Sementara itu,
Thomas sudah berada di rumah Rudolf. Ia tadi berpamitan untuk kembali bekerja pada Rachel setelah mengantarnya pulang.
Nampak gelisah, Thomas sibuk mondar mandir di dalam kamarnya. Ia cemas apakah dress tadi sudah sampai ke tangan Sarah atau belum. Ia membayangkan betapa cantiknya Sarah saat mengenakan dress yang persis seperti 9 tahun lalu. Tepat di hari pernikahan mereka.
"Aku harap kamu bisa mengerti niat tulusku, Sarah. Aku harap rasa cintamu kembali ada untukku, walaupun sekarang kau sangat membenciku."
Rudolf yang melihat Thomas sangat gelisah pun datang menghampirinya.
"Ada apa Thomas? Kau terlihat gelisah sejak tadi. Apa kau ingin kembali ke markas dan berhenti dari misi ini?"
Thomas melirik Rudolf dengan tatapan sedikit kesal. "Apa Charlie belum mengabarimu? Aku akan tetap di misi ini."
Rudolf menggelengkan kepala. "Charlie terakhir menghubungiku tadi pagi. Katanya aku disuruh mengantarmu ke bandara malam ini. Aku sudah menyuruh pelayan mengemas kopermu. Sepertinya kau sangat tidak nyaman disini dan ingin kembali ke markas. Apakah aku harus mengantarmu ke bandara sekarang?"
"Tidak Rudolf! Aku ingin disini. Aku ingin bertemu dengan istriku setiap hari. Aku ingin segera memeluknya Rudolf."
"Apa? Istri? Apa hanya aku yang tidak tau kau sudah menikah Thomas? Apa kau mengulangi kisah Charlie dengan menikahi orang biasa?"
Thomas hanya mengangguk. Ia menghela nafasnya.
"Aku menikah 9 Tahun lalu. Aku hidup bahagia bersama istriku di Macau. Aku tetap menjalankan pekerjaan ini sambil tetap bekerja sebagi security di sebuah mall untuk menutupi identitasku dari musuh dan juga istriku.
Hingga 7 tahun lalu, saat pernikahan kami baru memasuki usia 2 tahun. Charlie memerintahkan aku untuk meninggalkan istriku karena kami sedang diincar oleh Red Snipper. Karena aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya pada istriku, aku memilih meninggalkannya tanpa menjelaskan apapun.
Aku meminta Valery mengantar istriku ke singapura tempat sepupunya. Tapi istriku malah kembali ke Macau mencariku. Saat itulah aku bertukar misi dengan Roni dan kembali ke Macau untuk mencari istriku. Dan sialnya Red Snipper berhasil menembakku dan aku koma hingga 4 bulan.
Sejak itu aku terpisah dengan istriku sudah 7 tahun hingga sekarang. Dan Charlie memberiku kejutan. Ia memberiku misi menikahi putri Tuan Alex tapi sialnya istriku sendiri lah manager event hotel yang akan mengurus pernikahanku.
Bisakah kau bayangkan Rudolf bagaimana istriku sangat membenciku sekarang. Dia menganggap dulu aku meninggalkannya karena aku mengkhianatinya dengan wanita lain." Jelas Thomas sambil terisak.
Rudolf menepuk pundak Thomas. Ia berusaha menenangkannya.
"Aku paham perasaanmu saat ini. Tapi aku yakin Charlie punya maksud baik dibalik ini semua. Dia sangat menyayangimu seperti adiknya sendiri."
"Iya Rudolf. Berkali-kali Charlie mengatakan padaku, jika jangan sampai mengulangi kisah tragis kehilangan istri karena keegoisan ingin terus bersama. Nyawa istriku akan dalam bahaya jika aku terus bersamanya. Dan Charlie mengatakan akan lebih baik jika istriku membenciku tapi dia masih hidup. Karena setidaknya aku bisa melihatnya dari jauh untuk melepas rindu. Akan lebih sakit jika aku mengalami seperti dia, yang harus merelakan istrinya meninggal di tangan musuh."
"Aku sepemikiran dengan Charlie. Kau lihat sisi baiknya. Charlie bahkan memutar otak dan mencari cara agar kau bisa bertemu istrimu dalam jarak dekat selama misi berlangsung. Kau tidak perlu sembunyi-sembunyi dan menyamar untuk bisa melihatnya. Bahkan istrimu bisa mengobrol dekat denganmu walaupun hanya sebatas urusan persiapan pernikahan dan juga pekerjaan di hotel Thomas"
"Benar Rudolf. Aku juga merasa berterima kasih pada Charlie. Dibalik sifat dingin dan tidak perdulinya. Ternyata dia lebih memikirkan orang lain dibanding dirinya sendiri."
"Lalu apa yang membuatmu masih resah Thomas?"
"Aku tadi mengiriminya dress yang persis dengan dress yang Ia gunakan saat kami menikah. Aku gelisah apa dia sudah menerimanya dan bagaimana reaksinya."
Rudolf menghela nafasnya dengan berat.
"Maaf Thomas. Tapi aku harus mengatakan ini. Tindakanmu sebenarnya tidak tepat. Aku paham maksudmu ingin dia mengingat momen pernikahan kalian. Tapi kondisinya saat ini, Ia masih salah paham dan membencimu. Takutnya Ia menganggap kau membeli dress itu untuk menghinanya karena sebentar lagi kau akan menikah dengan wanita lain."
Thomas membulatkan matanya seketika. "Benarkah dia akan berpikir begitu Rudolf? Aku hanya berniat membelikannya dress itu karena membayangkan betapa cantiknya dia mengenakan dress itu di hari pernikahan kami dulu."
"Takutnya dia salah paham. Mungkin dia berpikir kau memintanya memakai dress itu di hari pernikahanmu. Dan secara tidak langsung kau membandingkannya dengan pengantin wanitamu yang nanti akan memakai gaun pernikahan yang super mewah."
Thomas memukuli kepala sendiri. Ia merutuki kebodohannya. Ia tidak berpikir bahwa akibatnya nanti malah makin membuat Sarah membencinya.
Sore itu juga Ia memutuskan mengendarai sendiri mobilnya menuju hotel luxury. Dengan setia Ia menunggu Sarah di sana. Ia ingin menemui Sarah dan menjelaskan semuanya.
Hingga setelah menunggu selama hampir 1 jam, Sarah keluar dari dalam hotel dan menuju ke parkiran. Sarah bergegas menuju mobilnya. Thomas awalnya hendak keluar dari mobilnya dan menghampiri Sarah.
Namun langkahnya terhenti saat Sarah dihampiri oleh karyawan hotel lainnya. Matanya pun tertuju pada papper bag merah maroon yang dibawa Sarah.
"Dia membawa dress itu." Gumam Thomas dalam hati.
...----------------...
Bersambung ke Bab Selanjutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments