Tak kuasa aku melihat wajahnya yang pucat pasi, meskipun Hanum terus berusaha tersenyum didepan ku, aku yakin rasa sakit masih bersarang di tubuhnya. Walaupun Hanum tak mengatakan apa pun pada ku tentang penyakitnya, tapi aku tahu bahwa rasa sakitnya telah membuatnya sangat lemah dan tak berdaya. Untuk mengambil gelas yang berada di sampingnya pun Hanum harus memaksakan diri dan akhirnya membuat dirinya terjatuh. Hati ku sangat pilu mendapati wanita yang kini sudah berhasil memenangkan cinta ku kesakitan hingga meneteskan air mata yang tak tertahan.
"Ya Alloh yang maha memiliki segala alam semesta dan seisinya. Sembuhkanlah Hanum dari segala penyakit apapun yang membuatnya lemah. Beri lah dirinya kekuatan dan kesabaran untuk melawan rasa sakitnya." pintaku dalam hati pada sang khalik.
Aku terus menatap dan melihat dirinya menunduk lemas. Sungguh tak sampai hati aku melihatnya seperti ini.
"Hanum..." panggil ku untuk mencoba mengajaknya berbicara.
"Apakah Hanum tau perasaan Mas saat ini?" tanyaku padanya yang masih saja terdiam.
Hanum menggelengkan kepalanya serta kembali menatap ku.
"Mas lebih sakit dari Hanum. Sekarang Mas ingin bertanya, apakah Hanum masih mau menjadi isteri Mas? isteri sholehah yang jaminannya masuk surga?" tanya ku lagi kepadanya.
"Jelas aku akan berusaha menjadi isteri yang sholehah Mas. Seburuknya aku dimasa lalu aku juga salah satu wanita yang merindukan surga." jawabnya mulai bersemangat untuk berbincang.
Tujuanku sebenarnya hanyalah ingin memberinya dorongan dan motivasi untuk melawan apapun nanti penyakitnya. Karena jujur saja, setelah aku mendengar langsung penjelasan dari Dokter yang merawat Hanum tadi, aku khawatir jika sakitnya akan butuh waktu lebih lama untuk sembuh. Tapi aku tetap menyimpan harapan itu tidak akan terjadi pada calon isteri ku ini.
"Jika Hanum ingin menjadi isteri sholehah, Hanum harus tahu apa kewajiban dan tugas seorang isteri, ngomong-ngomong apa Hanum sudah siap menjalani itu semua?" aku sengaja mengajaknya berbincang tentang pernikahan. Pasalnya aku yakin, semangatnya akan kembali setelah dia membayangkan hal yang nantinya akan membuatnya bahagia.
"Isteri harus melayani suami dengan baik, taat pada perintah suami, dan tidak meninggalkan kewajiban lainnya kan Mas? Aku akan belajar semua dari awal Mas, dan sesuai tugas Mas yang nantinya akan menjadi suami ku, tolong bimbinglah aku dan jangan pernah letih untuk menyayangi ku walau aku dalam keadaan seburuk apa pun nanti." ucapnya meminta padaku penuh ketulusan.
Aku tersenyum dan berkata "yakin nih? Hanum mau Mas bimbing?"
Hanum mengangguk penuh semangat.
Dan aku rasa ini waktu yang pas untuk memintanya menyetujui test HBsAg yang disarankan oleh Dokter Widya. Aku tidak ingin ambil resiko jika nanti terlambat bagi semuanya.
"Kalau begitu, kita latian dari sekarang yah!"
ucapku selanjutnya pada Hanum.
"Latian apa Mas?"
"Latian nurut dan manut sama suami nduk..." jawabku.
Sepertinya Hanum sudah menerka kalimat apa yang akan keluar lagi setelah itu.
"Mas Arsyad pasti ingin menyuruhku melakukan test HBsAg kan?" tegasnya padaku.
"Lakukanlah untuk dirimu sendiri Hanum. Sebelum menyayangi Mas atau orang lain, sayangilah dirimu sendiri. Karena jika bukan kamu sendiri, maka tidak akan ada orang yang bisa melakukan itu sebaik dirimu sendiri. Termasuk Mas yang saat ini, jam ini, menit ini, bahkan detik ini insyaalloh siap menikahi mu, dan memikul tanggung jawab menjaga mu di dunia dan akheratpun tak akan mampu melakukan itu sebaik dirimu sendiri."
Matanya pun ku lihat mulai berkaca-kaca mendengar apa yang ku sampaikan.
"Hanum, ini kali pertamanya Mas melihat mu lemah seperti ini. Mas tidak ingin jika wanita yang Mas cintai saat ini menjadi wanita yang lemah. Kemana Hanum yang selalu ceria penuh senyum, menebar pesona kepada setiap orang, tak pernah pantang menyerah meraih apa yang di inginkan? dan yang pasti Hanum yang telah membuat Mas jatuh cinta dalam waktu 1 minggu?"
Airmata pun kini menetes di pipinya. melihat itu, ingin sekali aku mengusap dan mendekapnya erat untuk menenangkannya dalam segala rasa sakit atau bahkan takut akan kenyataan pahit yang mungkin akan dihadapinya.
Disela tangisnya yang tak bersuara itu ku lihat dirinya meringis kesakitan saat mencoba bergerak untuk sedikit merubah posisi berbaringnya.
"Apakah masih sakit?" tanya ku khawatir. Rasanya pilu sekali dihati melihatnya kesakitan seperti itu.
"Sakit sekali seluruh persendian di sekujur tubuhku Mas, perutku juga mulai mual lagi." rintihnya menyayat hati.
"Mas mohon lakukanlah test itu sayang, agar kita tahu secara pasti mengenai kondisi mu, dan mengobatinya dengan tindakan yang akan menyembuhkan mu." desak ku padanya.
"Aku takut Mas, jika nanti hasilnya akan membuatku tahu bahwa aku tengah sakit parah dan Mas akan berubah pikiran untuk menikahi ku. Mana ada lelaki yang mau memperisteri wanita penyakitan yang lemah seperti ini?" ucapnya memelas dan terlihat semakin kesakitan.
"Dengarkan Mas!" pintaku seraya lebih mendekat agar bisa meyakinkan wanita yang ku cinta itu.
"Kamu benar Hanum. Melihat mu seperti ini Mas berubah pikiran mengenai pernikahan kita." tegas ku yang membuat Hanum terhenyak dan langsung menundukkan kepalanya.
"Mas sudah berubah pikiran dan akan meminta izin pada ayah, agar Mas bisa menikahi mu secepat mungkin. Jika perlu besok Mas akan menikahi mu." ucapku tegas tanpa ragu sedikit pun.
Setelah mengetahui betapa menderitanya Hanum melawan penyakitnya itu, aku yakin dengan keputusan yang ku ambil ini. Bukan semata-mata karena emosi sesaat, lebih dari itu aku memikirkan saat ini Hanum sangat membutuhkan orang yang bisa memberinya semangat untuk bangkit, dan jika aku sudah menikahinya tentu lebih leluasa merawat dan menjaganya setiap waktu.
Sudah cukup Hanum membuktikan bahwa dirinya sangat mencintaiku dan pantas untuk diriku. Kini saatnya aku yang akan berusaha semampu ku untuk membalasnya, dan membuktikan bahwa akupun siap merawat dan membahagiakannya.
Mendengar perkataan terakhir Hanum terdiam dan menatapku dalam-dalam.
"Mas serius sayang, insyaalloh Mas akan menghalalkan mu secepatnya. Karena Mas ingin merawat mu dan berusaha membahagiakan cinta Mas." rupanya kali ini Hanum kembali tersenyum mendengar ucapanku.
Akan tetapi disela-sela senyumnya rasanya Hanum masih menahan rasa sakit yang mungkin semakin menjalar diseluruh tubuhnya.
"Tapi Mas mohon dengan sangat, lakukan tes HBsAg secepatnya. Apapun nanti hasilnya kita akan menghadapinya bersama." lanjutku berupaya terus membujuk Hanum agar mau menjalani test untuk mengetahui penyakitnya.
Mungkin karena sudah terlalu lemas dan lelah melawan rasa sakit, Hanum hanya menganggukan kepalanya, sebagai tanda setuju akan permintaan ku.
Untuk sesaat aku lega karena Hanum sudah bersedia menjalani test. Dan aku berharap calon isteri tidak akan menderita sakit lebih dari ini.
"Terima kasih Hanum. Mas menyayangi mu dan akan terus begitu sepanjang waktu, sekarang beristirahatlah, agar esok rasa sakit mu sudah menghilang dan sirna dari tubuhmu." ucapku sembari menaikan selimut yang tadinya hanya menyelimuti kaki hingga lututnya.
"Terima kasih juga atas balasan cinta Mas yang selalu membuat ku bahagia. Malam ini aku akan bermimpi indah, karena sang pujaan ku berada di sisi ku." balasnya seraya tersenyum manis kepadaku. Senyum itulah yang selalu ingin ku lihat sepanjang hari nanti.
Aku bangkit lalu aku berdoa seraya menatapnya yang terbaring dan mencoba untuk memejamkan mata.
"Allohumma tangan naas mudzhibal ba'si isyfi antasy-syaafii laa syafiya illaa anta syifaa'an laa yughaadiru saqoma. Tuhanku, Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit, berikanlah kesembuhan karena Kau adalah penyembuh. Tiada yang dapat menyembuhkan penyakit kecuali Kau dengan kesembuhan yang tidak menyisakan rasa nyeri".
Setelah berdoa Hanum seperti terbius seketika. Dirinya terlelap tidur.
🌺
🌺
🌺🌺🌺Bersambung...🌺🌺🌺
#Dah dulu ya guys episode kali ini... terus tunggu up. terbarunya ya guys..akan lebih seru. mohon dukung dan semangat in aku terus guys...😎😙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Ita Alexis
terharuu..
2020-12-31
0