirat. Aku pun duduk disebelah Ayah disusul dengan Umi yang berada tepat disamping ku. Aku yakin ayah sangat mencemaskan kesehatan putri semata wayangnya. Bagaimana tidak? Sepengetahuan ku Hanum tak pernah mengeluh apa pun pada ku, tapi dari cerita kedua orang tuanya, akhir-akhir ini Hanum sering merasakan mual dan muntah yang tiba-tiba. Bahkan tak jarang Hanum jatuh pingsan.
"Wa'alaikumsalam Arsyad? Syukurlah kamu sudah sampai Nak, Bu Zaenab bagaimana kabar Ibu?" sapa Ayah Surya ketika melihat Umi ikut bersama ku.
"Alhamdulillah keluarga dari desa semuanya baik Pak Surya. Bagaimana kondisi Nak Hanum saat ini Pak? kok bisa Nak Hanum sampai drop begini?" cerocos Umi ku yang sepertinya sudah tak sabar ingin mengetahui kondisi Hanum terkini.
"Hanum saat ini sedang istirahat bu, setelah tadi Dokter memberinya suntikan yang mungkin mengandung obat tidur. Bundanya Hanum juga ada di dalam. Arsyad ajak Umi mu masuk kedalam. Dan temuilah Hanum Nak!" perintah Ayah Surya kepada ku. Aku pun mengangguk dan mengajak Umi untuk masuk ke dalam ruang rawat inap.
Pemandangan yang amat memilukan melihat Hanum terbaring lemah tak berdaya seperti itu. Hati ku menangis dan rasanya ingin sekali aku mendekap erat wanita yang kini sedang melawan penyakit yang menyerangnya. Tapi aku hanya bisa tertunduk diam dan sesekali menatap dalam ke arahnya.
Mata Hanum terpejam, dengan seragam pasien rumah sakit dan berkerudung putih membuatnya tetap cantik ketika dirinya lelap tertidur. Sementara itu di sisi kanannya ada Bunda Ayu yang sedang menemaninya.
Namun aku terkesima ketika aku mencoba mendekat, aku melihat kedua tangan Hanum tengah memeluk kitab suci Al-quran. Sungguh itu sangat membuat ku kagum dan merasa mantap untuk segera menikahinya. Aku yakin Hanum mungkin bukan gadis sesempurna isteri-isteri rosulalloh, tapi aku tahu Hanum mau belajar dan dibimbing untuk bisa menjadi isteri yang sholehah.
"Asalamualaikum..," sapa aku dan Umi berbarengan.
"Walaikumsalam." jawab Bunda Ayu sembari bangkit dan mendekati ku. Aku segera menyalami calon mertuaku dan Umi berpelukan dengan calon besannya.
"Bu Ayu yang sabar yah Bu, ini ujian agar Ibu sekeluarga bisa lebih mendekatkan diri pada Alloh. Insyaalloh penyakit Hanum adalah penggugur dosa-dosa Hanum." ucap Umi mencoba menenangkan kekhawatiran Bunda Ayu.
"Aaaamiiin ya Alloh, semoga saja Hanum lekas diberikan kesehatan seperti sedia kala ya Mi. Hanum sangatlah semangat mengurusi persiapan pernikahannya nanti, hingga mungkin dirinya mengabaikan kesehatannya sendiri." tutur Bunda Ayu.
Aku yang anteng sembari terus menatap Hanum yang tertidur terus berdoa agar tak terjadi hal yang lebih buruk dari ini terjadi pada calon isteri ku. Semoga saja sakitnya benar karena Hanum kelelahan saja, bukan karena penyakit yang nantinya akan membahayakan keselamatan dirinya.
Ini kali pertamanya aku merasa sangat pilu dan tersayat. Melihat wanita yang ku cintai kini terbaring lemah. Wanita yang biasanya selalu ceria, kini pucat pasi menghadapi rasa sakit.
"Hanum Stefanny Soebandi, cepatlah sembuh sayang. 14 hari lagi kita akan menikah. Setelah itu, Mas akan terus merawat dan membahagiakan mu." pinta ku dalam hati kepada kekasih ku.
🌺
🌺
🌺🌺🌺*Bersambung....🌺🌺🌺
#Sudah akan di mulai kisah pilu yang harus dilalui pasangan yang akan menikah ini. Bagaimana kelanjutannya.. nantikan episode selanjutnya yah... untuk itu terus dukung dan semangati aku terus kawan...😚😚😍😎*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Yeni Eka
Semangat like
2021-02-09
0