Sore itu juga Ia memutuskan mengendarai sendiri mobilnya menuju hotel luxury. Dengan setia Ia menunggu Sarah di sana. Ia ingin menemui Sarah dan menjelaskan semuanya.
Hingga setelah menunggu selama hampir 1 jam, Sarah keluar dari dalam hotel dan menuju ke parkiran. Sarah bergegas menuju mobilnya. Thomas awalnya hendak keluar dari mobilnya dan menghampiri Sarah.
Namun langkahnya terhenti saat Sarah dihampiri oleh karyawan hotel lainnya. Matanya pun tertuju pada papper bag merah maroon yang dibawa Sarah.
"Dia membawa dress itu." Gumam Thomas dalam hati.
Ponsel Thomas berbunyi, Rudolf yang melakukan panggilan itu.
Rudolf : Thomas kau dimana sekarang? Bisakah kau kembali ke rumah sekarang?
Thomas : Aku sedang di hotel luxury. Ada apa Rudolf.
Rudolf : CCTV, alat pelacak, dan semua data di rumah ini di retas. Tim IT yang ada di rumahku sedang cuti. Aku menghubungi Charlie dan Ia bilang kau bisa menanganinya.
Thomas : Baiklah aku akan segera kembali ke sana. Tunggu aku dalam 15 menit.
Dengan kecewa, Thomas akhirnya terpaksa pulang ke rumah Rudolf. Ia mengurungkan niatnya untuk menemui Sarah dan menjelaskan terkait dress yang dikirimnya.
Setibanya di rumah Rudolf, Thomas dengan cekatan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pemrograman ulang semua pelaratan yang di retas. Hanya butuh waktu kurang dari 1 jam, semua data dan peralatan bisa dipulihkan.
Rudolf tersenyum puas. "Memang tidak salah jika Charlie sangat sayang padamu. Keahlianmu dan Charlie juga hampir setara. Kau pasti nanti yang akan menggantikan Charlie setelah dia tiada."
"Terima kasih atas pujianmu Rudolf. Sayangnya aku tidak berminat ada di posisi Charlie. Bahkan jika bisa, saat ini aku ingin keluar dari pekerjaan ini dan hidup seperti orang biasa lainnya." Ucap Thomas lirih.
"Sayangnya kita tetap akan terikat disini Thomas. Nyawa kita bukan lagi milik kita sendiri. Bahkan kita tidak bisa jika ingin memutuskan mati lebih dulu. Aku juga ingin merasakan menikmati masa tua sebagai orang biasa, tapi aku rasa itu adalah hal yang mustahil."
"Benar Rudolf. Dulu aku hanya anak yatim piatu yang hidup sebatang kara dalam dendam pada pembunuh orang tuaku. Sehingga aku sangat ingin bergabung dalam organisasi ini. Bagiku pekerjaan berbahaya yang mengancam nyawa adalah kesenangan batinku. Tapi semua berubah saat aku bertemu Sarah. Aku takut untuk kehilangan nyawaku sendiri, karena aku ingin selalu menjaganya."
"Sudahlah Thomas, Kita tidak bisa lagi merubah takdir kita sendiri. Kecuali Tuhan yang berkehendak. Tapi dengan dosa yang sudah kita lakukan dalam perkerjaan ini, rasanya aku sangsi jika Tuhan masih mau menolong dan mendengar doa kita. Jika Tuhan sangat murka bila umatnya menghabisi nyawa seseorang, lalu bagaimana dengan kita yang sudah tak terhitung lagi menghabisi nyawa orang lain."
Thomas tertunduk sedih. Ia meratapi nasibnya yang mungkin tidak akan bisa hidup bahagia lagi dengan Sarah. Rudolf benar, sudah tidak ada lagi yang bisa Ia lakukan untuk mengubah takdirnya dan Sarah. Hanya Tuhan yang mampu dan jika Tuhan berkehendak.
Sejak saat itu Ia hanya melihat Sarah diam-diam saat berangkat dan pulang bekerja di hotel.
2 minggu kemudian...
Thomas datang ke hotel luxury setelah di hubungi oleh Rachel. Rencananya mereka akan melihat persiapan akhir gedung yang akan digunakan untuk acara pernikahan mereka besok.
Ia sudah tiba lebih dulu. Ia langsung menuju ke ruangan Sarah.
"Selamat siang Tuan Thomas. Silahkan masuk. Apa anda tidak bersama calon istri anda?" Sapa Sarah dengan ramah.
Anehnya perlakuan Sarah malah membuat Thomas sedih. Ia lebih lega jika Sarah justru membencinya.
"Dia sedang dalam perjalanan kesini." Jawab Thomas singkat.
Keduanya saling beradu pandang. Untuk memecah keheningan, Sarah menuju ke meja yang menyediakan dispenser dan juga aneka minuman bubuk dalam bentuk sachet."Anda ingin minum kopi Tuan?"
Thomas hanya mengangguk.
Ia menatap punggung Sarah. Ia tanpa sadar mendekati Sarah dan memeluknya.
"Tuan apa yang anda lakukan. Lepaskan saya!" Bentak Sarah sambil memberontak.
Thomas memeluk Sarah makin erat."Tolong Sarah. 1 menit saja. Biarkan 7 tahun ini terbayar hanya dengan satu menit."
Sarah diam sesaat. Ingin rasanya Ia membalas pelukan suami yang sangat dicintainya itu. Namun semua sakit yang di berikan Thomas mengurungkan kembali niatnya.
"Lepaskan saya. Ini sudah satu menit. Jangan sampai calon istri anda salah paham." Titah Sarah.
Thomas melepas peluknya. Ia membalik badan Sarah menghadapnya dan kembali memeluknya. Sarah kali ini terdiam. Rasa hangat pelukan Thomas masih sama. Ingin sekali Ia memeluk suaminya ini dan tak melepaskannya lagi.
Tangan Sarah masih menggantung di samping tubuhnya. Thomas meraih tangan Sarah. Mengecup keduanya, lalu melingkarkan tangan Sarah ke pinggangnya. "Balas pelukanku sekali saja Sarah. Agar semua rindu ini bisa lepas."
Sarah mulai mengeratkan tangannya pada tubuh Thomas. Keduanya menangis tanpa suara cukup lama. Sadar Ia terbawa susana, Sarah melepas pelukannya.
Thomas seketika mengecup kening Sarah, pipi, dan bibirnya dengan cepat tanpa sempat Sarah mengelak.
"Benci lah aku sepuasmu Sarah, Aku melakukan semua ini demi keselamatanmu. Maafkan aku tidak bisa menjelaskan semuanya sekarang." Ucap Thomas lirih sambil menangkup wajah Sarah dengan tangannya.
"Ini terakhir Thomas. Anggaplah ini pelukan dan ciuman perpisahan kita, setelah besok. Kau bukan lagi suamiku."Kata Sarah dengan mantap.
Sarah lalu berjinjit mencium bibir Thomas. Keduanya saling berpagut melepas semua kerinduan yang terpendam. Hingga Keduanya puas dan melepas pagutannya. Seketika Sarah menyeka air matanya dan berbalik hendak meninggalkan Thomas keluar ruangan. Namun tangan Thomas menahannya.
Seketika pintu ruangan Sarah terbuka, Rachel terkejut melihat Thomas memegang tangan Sarah.
"Apa yang kalian lakukan?!" Pekik Rachel.
...----------------...
Bersambung ke Bab Selanjutnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments