"Cih...Apa-apaan Charlie? Dia pikir aku akan senang dengan kejutannya? Mau secantik bidadari pun, aku tidak akan berpaling dari Sarah."Gumam Thomas.
Malam Harinya...
Pesawat yang ditumpangi Thomas sudah mendarat dengan sempurna di salah satu bandara di Australia.
Thomas tampak gagah dengan setelan celana jeans yang dipadukan dengan kemaja dan jaket kulit hitam. Tampilannya bahkan mampu menutupi umurnya yang hampir memasuki kepala empat.
"Senang berjumpa kembali denganmu Thomas." Kata seorang pria berambut putih yang langsung memeluk Thomas dengan erat.
"Hai Tuan Rudolf, Sudah 5 tahun sejak kita terakhir bertemu." Balas Thomas sambil menepuk bahu Rudolf.
"Mari kita langsung menuju ke rumah." Ajak Rudolf.
Thomas mengangguk. Keduanya memasuki mobil Rolls Royce hitam mewah dan melaju menuju ke kediaman Rudolf. Sepanjang perjalanan keduanya terus mengobrol.
"Apa Charlie sudah menyampaikan detail misi ini padamu Thomas?"
"Hanya garis besarnya saja karena aku juga tidak tertarik dengan misi ini. Tenanglah Rudolf, besok setelah memastikan kejutan dari Charlie aku akan kembali ke markas. Biar Roni atau Martin saja yang mengambil misi ini."
"Aku tidak mengerti maksudmu Thomas. Jika kau tidak jadi mengambil misi ini, lalu kenapa kau repot-repot datang kemari?"
"Charlie yang memaksaku Rudolf. Aku sejak awal tidak ingin ke sini. Tapi Charlie bilang dia sudah menyiapkan kejutan untukku besok. Jika aku tidak suka, maka aku boleh kembali ke markas besok."
Rudolf menggeleng heran.
"Jadi kau tidak mau menikahi gadis ini? Lumayan 3 bulan misi ini dan kau bisa bersama wanita secantik ini." Kata Rudolf sambil menunjukan foto wanita yang akan dinikahi Thomas dalam misi ini.
Thomas melihat foto itu dan dia langsung tersenyum sinis. "Istriku jauh lebih menarik dari wanita ini."
Seketika Thomas mengambil ponselnya dan menghubungi Charlie.
Charlie : Kenapa kau menelponku? Apa kau sudah bertemu Rudolf?
Thomas : Iya, ini aku sedang bersamanya. Dia menunjukan aku sebuah foto wanita. Apa ini kejutan darimu? Jika iya, maka aku akan kembali ke markas sekarang.
Charlie : Bersabarlah Thomas. Kejutanmu bisa kau ketahui besok. Jika besok kejutanmu tidak sesuai harapanmu, maka aku akan memberikan 1 jet pribadiku padamu.
Thomas : Benarkah? Kejutan macam apa hingga kau berani bertaruh begitu besar Charlie? Tapi maaf aku tidak tertarik sama sekali. Aku tetap menolak misi ini dari sekarang dan besok aku akan tetap menemui wanita itu hanya untuk basa basi.
Charlie: Oke, aku kunci pilihanmu Thomas. Jangan menyesalinya. Besok kau akan menangis dan memohon padaku untuk ikut misi ini dan aku tidak akan mengijinkanmu. Aku akan mengurungmu di markas selama 3 bulan hingga misi itu berakhir.
Thomas : Tidak akan Charlie. Aku lebih suka di kurung di markas daripada terlibat dalam misi konyol ini.
Charlie : Baiklah, aku sudah merekam ucapanmu. Aku beri waktu hingga tengah malam nanti untuk memberimu kesempatan berubah pikiran.
Thomas : Tidak perlu Charlie. Terima kasih.
Thomas pun mengakhiri panggilannya.
Charlie hanya tersenyum penuh arti setelah Thomas mengakhiri panggilannya.
"Bocah ini. Mari kita lihat bagaimana besok kau menangis dan memohon agar aku mengijinkanmu ikut misi ini."
Sementara itu Rudolf menjelaskan dengan detail setiap rencana yang akan dijalankan dalam misi itu. Tapi tetap saja Thomas tidak antusias. Ia hanya berharap agar malam ini cepat berlalu dan Ia segera bisa kembali ke markas.
"Apakah wanita itu tidak canggung saat pertama bertemu denganku nanti?" Tanya Thomas.
"Namanya Rachel. Tenanglah selama ini kalian sering bertukar pesan dan saling menghubungi via telepon. Dan dia sudah sangat nyaman denganmu, makanya Ia setuju untuk dijodohkan denganmu."
Thomas membulatkan matanya. "Hah? Apa maksudmu? Aku tidak pernah menghubunginya."
Rudolf hanya tersenyum. "Tim IT yang melakukannya. Tapi menggunakan foto dan sampel suaramu yang diubah."
"Apa kalian gila? Tanpa aku tahu kalian menggunakan aku sebagai objek gila dalam misi ini? Apa Charlie yang menyuruh melakukannya? Sudah berapa lama?"
"Iya semua atas perintah Charlie. Ini sudah berjalan hampir 6 bulan."
"Apa? Sudah selama itu.Tapi Charlie baru bilang padaku kemarin."
"Charlie hanya bilang kau pasti akan bergabung dengan misi setelah kau lihat kejutan untukmu besok."
"Aku akan menghajar Charlie saat kembali ke markas besok, Rudolf. Lihat saja."
Rudolf hanya tersenyum melihat Thomas yang sangat kesal pada Charlie.
Keesokan Paginya.
Thomas sudah rapi dengan setelan jas berwarna biru navy. Ia turun dari tangga dan bersiap sarapan dengan Rudolf.
"Apa kau sudah siap untuk kejutanmu Thomas?"
"Ada apa dengan kau dan Charlie. Kenapa kalian selalu membahas soal kejutan? Tidak ada yang special dengan itu Rudolf. Sore ini aku akan kembali ke markas."
"Baiklah. Ini ponsel yang kau gunakan berkomunikasi dengan Rachel. Ingat bersikaplah se-natural mungkin. Kalian akan membahas konsep pernikahan dengan manager event di hotel itu."
Thomas hanya mengangguk. Ia segera menyelesaikan sarapannya dan berangkat menuju hotel luxury.
Setelah 30 menit perjalanan, Ia tiba di hotel luxury. Ia membuka pesan dari Rachel yang menyuruhnya langsung menuju cafe di hotel itu.
Dan inilah kejutan bagi Thomas. Ia masih tidak percaya dengan apa yang ada dihadapannya kini.
Sarah...
Istri yang sangat Ia cintai kini ada dihadapannya.
Thomas menatap Sarah dengan tatapan yang penuh arti. Rasanya ingin sekali mendekap wanita itu dalam pelukannya. Ia ingin menumpahkan segala rindu yang sudah tertahan selama 7 Tahun ini.
Tapi kenapa keadaan saat ini bukanlah yang dia harapkan. Istrinya justru menjadi orang yang mengurus pernikahannya dengan wanita lain. Walaupun ini bukan pernikahan yang sesungguhnya. Tatapan dingin Sarah cukup menunjukan seberapa benci wanita itu padanya.
"Maafkan aku Sarah. Andai kamu tau alasan aku meninggalkanmu dulu dan kenapa aku harus menikahi Rachel sekarang. Hanya kamu satu-satunya wanita yang aku cintai sejak dulu hingga saat ini. Semoga suatu saat kamu bisa mengerti kalau aku melakukan ini semua demi kebaikanmu sayang." Lirih Thomas dalam hati.
Ponsel Thomas kembali berdering. Charlie yang menelponnya.
"Maaf, aku permisi sebentar untuk mengangkat telepon." Ucap Thomas pada Rachel.
"Silahkan sayang." Jawab Rachel dengan lembut.
Thomas lalu mengangkat telepon dari Charlie.
Charlie : Bagaimana kejutanku? Kau tidak menyukainya bukan?
Thomas : Apa Sarah yang kau maksud kejutannya?
Charlie : Iya, padahal jika kau ikut misi ini, kau bisa bertemu dengan Sarah setiap hari selama 3 bulan di hotel luxury.
Thomas : Apa maksudmu Charlie? Aku tidak paham.
Charlie : Bukankah Rudolf sudah menjelaskan padamu? Setelah menikah dengan Rachel, kau akan jadi General Manager di hotel luxury. Artinya kau bisa bebas bertemu dan mengobrol dengan Sarah setiap hari dengan alasan kerja.
Thomas : Benarkah itu?
Charlie : Ya benar. Tapi kau menolaknya. Aku sudah mengirim Martin si Casanova untuk menggantikanmu. Dia bisa menikahi Rachel yang cantik dan juga mendekati istrimu yang menawan.
Thomas : Charlie dengarkan aku dulu. Aku tidak bermaksud...
Charlie : Stop Thomas, kemarin aku sudah berikan banyak waktu untuk kau berubah pikiran. Nanti sore kembali ke markas sesuai permintaanmu kemarin dan aku akan mengurungmu di markas hingga misi selesai.
Thomas : Tapi Charlie...
Tut...tut...tut...
Charlie menutup panggilannya.
Thomas menjambak rambutnya sendiri. "Arrgggghhh! Dasar sial! Aku tidak bisa biarkan Charlie mengirim Martin ke sini. Aku harus memohon pada Charlie."
Sementara itu,
Charlie tertawa terbahak-bahak ketika mengakhiri panggilan dengan Thomas.
"Rasanya seru sekali mengerjaimu Thomas."
...----------------...
Bersambung ke Bab Selanjutnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments